JOMBANG – Imunisasi merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Melewatkan atau tidak melakukan imunisasi mungkin tidak akan langsung berdampak pada kesehatan.

Namun di masa mendatang ketika tubuh terpapar beragam jenis penyebab penyakit, pertahanan atau daya tahan tubuh untuk menghalau penyebab penyakit tersebut mungkin akan lebih lemah jika dibandingkan dengan yang melakukan imunisasi tepat waktu dan juga lengkap.

Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Indah Fajaryati, S.KM mengatakan, “Pemberian imunisasi kepada anak seharusnya dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jangan ditunda terlalu lama atau bahkan tidak diberikan.”

Pemberian imunisasi tepat waktu akan memberikan tingkat kekebalan anak terhadap penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) terbangun dan terjaga dengan baik.

“Karena itu bisa merugikan anak dan berdampak pada daya tahan tubuhnya yang mungkin akan jauh lebih rentan dan mudah sakit. Pemberian imunisasi tepat waktu akan memberikan tingkat kekebalan anak terhadap Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) terbangun dan terjaga dengan baik,” lanjutnya.

Pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak membuat Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) atau Pos Imunisasi di wilayah kerja Puskesmas, praktik dokter spesialis anak, dan Rumas Sakit (RS) yang menyediakan layanan imunisasi tetap memberikan pelayanan imunisasi meski di masa pandemi seperti saat ini. Namun demi menjaga agar tidak sampai terjadi penularan, pelaksanaan imunisasi dilakukan dengan standar dan protokol kesehatan yang ketat.

Indah Fajaryanti menjabarkan, saat membawa anak melakukan imunisasi, orangtua khususnya ibu, terlebih dulu mengecek apakah anak memang sudah waktunya melakukan imunisasi.

Jika memang sudah waktunya, ibu harus memastikan bahwa kondisi anak benar-benar dalam kondisi sehat tidak ada keluhan atau gejala pada anak seperti demam, batuk, pilek, nafsu makan yang turun, rewel, diare, atau bahkan muntah.

Baca Juga: Gatot Arifin, S.Pd., M.MPd. Pendekatan Personal Menjadikan Pengawas Handal


Kalau anak mengalami keluhan atau gejala tersebut, pelaksanaan imunisasi bisa ditunda terlebih dulu sampai anak benar-benar sehat. Tidak hanya anak, ibu atau pengantar saat imunisasi juga diharapkan berada dalam kondisi yang sehat pula.

Saat di tempat imunisasi sesuai standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19, sebelum masuk ke tempat atau ruangan imunisasi, ibu atau pendamping mencuci tangan lebih dulu, kemudian dicek suhu tubuhnya.

Saat mengantre, posisi harus berjarak tidak boleh saling berdekatan atau bahkan bergerombol. Untuk itu, diharapkan saat di tempat atau ruangan imunisasi, anak hanya didampingi oleh satu orang saja. Pengantar yang lain menunggu di luar.

“Setelah selesai mendapatkan layanan imunisasi, segera cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, bila tidak ada dapat menggunakan handsanitizer, kemudian segera pulang,” pesan Indah Fajaryanti.

“Segera membersihkan diri atau mandi dan mencuci rambut serta mengganti semua kain atau linen yang dipakai anak dan pengantar (baju, gendongan, bedong) dan lain-lain yang digunakan saat ke tempat layanan imunisasi. Simpan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau buku catatan imunisasi di tempat yang aman. Bila ada keluhan setelah imunisasi, segera laporkan ke petugas kesehatan,” sambungnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi, disebutkan bahwa ada lima jenis imunisasi wajib yang harus diperoleh oleh anak-anak. Kelima jenis imunisasi tersebut adalah Imunisasi Hepatitis B, Polio, BCG, Campak, dan DPT-HB-HiB.

Imunisasi hepatitis B diberikan pada bayi sebanyak 4 kali. Pemberian pertama dilakukan segera setelah bayi lahir atau paling lambat 12 jam setelah kelahiran, kemudian kembali diberikan secara berturut-turut pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

Imunisasi polio bisa dalam bentuk oral (tetes) dan suntik. Untuk polio tetes diberikan 4 kali, yaitu saat bayi baru lahir atau paling lambat saat usianya 1 bulan. Selanjutnya diberikan secara berturut-turut di usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Sementara, vaksin polio suntik diberikan 1 kali, yaitu pada usia 4 bulan.

Imunisasi BCG bertujuan untuk melindungi tubuh dari kuman penyebab penyakit tuberkulosis atau TB. Diberikan hanya satu kali pada bayi di usia 2 atau 3 bulan. Imunisasi BCG diberikan melalui suntikan pada kulit bayi.

Imunisasi campak (MR) diberikan sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit campak berat yang dapat menyebabkan pneumonia, diare, dan radang otak (ensefalitis). Imunisasi campak diberikan sebanyak 3 kali, yaitu saat anak berusia 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun.

Terakhir, imunisasi DPT-HB-HiB dapat memberikan perlindungan dan pencegahan terhadap 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis (radang otak). Imunisasi wajib ini diberikan sebanyak 4 kali dengan jadwal pemberian berturut-turut pada bayi di usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dosis pemberian terakhir ketika usia anak 18 bulan.

Koordinator Imunisasi, Bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Puskesmas Jelakombo, Jombang, Sustianing Rahayu, A.Md, Keb menambahkan, setelah imunisasi wajib yang dilakukan saat masih batita, ketika anak duduk di kelas satu SD/madrasah/sederajat akan diberikan lagi imunisasi campak dan DT (Difteri Tetanus), kemudian saat kelas dua dan lima imunisasi TD (Tetanus Difter).

“Untuk imunisasi pada anak-anak sekolah biasanya dilakukan saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Pelaksanaannya biasanya di bulan Agustus untuk MR dan di November untuk DT dan TD,” ungkap Sustianing Rahayu.

Ditambahkan Sustianing Rahayu, mengingat saat ini masih dalam masa pandemi, maka pelaksanaan BIAS juga akan dilaksanakan dalam standar protokol pencegahan Covid-19. Peserta didik diminta untuk datang ke sekolah bergiliran untuk diimunisasi dengan didampingi wali peserta didik. Setelah imunisasi selesai, peserta didik harus segera pulang.

Reporter: Fitrotul Aini

Lebih baru Lebih lama