MOJOAGUNG –
Pandemi Korona membuat beragam rencana program dan kegiatan yang telah disusun terpaksa harus ditunda atau bahkan dibatalkan. Begitupun yang dirasakan oleh SMK Negeri Mojoagung, sejumlah program dan kegiatan yang telah dirancang akhirnya tak dapat dijalankan keseluruhan. Selain itu ada beberapa yang harus dibatalkan karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Sekolah yang memiliki lima bidang kejuruan ini terpaksa menunda berbagai program dan rencananya akibat Korona. Namun tak mau berlarut dan berlama-lama berhenti, melalui jurusan Kimia Industri, pandemi Korona ini kemudian dimanfaatkan dalam pengaktualisasian materi dan praktik pembelajaran.

“Peserta didik diajak untuk membuat hand sanitizer, aneka jenis sabun dari sabun cuci tangan hingga cuci piring, juga disinfektan untuk mensterilisasi ruangan agar tidak terpapar bakteri dan virus. Selain itu juga memproduksi Virgin Coconut Oil (VCO) yang memiki banyak manfaat bagi kesehatan,” jelas Kepala SMK Negeri Mojoagung, Panca Sutrisno, S.Pd. M.Si.

Berharap semoga kondisi bisa segera kembali normal. Karena potensi peserta didik berkembang lebih maksimal ketika mendapatkan pembelajaran serta praktik secara tatap muka.

Tidak hanya digunakan di lingkungan sekolah, hasil produksi peserta didik tersebut juga dibagikan kepada wali peserta didik dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. Disinfektan hasil produksi peserta didik juga secara berkala tidak hanya digunakan untuk sterilisasi lingkungan sekolah tetapi juga wilayah di sekitar sekolah.

Apresiasi kemudian didapatkan dari kelompok Dharma Wanita Persatuan (DWP) Unit Kerja (Unker) SMK Negeri Mojoagung. Persatuan istri Aparatur Sipil Negara (ASN) itu memesan hand sanitizer dan disinfektan hasil produksi peserta didik untuk dibagikan saat acara bakti sosial beberapa waktu yang lalu.

“Apresiasi yang didapat dari masyarakat tersebut memacu kami untuk terus berkreasi dan berproduksi meski masih di tengah keterbatasan karena aturan yang membatasi jumlah peserta didik yang diizinkan untuk mengikuti pembelajaran tatap muka. Sehingga biasanya kegiatan praktik kejuruan diikuti oleh 36 peserta didik, saat ini hanya bisa bergantian diikuti 9 peserta didik,” ujar Panca Sutrisno.

Baca Juga: AKM Salah Satu Siasat Penilaian Pendidikan Menyeluruh


Ketua Jurusan Kimia Industri, Erika Anggraini, S.Si menambahkan, dibatasinya jumlah peserta didik yang boleh mengikuti pembelajaran tatap muka membuat guru harus kreatif dan selektif memilih materi. Agar tetap bisa belajar sekaligus mempraktikkan materi pembelajaran yang diajarkan, guru akan menyesuaikan materi yang percobaannya dapat dilakukan di rumah.

“Bahan-bahan yang kami gunakan juga diusahakan berasal dari alam. Meski dalam prosesnya melibatkan unsur-unsur kimia, namun produk yang kami hasilkan aman dan ramah dengan alam,” tambah Erika Anggraini.

Meski jurusan Kimia Industri yang saat ini terlihat unggul karena nyata menghasilkan sebuah produk, bukan berarti keberadaan jurusan lain menjadi tersisih. Justru jurusan-jurusan ini saling bekerja sama satu sama lain membentuk sebuah sinergi dalam proses pembelajaran.



Seperti misalnya jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran bisa membantu dalam pengemasan serta strategi pemasarannya. Jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga dapat memanfaatkannya dalam materi pembelajaran penghitungan keuangan yang dikeluarkan sejak masih dalam bentuk modal, pendapatan, hingga laba yang diperoleh.

“Jurusan lain pasti memiliki keunggulannya masing-masing. Hanya saja karena bentuk outputnya adalah jasa maka tidak bisa secara langsung dilihat hasilnya,” tutur Panca Sutrisno.

Pria berkacamata itu berharap semoga kondisi bisa segera kembali normal. Karena potensi peserta didik berkembang lebih maksimal ketika mendapatkan pembelajaran serta praktik secara tatap muka. Beragam program dan kegiatan pun telah siap dijalankan untuk semakin mendorong potensi peserta didik kedepannya.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini

Lebih baru Lebih lama