JOMBANG – Berbicara jodoh dan pernikahan pada kalangan muda maupun yang berusia matang rasanya penuh dengan pertimbangan disertai dengan ketakutan. Tetapi tidak demikian ketika membaca Mendekap Harap Menuju Akad karya Sylvia Romandika, S.Pd. Biarpun penuh dengan lika-liku dan perjalanan cerita penuh tantangan, namun akhirnya dipungkasi dengan kebahagiaan.

Itu yang tampak ketika Komunitas Muslimah (Kamus) Jombang membincang buku karya perempuan berparas ayu tersebut. Diskusi yang berjalan secara virtual melalui sosial media instragram tampaknya kian menarik, hal itu tak terlepas dari persoalan pernikahan yang pasti dihadapi setiap orang. Ceritanya pun beragam, belum tentu antara satu orang dengan lainnya sama. Kalau pun ada kesamaan, tentu masih menyisahkan alur yang lain.

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Makanya, tak boleh dianggap sebelah mata. Seluruhnya harus disiapkan secara lahir dan batin, sehingga episode selanjutnya terlepas dalam momentum mengukir janji dapat mengarungi dengan indah.

Moderator sekaligus Fonder Kamus Jombang, Fatim Az Dzahrah, Amd.Kes, S.K.M menuturkan bahwa pernikahan merupakan babak baru dalam kehidupan setiap orang. Pasti akan mengalami rasa yang berbeda-beda. Apalagi pernikahan merupakan hasrat yang hadir dengan sendirinya dari dalam diri.

“Oleh karena itu, jika dibincangkan sangat tepat. Apalagi situasi saat ini di tengah pandemi Covid-19. Jelas, akan banyak pertimbangan dari pelbagai sisi,” ungkap Fatim Az Dzahrah.

Baca Juga: Gatot Arifin, S.Pd., M.MPd. Pendekatan Personal Menjadikan Pengawas Handal

Sementara penulis bukunya sendiri, Sylvia Romandika mengakui bahwa buku yang pertama kalinya ini terlahir dari pengalaman pribadinya. Terlebih dalam perjalanan percintaan sebelum bermuara ke mahligai pernikah pastinya mengalami suka duka. Baik dalam membingkai keutuhan asmara hingga pelik-pelik yang bertebaran di tengah jalan. Untuk itu kematangan batin menjadi senjata ampuh hingga memantapkan komitmen dalam pernikahan.

Sylvia Romandika mengatakan, “Pada fase ini kebanyakan mengalami sama seperti yang saya rasakan. Ketika batin sudah matang maka berikutnya dalam merangkai rajut rumah tangga pasti bisa dilakukan walaupun arang rintangan datang silih berganti.”



Keyakinan menjadi yang utama untuk ditempa. Lantaran ketika keyakinan belum sepenuhnya ada, maka harapan kematangan batin agaknya sukar dicapai. Setiap orang pun memiliki durasi tersendiri dalam membentuk keyakinannya. Biarpun telah menjalin hubungan yang lama dengan lawan jenis, namun keyakinan tersebut belum ada, sehingga berujung keraguan.

“Apalagi pernikahan adalah kesakralan baik agama dan tradisi yang telah lama melekat. Tak boleh dianggap sebelah mata. Seluruhnya harus disiapkan secara lahir dan batin, sehingga episode selanjutnya terlepas dalam momentum mengukir janji dapat mengarungi dengan indah,” tutup Sylvia Romandika.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.

Lebih baru Lebih lama