Mulyanto*

Ketika Covid-19 menyebar di dunia memicu persoalan-persoalan di berbagai negara yang berdampak sangat luas di semua sektor kehidupan. Bahkan tidak hanya pada satu negara tertentu, melainkan sudah berkembang ke banyak negara maju maupun yang masih terbelakang. Berbagai cara untuk mendapatkan obat mengatasi serangan virus ini telah dilakukan.

Sebagai seorang guru, penulis menyadari bahwa pendidikan adalah sebuah urusan yang tidak boleh berhenti dalam kondisi apa pun. Pandemi Covid-19 pun tidak menghentikan layanan pendidikan bagi seluruh anak Indonesia di mana pun mereka berada. Berbagai cara dan metode harus ditempuh, dicari dan diciptakan agar layanan pendidikan tetap berjalan.

Persoalannya adalah bagaimana itu bisa dilakukan dengan secepat-cepatnya? Sementara kita tidak punya pengalaman dengan pendidikan jarak jauh. Belum lagi fasilitas, dana, dan kesiapan masyarakat yang sedang bergulat dengan persoalan ekonomi yang terasa tak pernah tuntas.

Aspek pembelajaran selama ini telah menjadi fokus kegiatan penulis, karena telah berpuluh tahun bergelut di bidang ini dalam kapasitas sebagai pendidik yang berhadapan langsung dengan persoalan ril pembelajaran di sekolah.

Pada awal kebijakan work from home, penulis menunjukkan perhatian ke fasilitas sumber belajar online. Sebagai guru biasa mengarahkan para peserta didik untuk mengeksplorasi sumber-sumber belajar alternatif di internet. Hal itu dilakukan sebagai sebuah cara melatih menggunakan fasilitas digital yang mereka miliki secara lebih bertanggungjawab.

Hampir semua peserta didik memiliki telepon genggam berbasis android, sehingga dalam pikiran penulis tak akan banyak ditemui kendala bila dilaksanakan pembelajaran sistem jarak jauh. Meski begitu muncul ketidakpuasan. Saya berfikir harus ada cara lain yang lebih sesuai dengan karakteristik peserta didik milenial. Cenderung menggunakan gadgetnya untuk mencari kesenangan dan menerima sebuah tantangan dari hal-hal baru di sekitarnya.

Baca Juga: TK Islam Terpadu (TKIT) Al Misbah Sumobito Padukan K-13 dan Keagamaan

Teringat pada blog yang sudah lama tidak diperbaruhi karena kesibukan tugas. Akhirnya terpikir, mengapa tidak manfaatkan fitur google yang gratis sebagai sarana pembelajaran online? Kembalilah menekuni blog yang selama ini terbengkalai. Diisi dengan konten-konten pembelajaran yang dirancang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat sebelumnya. Apalagi konten blog dirancang menjadi interaktif. Alhasil, itu membuat para peserta didik kembali semangat.

Meskipun begitu, masih ada satu hal menggelayuti perasaan, semacam kekhawatiran besar bagaimana jika peserta didik di rumah tidak mendapat dukungan dan pendampingan dari orangtua? Maka terbayang kesulitan peserta didik dan buyarnya tujuan mendidik lewat jarak jauh. Karena diketahui peserta didik jarang menggunakan telepon genggam untuk hal-hal serius seperti belajar atau eksplorasi ilmu pegetahuan dan informasi. Beruntungnya kebanyakan orang tua peserta didik merespon baik apalagi setelah tahu konten dalam blog.

Minggu pertama awal kebijakan belajar di rumah berjalan dengan normal, peserta didik sangat semangat. Pengakses blog melonjak drastis dalam waktu seminggu. Meskipun hanya 12 peserta didik yang selalu online dalam seminggu pertama tersebut. Semua semangat mengikuti program yang sudah disediakan di blog tersebut.

Minggu kedua kenaikan pengunjung semakin tinggi karena peserta didik banyak bercerita dengan teman kelas lainnya. Semakin banyak yang bisa dilatih dan diarahkan untuk menggunakan gadget ke arah yang lebih bertanggung jawab daripada selama ini. Banyaknya pilihan materi disediakan, membuat pembelajaran tidak monoton. Sesekali menggunggah video pembelajaran yang melibatkan peserta didik. Menjadikan semangat belajarnya kian tumbuh.

Minggu ketiga masih semangat bahkan beberapa peserta didik mendaftar masuk dalam grup WhastApp belajar online. Rasanya kelas sudah kembali meskipun bukan nyata. Berikutnya meminta mengirimkan hasil pekerjaan tugasnya melalui surat elektronik (email, red). Meskipun tidak bisa, membuat peserta didik tertantang dan mencoba setelah diajarkan secara virtual. Hanya menyisahkan empat peserta didik saja yang belum mampu, akhirnya diperbolehkan kembali mengirimkan lewat WhastApp.

Akhirnya terdata dari 12 peserta didik yang ikut, kini menjadi 78 peserta didik turut dalam kelas online ini. Terlebih lagi ada hadiah bagi yang selalu aktif dan memperoleh nilai yang baik dalam ulangan harian.

Tanda-tanda kejenuhan peserta didik dan guru mulai terasa hampir setahun terakhir pandemi Covid-19 ini belum usai. Untuk itu diperlukan solusi yang tepat agar tak sampai mengakhiri semangat belajar dari rumah ini.

Mulai dari membangun interaksi yang menarik baik melalui hadiah maupun media pembelajaran yang digunakan. Sehingga kalau badai penularan Covid-19 sudah berakhir dan kembali pembelajaran tatap muka. Tak ada peserta didik yang tertinggal dan langsung dapat mengikuti pembelajaran.

*) Guru IPA SMP Negeri 12 Mukomuko, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.

Lebih baru Lebih lama