JOMBANG – Tampak raut muka yang tersipu malu ketika akan naik panggung. Bahkan di tiap anak tangga yang dilalui tak jarang memandang ke arah ayahnya yang duduk di samping kiri panggung.

Tarikan nafas yang cukup dalam dilakukannya untuk memantapkan kepercayaan diri. Itulah yang tersirat saat menyaksikan anak lelaki lima tahun, Madjid Panjalu, saat akan membawakan lakon Jagad Anyar.

Dalang cilik ini mulai mengenal wayang dari sang ayah Sunarko. Sang ayah memang penggemar wayang sejati. Mulai dari mengkoleksi piranti pewayangan, tak luput asupan literasi (baca: buku) pun masih menyoal hal yang sama.

Madjid sudah biasa bercerita saat mendalang. Semua bersumber dari pengalamannya sendiri. Namun kalau diminta memainkan wayang sesuai dengan pakemnya, maka harus latihan dan menata suasana hati.

“Meskipun terbawa kegemaran ayah, saya tak pernah dilatih khusus. Paling melihat dan mendengarkan ayah waktu memainkan tokoh pewayangan,” ungkap lelaki lima tahun tersebut.

Kepiawaiannya semakin terasah juga karena jasa ibunya yang sering sekali mengajaknya berbicara, berdiskusi, dan bercerita. Membuat Madjid Panjalu mempunyai banyak perbendaharaan kata dan lancar berbicara meskipun usianya tergolong masih dini.

Akhirnya wayang yang dimainkan oleh anak kelahiran Kediri ini pun harus disesuaiakan dengan tubuhnya yang masih kecil. Penggemarnya sering menyebutnya wayang cekli, karena ukurannya yang mini.

Baca Juga: Menguak Misteri, Membangun Imajinasi

Hebatnya Madjid Panjalu mampu bercerita saat mendalang tanpa menggunakan teks. Semua disusun sendiri berdasarkan daya nalarnya. Walau masih kerap dibantu ayahnya dalam penyusunan cerita dan pemilihan tokohnya.

Sunarko menuturkan, “Madjid sudah biasa bercerita saat mendalang. Semua bersumber dari pengalamannya sendiri. Namun kalau diminta memainkan wayang sesuai dengan pakemnya, maka harus latihan dan menata suasana hati.”

Saat ditanya siapa tokoh pewayangan favoritnya, dengan lugu nan menggemaskan sulung dua bersaudara itu menyebut Anoman. Dia melihat sosok Anoman yang seekor kera namun memiliki jiwa suka menolong.

“Ingin jadi dalang,” tegas Madjid Panjalu. Walaupun keluarga dan saudaranya kerap menggodanya saat ditanya soal cita-citanya.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini

Lebih baru Lebih lama