NASIONAL - Jaringan Pendidikan Alternatif, sebuah organisasi berisi para individu, komunitas, dan penyelenggara pendidikan alternatif, menyatakan pemerintah dan masyarakat harus terus mendorong model pendidikan partisipatif dan memerdekakan anak.

Program Organisasi Penggerak (POP) dan Program Guru Penggerak (PGP) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dinilai menjadi bagian dari inisiasi untuk menciptakan pendidikan yang selaras dan sesuai kebutuhan lingkungan dengan banyak ragam model yang ditawarkan kepada anak.

Koordinator Jaringan Pendidikan Alternatif, Susilo Adinegoro menilai apa pun terobosan untuk melibatkan masyarakat dalam pendidikan patut diapresiasi. Pendiri Sanggar Anak Akar yang fokus mendidik anak jalanan dan korban gusuran ini menilai, setidaknya terdapat tiga tujuan POP dan PGP sehingga masyarakat perlu memberi dukungan.

Pendidikan menjadi upaya terpadu yang disengaja untuk memerdekakan lahir dan batin manusia dan mampu menyatukan budi (pikiran) dan pekerti (tenaga) sehingga menciptakan harmonisasi individu dengan lingkungan sosialnya. Kemerdekaan seseorang juga tidak dapat mengganggu kemerdekaan orang lain.

Pertama, program tersebut membuka ruang masyarakat terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga tercipta budaya pembelajaran partisipatif. Susilo Adinegoro mengatakan program ini dilandasi semangat holobis hontul baris. Gotong royong yang menempatkan pendidikan sebagai gerakan kebudayaan.

Kedua, program ini memacu para guru menjadi makhluk pembelajar dan bertumbuh bersama.

Ketiga, melalui organisasi penggerak atau guru penggerak diharapkan mampu mendapatkan perspektif baru tentang pendidikan. Susilo Adinegoro menjelaskan, ketiga tujuan itu dapat dicapai dengan syarat semua pihak yang terlibat berorientasi pada kepentingan terbaik anak. Anak atau peserta didik harus ditempatkan sebagai subjek, bukan lagi objek pendidikan.

Baca Juga: Terlanjur Cinta dengan Kuda

Apalagi, peserta didik adalah individu otonom, unik dan pribadi yang merdeka. Pendidikan harus menjadi upaya memerdekakan peserta didik sehingga tumbuh menjadi manusia kritis, kreatif, mandiri, serta bertanggung jawab pada lingkungannya.

Syarat berikutnya, para penggerak juga harus mau berubah dan terus belajar. Susilo Adinegoro menjelaskan sebagai penggerak dituntut rendah hati. Ini syarat mutlak. Kendalanya tentu banyak, seperti mengubah cara berpikir lama memasuki budaya baru.

Menurut Susilo Adinegoro, sebagai gerakan masyarakat yang difasilitasi pemerintah, berbagai program ini perlu dipikirkan mekanisme dan manajemennya sehingga dapat berkelanjutan. Proses edukasi juga harus terus dilakukan demi mengurangi kesalahpahaman akibat masyarakat belum terbiasa dengan perubahan yang menyentak.

Hakikat Merdeka

Menurut Susilo Adinegoro, konsep Merdeka Belajar yang digagas Ki Hadjar Dewantara sangat kontekstual dan perlu dijalankan pemerintah. Dalam konsep itu, tujuan utama pendidikan adalah memerdekakan semua yang terlibat.

Pendidikan menjadi upaya terpadu yang disengaja untuk memerdekakan lahir dan batin manusia dan mampu menyatukan budi (pikiran) dan pekerti (tenaga) sehingga menciptakan harmonisasi individu dengan lingkungan sosialnya. Kemerdekaan seseorang juga tidak dapat mengganggu kemerdekaan orang lain.

Susilo Adinegoro menegaskan, pendidikan juga tidak boleh dikotak-kotakan dengan istilah formal dan non-formal. Hakikat pendidikan adalah menuntun setiap pembelajar menemukan dirinya sebagai manusia utuh yang tumbuh berkembang untuk memuliakan kehidupan. Adapun formal dan non-formal hanyalah cara dan metode mencapai tujuan itu.

Bersama Memajukan Pendidikan

Sementara itu, Direktur Indonesia Mengajar, Ayu Apriyanti sebelumnya menilai keberagaman organisasi penggerak menjadi bukti gotong-royong memajukan pendidikan nasional. Dia berharap program ini bisa jadi aksi konkret gotong royong masyarakat untuk pendidikan Indonesia. Sejak awal ini bukan tentang Organisasi Penggerak tapi tentang anak-anak Indonesia, kami berharap pendidikan anak Indonesia bisa selalu jadi tujuan akhirnya.

Dia memperkirakan, akan ada banyak warna yang turut melukis kemajuan pendidikan di Indonesia. Keberagaman berbagai pihak yang terlibat juga menjadi gambaran bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak.

Ayu Apriyanti menambahkan akan ada banyak pembelajaran di sepanjang proses, selain anak-anak, guru dan kepala sekolah, siapapun yang terlibat akan ikut bertumbuh ketika menjalankan program ini.

Sumber/Rewrite: liputan6.com/Tiyas Aprilia
Lebih baru Lebih lama