KABUH – Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Namun demikian, keberadaan air yang berlebih atau bahkan sebaliknya, justru menjadi bencana. Di wilayah Jombang bagian Utara, pernah mengalir Sungai Purba atau yang sering disebut Waduk Tlimo. Lokasinya berada di Desa Tanjungwadung, Kecamatan Kabuh.

Tetua Desa Tanjungwadung, Mbah Bayan Sunarto menceritakan, pada 1963 waduk tersebut digunakan sebagai tempat persinggahan petani hutan saat Perhutani memanen kayu. Sarana transportasi yang digunakan ketika itu terbuat dari kotak besi yang melewati jalur mirip rel kereta api. Masyarakat setempat menyebutnya lori.

Kondisi Waduk Tlimo saat ini seperti tak terawat. Luapan sumber mata air yang dulu dibuatkan jalan seperti pipa dan dibangun cor, kini hancur bahkan pipa hilang.

“Dulu digunakan sebagai tempat pemberhentian petani ketika Perhutani memanen kayu jati. Selanjutnya kayu itu dikirim menggunakan lori atau roda besi yang lebarnya kurang lebih dua meter ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Ploso. Sebelum turun dan dijalankan kembali, roda besi diberi pelumas di Waduk Tlimo atau Sungai Purba. Setelahnya akan terdengar kentongan yang dibunyikan seperti sirine pemberhentian kendaraan ketika melewati perlintasan rel kereta api. Suara tersebut sebagai pertanda kereta kayu akan turun,” ungkap Mbah Bayan Sunarto.

Baca Juga: 

Mbah Bayan Sunarto juga menambahkan bahwa ada fungsi lainnya yang masyarakat gunakan hingga saat ini. Yakni sebagai pusat mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari. Mayoritas masyarakat Dusun Marmoyo yang memanfaatkan air tersebut untuk konsumsi, mandi, serta mencuci baju. Air yang digunakan konsumsi dekat dengan sumber dan berada di waduk. Sedangkan kegiatan mandi serta mencuci baju dilakukan di aliran sungai kecil buangan dari waduk.



“Waduk Tlimo merupakan sumber mata air yang tak pernah berhenti meski musim kemarau menghajar desa kami. Walaupun tekanan air dari sumber sedikit berkurang, tetapi airnya tetap jernih,” ungkap Mbah Bayan Sunarto.

Berdasarkan ulasan Mbah Bayan Sunarto, Waduk Tlimo merupakan tempat singgah air dari puncak Gunung Tlimo yang juga mengaliri Sungai Kedung Sewu ke Sendang Randu Alas yang berada di Dusun Marmoyo. Kemudian jika diperhatikan ada percabangan di Waduk Tlimo yakni di sisi Barat, yang berasal dari Sungai Bender.



Dilengkapi oleh Kaur Perencanaan Desa Tanjungwadung, Ama Siswanto, “Wilayah yang masuk Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Wilayah Ploso Timur ini memiliki lebar kurang lebih lima meter. Sebelumnya ukuran waduk lebih luas, karena pada 2003 terjadi longsor yang mengakibatkan sisi Gunung Tlimo bergeser turun ke waduk.”

Ama Siswanto menyayangkan kondisi Waduk Tlimo saat ini seperti tak terawat. Luapan sumber mata air yang dulu dibuatkan jalan seperti pipa dan dibangun cor, kini hancur bahkan pipa hilang. Sehingga jika dulu beberapa masyarakat sekitar Desa Tanjungwadung memilki pipa penyalur air waduk ke penampungan depan rumah, kini tinggal cerita.

Hal senada diceritakan istri Mbah Bayan Sunarto, pada 1965 banjir pernah masuk Desa Tanjungwadung dari luapan Sungai Marmoyo. Sehingga begitu berlimpahnya persediaan air saat itu di Desa Tanjungwadung, yang dikeluarkan dari sumber Waduh Tlimo dan aliran Gunung Tlimo.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.

Lebih baru Lebih lama