GUDO - Berawal dari kebiasaan anak-anak muda yang senang berkreasi dengan pakaian seragam utamanya saat Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah Desa Mentaos, Kecamatan Gudo terpikirkan untuk menyalurkan bakat anak-anak muda tersebut di bidang desain pakaian atau sablon. Kegiatan ini dipilih selain cukup mudah untuk dikerjakan juga memiliki potensi pasar yang terbuka lebar.

“Kami ingin memberdayakan anak-anak muda Karang Taruna untuk bisa memiliki beragam kegiatan. Kalau memiliki beragam kegiatan seperti menyablon, diharapkan tidak ada waktu bagi mereka untuk berpikiran negatif,” urai Kepala Desa Mentaos, Muhammad Soleh.

Namun pria 47 tahun itu lantas menjelaskan program yang sedianya dirancang untuk mengikuti Program Inovasi Desa (PID) tahun 2019 itu belum bisa dilaksanakan sepenuhnya. Pelatihan dan pengadaan alat yang sedianya dilakukan pada awal 2020 terpaksa ditunda karena wabah Covid-19.

“Kami ingin memberdayakan anak-anak muda Karang Taruna bisa memiliki beragam kegiatan. Dengan mereka memiliki beragam kegiatan seperti menyablon, diharapkan tidak ada waktu bagi mereka untuk berpikiran negatif.” Kepala Desa Mentaos, Muhammad Soleh.

“Karena sudah dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) kegiatan tersebut akan tetap dilaksanakan menunggu kondisi yang memungkinan,” tambah Muhammad Soleh.

Sementara itu Pemilik Bisnis Sablon di Desa Mentaos, Joko Satrio mengemukakan, anak-anak muda di Desa Mentaos pada dasarnya sudah memiliki basic dalam menyablon. Karena di setiap pembuatan seragam untuk kegiatan Agustusan, anak-anak muda yang tergabung dalam Karang Taruna itu mengerjakannya di tempat usahanya.

Baca Juga: Hakikat Merdeka Belajar

“Anak-anak yang mencari bahan seragamnya. Untuk desain, bahan baku sablon berikut dengan pengerjaannya bisa dilakukan di sini. Setiap anak bertanggung jawab terhadap bajunya masing-masing. Kalau tidak mau menyablon sendiri, konsekuensinya seragamnya akan terlihat berbeda jika dibandingkan yang lain,” jelas Joko Satrio sembari menunjukkan tempatnya menyablon yang berada di belakang rumahnya.


“Jadi jika pihak desa ingin memberikan pelatihan dan memberdayakan teman-teman Karang Taruna, mereka sudah tinggal mahirnya. Di sisi lain pengelolaan kegiatan yang diinginkan dari pihak desa juga harus dirancang dengan sebaik mungkin. Harapannya bisa dijalankan dengan transparan dan memberikan manfaat kepada semua pihak,” tambah Joko Satrio.


Pria 26 tahun itu kemudian menjelaskan untuk menggeluti dunia Sablon hal utama yang harus dimiliki adalah ketelatenan. Karena untuk bisa menghasilkan warna yang diinginkan penyablon harus teliti dan telaten dalam setiap tahapannya. Penguasaan terhadap material bahan sablon dan karakteristik kain yang digunakan dapat dipelajari seiring berjalannya waktu dan pengalaman.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini

Lebih baru Lebih lama