JOMBANG – Menjelang akhir tahun, jika ditinjau dari siklus perubahan musim yang biasa terjadi di Indonesia, seharunya musim penghujan sudah mulai menggeser musim kemarau. Informasi lebih akurat yang diambil dari Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Stasiun Klimatologi Malang menyebutkan bahwa awal musim penghujan khususnya di wilayah Kabupaten Jombang diperkirakan dimulai pada dasarian I sampai III bulan November.

Menanggapi informasi ini Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) mulai melakukan persiapan dan antisipasi terkait dampak hujan yang merugikan, salah satunya banjir. Langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan normalisasi pada Sungai atau Kali Ngotok Ring Kanal.

Sungai yang mengalir sejauh 26 kilometer dan memiliki luas Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 700 kilometer persegi itu sekaligus menjadi titik temu beberapa sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Jombang sebelum akhirnya bertemu dengan Sungai Brangkal di Mojokerto dan bermuara di Sungai Brantas.

Hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan sebagai warga masyarakat untuk turut serta meminimalisir dampak banjir diantaranya dengan kembali melakukan reboisasi serta membuat biopori atau resapan air di lingkungan sekitar kita.

“Karena menjadi akhir titik temu beberapa sungai di Jombang maka wilayah Sungai Ngotok Ring Kanal ini sudah seharusnya bisa menampung sekaligus mengalirkan air ke muara dengan lancar. Jika ujung dari aliran sungai ini dapat menampung dan mengalirkan air lebih lancar, diharapkan banjir di wilayah Kabupaten Jombang dapat teratasi,” jelas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Jombang, Miftahul Ulum, S.T., M.Si.

Miftahul Ulum menambahkan, salah satu penyebab dari kurang maksimalnya penampungan air di Sungai Ngotok Ring Kanal diakibatkan dari sedimentasi di dasar sungai. Sedimentasi membuat dasar sungai semakin naik dan intesitas atau debit air yang mampu ditampung menjadi berkurang sehingga ketika jumlah air yang masuk terlalu banyak, akan meluber dan mengakibatkan banjir.

“Karenanya normalisasi di Sungai Ngotok Ring Kanal dilakukan dengan penggalian tanah sedimentasi dan pembersihan tanaman enceng gondok yang kerap mengganggu kelancaran aliran air sungai. Tanah-tanah hasil penggalian sedimentasi sudah diberikan tempat tersendiri dan dimanfaatkan untuk hal lain,” tambah Miftahul Ulum.

Baca Juga: DWP Disdikbud Kabupaten Jombang Pleno Pemandu Acara

Sementara itu, menurut Ketua Yayasan Air Kita Mojoagung, Muhammad Mansyur bahwa penanganan atau antisipasi banjir seyogianya tidak hanya dilakukan dengan satu langkah tertentu saja. Perlu adanya koordinasi dan integrasi dari banyak pihak untuk meminimalisir kerugian dari gejala alam yang sebenarnya merupakan sebuah berkah.

Pria yang juga berprofesi sebagai seorang pengajar itu menyatakan bahwa hujan sebenarnya berkah yang diberikan Allah kepada seluruh umat manusia. Namun kelakuan manusia yang tidak bisa menghargai dengan menjaga alam sekitar, membuat hal yang awalnya sebagai berkah berubah menjadi bencana.



Untuk itu perlu kerjasama setidaknya dari pemerintah, komunitas peduli lingkungan, serta masyarakat akar rumput (masyarakat pada umumnya) untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan.

“Hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan sebagai warga masyarakat untuk turut serta meminimalisir dampak banjir diantaranya dengan kembali melakukan reboisasi serta membuat biopori atau resapan air di lingkungan sekitar kita. Karena harus diakui salah satu penyebab banjir adalah penampung air hujan yang ada alam sudah banyak berkurang dan tanah serapan di masyarakat yang sudah hampir tidak ada,” tutur Muhammad Mansyur.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini/Istimewa

Lebih baru Lebih lama