MOJOAGUNG – Kebesaran kerajaan Majapahit bukanlah isapan jempol belaka. Kebesarannya pun sampai ke telatah Kebo Kicak. Penanda itu seperti yang ada di Desa Seketi, Kecamatan Mojoagung.

Menurut cerita tutur yang disampaikan oleh salah seorang warga Desa Seketi, Akhaemat Jainudin bahwa dulunya tanah kelahirannya ini dijadikan sebagai basis pendidikan kemiliteran kerajaan Majapahit. Selama pendidikan, bala tentara Kerajaan Majapahit digembleng dengan pelbagai strategi perang dan kekuatan fisiknya. Sehingga tak ayal mampu melahirkan pemimpin perang yang hebat.

“Cerita ini saya dapatkan dari orangtua dulu. Jadi ada kebanggan juga ketika memang suatu kebenaran,” ungkap Akhaemat Jainudin yang juga berprofesi sebagai modin desa setempat.

Sekitar tahun 1950-an ditemukan batu semacam lingga. Diyakini oleh warga Desa Seketi sebagai tapal batas Kerajaan Majapahit dengan tinggi mencapai 1 meter.

Ditambahi oleh Kepala Desa Seketi, Bambang Sutikno bahwa sekitar tahun 1950-an ditemukan batu semacam lingga. Diyakini oleh warga Desa Seketi bahwa batu tersebut sebagai tapal batas Kerajaan Majapahit. Tinggi batu tersebut mencapai 1 meter.

Bambang Sutikno mengatakan, “Kakek dulu membeberkan bahwa Desa Seketi yang secara harafiah berasal dari kata Sak dan Keten. Sak berarti seribu dan Keten artinya kurang.

Baca Juga: Nurmiaroh, S.Pd. Matematika Itu Mudah

Disinggung tentang keterkaitannya dengan temuan tapal batas dari Kerajaan Majapahit yang telah dipindahkan ke halaman rumah kakeknya yang dulunya juga seorang kepala desa dengan latarbelakang penamaan Desa Seketi, dia pun tak dapat memastikan.



Hal itu dikarenakan dirinya sekedar mendapatkan cerita tutur, jadi kalau ditelisik mendalam ada hubungannya atau tidak, lelaki bertubuh tinggi ini tak dapat memastikan. Mungkin hanya sekedar penggunaan Bahasa Jawa kuno yang populer dijadikan sebagai komunikasi.

“Hanya saja dulu pernah juga diceritakan oleh kakek, desa ini pada tahun 1948 sebagai saksi mempertahankan kemerdekaan yang dilakukan oleh Brigjen R. Kretarto,” imbuh Bambang Sutikno.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.

Lebih baru Lebih lama