JOMBANG –
Sejarah kebesaran Majapahit tak hanya patut untuk dilestarikan. Melainkan juga bisa kembali dipelajari bahkan diterapkan dalam sistem kemasyarakatan saat ini. Oleh karenanya, dalam Gaung Sakala Bhumi (GSB) Majapahit mengambil tema Widyahandayani Digdayaning Nagari (Dengan Pengetahuan akan Memperkuat Negeri) mengajak generasi milenial mengenal dan mencintai situs-situs khususnya dari zaman Kerajaan Majapahit. Karena di situs itu bersemayam nilai luhur tempat dialirkannya pengetahuan.

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menggandeng Pemerintah Kabupaten Jombang, Lesbumi NU (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama) Jombang, dan Sanggar Rebung Jombang menyelenggarakan GSB Majapahit. Salah satu acaranya berlangsung di Pendapa Pemkab Jombang pada Kamis (5/11).

Kepala Unit Pengelolaan Informasi Majapahit (PIM) BPCB Jawa Timur, Ahmad Hariri yang hadir saat Talkshow Kebudayaan menyatakan, “Pemilihan Kabupaten Jombang sebagai tempat peringatan Hari Jadi Majapahit ini tidak lepas dari letak geografisnya. Yakni Jombang yang tak terpisahkan dari Kerajaan Majapahit. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak ditemukannya peninggalan yang diduga dari Kerajaan Majapahit di wilayah Kabupaten Jombang.”

Terdapat tiga nilai utama yang dapat dipelajari. Pertama, konsepsi manusia dan kemuliaannya. Kedua, konsepsi manusia dan keberlangsungannya seraya tantangan kekiniannya. Sementara ketiga, konsepsi manusia dan kecerdasannya.

Bupati Jombang, Hj. Mundjidah Wahab dalam sambutannya juga berterima kasih atas kepercayaan terhadap Kabupaten Jombang untuk bisa mengadakan kegiatan GSB Majapahit di luar wilayah Mojokerto yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Majapahit.

Mundjidah Wahab juga yakin bahwa dengan banyak ditemukannya peninggalan di Jombang menandakan bahwa Kota Santri ini memang menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit. Sehingga perlu untuk turut menjaga dan mempelajari apa yang menjadi peninggalan-peninggalannya.

Sementara Ketua Lesbumi NU Jombang, Inswiardi menyatakan sewaktu diajak kerjasama oleh BPCB Jawa Timur sangat menyambut baik. Lantas menentukan sub tema yakni Majapahit dan Tata Kelola Air, Sejarah, Tantangan, dan Masa Depannya. Hal ini didasarkan dari pelbagai temuan peninggalan Kerajaan Majapahit yang hampir seluruhnya terdapat bagian yang menceritakan bahkan menunjukkan pengelolaan air sangat tertata dengan apik. Aspek kehidupan bergantung pada keberadaan air yang laik.


Baca Juga: Kenina Dea Aisha Terbiasa Hidup Mandiri


“Fokus utamanya adalah ingin merawat pengetahuan. Terdapat tiga nilai utama yang dapat dipelajari. Pertama, konsepsi manusia dan kemuliaannya yaitu air mempunyai fungsi menyucikan. Jika ditarik ke masa kini, maka tantangan konsepsi ini adalah menjaga mutu, jumlah serta kualitas air. Kedua konsepsi manusia dan keberlangsungannya seraya tantangan kekiniannya. Mengatur cara terbaik bagi pemanfaatan air untuk kepentingan dengan berdasarkan iman, pengetahuan, dan kepatuhan. Sedangkan ketiga ialah konsepsi manusia dan kecerdasannya yang dibuktikan adanya teknologi akuatik yang luar biasa dengan peninggalan patirtan.” jelas Inswiardi.

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Jawa Timur, Ismail Lutfi, MA menegaskan memang di era Kerajaan Majapahit telah memiliki sistem pengelolaan air yang sangat baik. Tidak hanya sekadar pendayagunaan air, melainkan sampai pada pemikiran pelestarian sumber airnya. Agar air yang didayagunakan tetap memberikan manfaat. Hal inilah yang seharusnya dipelajari dan diaplikasikan, disesuaikan dengan perkembangan periode itu.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini

Lebih baru Lebih lama