BARENG – Media bermain dan belajar anak didik bisa berasal dari mana saja. Bahkan dari bahan bekas ataupun yang tersedia alami di sekitar lingkungan sekolah atau rumah. Tinggal diberikan sentuhan kreatif maka bisa didayagunakan.
Kebiasaan ini sudah dijalankan oleh TK Tri Dharma Bareng. Sebelum Pandemi Covid-19, guru beserta anak didik kerap melakukannya. Bisa diambil dari sekitar sekolah atau anak didik membawa dari rumah aneka bahan yang sudah tidak digunakan.
Kegiatan ini bukanlah sekedar pemanfaatkan barang bekas maupun yang tersedia di lingkungan. Melainkan melatih kepekaan anak didik dalam melihat, menemukan, dan mendapatkan sesuatu. Sehingga ketika kembali di tengah keluarga bisa diterapkan dalam beberapa situasi tertentu.
Kepala TK Tri Dharma Bareng, Sulisiyah, S.Pd. menjelaskan bahwa kegiatan ini bukanlah sekedar pemanfaatkan barang bekas maupun yang tersedia di lingkungan. Melainkan melatih kepekaan anak didik dalam melihat, menemukan, dan mendapatkan sesuatu. Sehingga ketika kembali di tengah keluarga bisa diterapkan dalam beberapa situasi tertentu.
“Misalkan saja memilih batu yang tercecer di halaman, dengan betuk, tekstur, ukuran berbeda-beda. Jika mampu memperlakukan dengan baik maka bisa dimanfaatkan sebagai media bermain dan belajar anak didik. Proses itu sebenarnya melatih pengembangan motorik halus anak didik,” ungkap Sulisiyah.

Bukan dilihat dari hasil akhirnya, melainkan proses yang dialami oleh anak didik. Anak didik di tengah proses tersebut sebenarnya sedang melakukan permainan dan pembelajaran lain. Mengenali warna, membangun keberanian, kepekaan, hingga interaksi dengan teman sebayanya.
Baca Juga: Pendidikan Diniyah Terkendala Membaca Huruf Pegon
Sementara, Guru Kelompok B, TK Tri Dharma Bareng, Enny Puspitawati, S.Pd.AUD. membenarkan proses pembelajaran dari memanfaatkan barang bekas atau yang tersedia di lingkungan sekolah bisa digunakan dalam ragam pembelajaran. Dari pengenalan warna anak didik, selanjutnya diminta menunjukkan atau mencari benda-benda dengan warna yang serupa.
Enny Puspitawati mengatakan, “Akhirnya anak didik pun turun ke luar kelas mencari benda yang warnanya sama. Pembelajaran dengan keterlibatan anak didik ini memecah kebosanan dan memulihkan kembali keceriaan serta semangat belajar.”
Guru pun berkesempatan kembali memodifikasi untuk penguatan lain selaiknya karakter. Enny Puspitawati menjabarkan dalam satu tema pengenalan warna tersebut, selanjutnya disisipi pendidikan karakter kepada anak didik. Dari sopan santun, tidak mencuri, dan jujur dalam proses pencarian benda-benda tersebut.
Reporter/Foto: Fitrotul Aini/Istimewa