Judul : Guruku, Ayahku, Kakakku Kwat Prayitno Menjadi Manusia Bermanfaat dalam

Segala Aspek Berkehidupan

Penulis : Aditya Harja Nenggar, Anton Wahyudi, Khusnul Khotimah

Penerbit : JOMBANG INSTITUTE

Tahun Terbit : 2020

ISBN : 978-623-90004-1-7

Halaman : 210 halaman

OSH!

Sebuah salam khas yang selalu diucapkan oleh para atlet karate (krateka) saat melakukan hormat baik ketika berlatih atau bertanding. Salam ini menunjukkan etika dalam bersosialisasi di segala lingkungan untuk menunjukkan kerendahan hati dan semangat untuk terus belajar.

Membicarakan karate di Kabupaten Jombang tentu tidak akan lepas dan pasti akan teringat pada satu nama. Ya, Kwat Prayitno. Pria kelahiran 28 Agustus 1960 itu namanya sangat masyhur dan lekat dengan seni bela diri asal negeri Jepang tersebut. Dedikasi panjang yang mungkin telah hampir dilakukan seumur hidupnya, membuat Kwat Prayitno dan karate ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

Buku ini bisa membawa pembacanya mengenal dekat seorang sosok seorang Kwat Prayitno. Bagi pembaca awam yang mungkin belum pernah mengenal Kwat Prayitno mungkin bisa langsung jatuh cinta dengan sosoknya.

Kesuksesannya serta dedikasinya dalam membesarkan karate di Kabupaten Jombang tentu sedikit banyak menggelitik orang-orang untuk mengetahui bagaimana Grand Master karate ini menjalani hidupnya. Bagaimana dia bisa jatuh cinta sebegitu dalamnya dengan karate dan hal-hal menarik apa saja yang telah dilaluinya selama hampir 60 tahun masa hidupnya.

Melalui buku “Guruku, Ayahku, Kakakku Kwat Prayitno Menjadi Manusia Bermanfaat dalam Segala Aspek Berkehidupan” karya Aditya Harja Nenggar, Anton Wahyudi, Khusnul Khotimah segala sisi kehidupan Kwat Prayitno dikuak. Dari buku ini diketahui bahwa Kwat Prayitno kecil ternyata sempat dilarang oleh sang ayah untuk mengikuti latihan karate yang kala itu masih dilakukan di markas Komandan Distrik Militer (Kodim) 0814 Jombang di Jalan Wahid Hasyim. Namun dengan segala usaha yang dilakukannya, Kwat Prayitno kecil berhasil meyakinkan ayahnya dan totalitas pada karate sejak saat itu hingga sekarang.

Diceritakan dengan gaya yang mengalir dan santai membuat pembaca begitu nyaman saat membaca fragmen-fragmen hidup Kwat Prayitno yang dituangkan dalam buku ini. Ketiga penulis berhasil meramu momen-momen penting dalam hidupnya menjadi sebuah cerita yang dekat dan bisa direfleksikan pembaca.

Baca Juga: Jaydran Afrand Pratama Juara Berkat Jasa Sang Ayah


Dilengkapi foto-foto yang sebagian besar adalah dokumentasi pribadi milik Kwat Prayitno membuat cerita kian hidup. Membuat pembaca larut dan seolah ikut mengalami kejadian. Cerita yang disajikan pun tidak melulu soal Kwat Prayitno dan karate, tetapi juga tentang bagaimana dia menempuh pendidikan hingga merintis dan membangun bisnis toko bangunan. Banyak sekali nilai-nilai yang didapat oleh pembaca. Semangat dan dedikasi tak kenal lelah seorang Kwat Prayitno dalam segala aspek kehidupan dapat dijadikan inspirasi tersendiri bagi pembaca.

Tidak perlu khawatir terhadap istilah khusus yang ada dalam dunia karate. Karena melalui catatan kaki penulis memberikan penjelasan yang cukup komprehensif terhadap istilah karate yang muncul dalam bagian-bagian hidup Kwat Prayitno. Sayang rujukan dalam menjelaskan istilah khusus dalam karate ini harus diambil dari situs populer yang dalam dunia akademik kurang dipercaya kredibilitasnya.

Namun sebagai sebuah buku biografi, buku ini bisa membawa pembacanya mengenal dekat seorang sosok seorang Kwat Prayitno. Bagi pembaca awam yang mungkin belum pernah mengenal Kwat Prayitno mungkin bisa langsung jatuh cinta dengan sosoknya. Apalagi bagi mereka yang kenal bahkan dekat dengan sosoknya, buku ini adalah sebuah album pengingat kisah manis mereka bersama dengan sang legenda.

Peresensi: Fitrotul Aini

Lebih baru Lebih lama