JOMBANG – Monumen dibangun tentu karena memiliki kisah yang melatar belakanginya. Kemudian direpresentasikan pada sebuah desain ikon monumen tersebut.

Pada periode sekitar tahun 1994 hingga 2000-an, Dusun Keras, Desa Keras, Kecamatan Diwek merupakan wilayah yang sukses dalam pengembangan peternakan ayam, khususnya ayam bukan ras (Buras).

“Ayam yang diternak oleh warga adalah jenis buras arab. Ayamnya kecil-kecil tapi bertelurnya banyak. Sebelumnya sudah ada beberapa warga yang beternak. Namun semakin bertambah banyak dan hampir ditekuni oleh seluruh warga dusun ketika ada program peningkatan hasil peternakan yang digagas oleh pemerintah pusat,” jelas Kepala Dusun Keras, Desa Keras, Kecamatan Diwek, Ali Fathurrohman.

Kemudian sekitar tahun 1996, pemerintah desa berinisiatif membuat sebuah tugu penanda untuk memperingati keberhasilan usaha peternakan ayam yang sudah didapat. Dibuatlah Tugu Ayam dan diletakkan di persimpangan jalan Dusun Keras agar warga dan masyarakat bisa melihatnya.

Adanya bantuan program ditambah juga pendampingan melalui Dinas Peternakan Kabupaten Jombang, hasil ternak warga semakin meningkat. Untuk meyalurkan atau memasarkan, peternak hanya perlu menyetorkannya pada induk usaha yang sudah terbentuk seiring dengan pemberian bantuan.

Melalui induk usaha harga hasil ternak para peternak lebih terkontrol dan terjaga. Disisi lain para peternak juga tidak perlu lagi memusingkan kemana mereka akan menjual hasil ternaknya karena semuanya sudah diatur oleh induk usaha. Sehingga para peternak tinggal memikirkan memaksimalkan hasil ternaknya saja.

Atas segala usaha dan hasil yang didapatkan, peternakan ayam Dusun Keras, Desa Keras kemudian mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat. Ketua Kelompok Peternak Ayam Buras Dusun Keras, Kepala Desa Keras, dan beberapa peternak diundang ke Jakarta untuk menerima penghargaan.

Baca Juga: Pelatihan Majelis Pembimbing Perkuat Pembentukan Karakter


“Kemudian sekitar tahun 1996, pemerintah desa berinisiatif membuat tugu penanda untuk memperingati keberhasilan usaha peternakan ayam yang sudah didapat. Dibuatlah Tugu Ayam dan diletakkan di persimpangan jalan Dusun Keras agar warga dan masyarakat bisa melihatnya,” tambah Ali Fathurrohman.

Sayangnya, sekitar akhir tahun 1999 ayam-ayam di Dusun Keras tersebut terkena wabah mematikan, harga pakan yang meroket, dan harga jual telur yang turun drastis. Rumitnya perawatan ayam yang mati terkena wabah membuat peternak repot dan merugi.



Sehingga agar tidak semakin menyebarkan penyakit sekaligus meminimalisir kerugian, banyak peternak kemudian mulai menjual aset-asetnya. Termasuk juga dengan kantor induk usaha yang kemudian dibeli oleh Dinas Peternakan Kabupaten Jombang.

Saat ditanya apakah ada kemungkinan untuk kembali menghidupkan peternakan ayam di Dusun Keras, Ali Fathurrohman mengemukakan jika harga pakan tidak tinggi, harga jual telur yang stabil, dan ada pihak yang menerima untuk mendistribusikan hasil telur peternakan, tidak menutup kemungkinan jika warga mau untuk kembali beternak. Namun jika kondisi belum jelas, warga belum akan mau untuk kembali.

Sementara itu Tugu Ayam saat ini sudah dijadikan sebagai ikon dusun. Banyak warga yang memanfaatkannya sebagai tempat saling bertemu untuk jual beli online. Beberapa juga menjadikannya sebagai untuk tempat untuk berswafoto.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini

Lebih baru Lebih lama