JOMBANG - Tiada di sangka sosok ceria nan penuh tawa seketika menjadi terdiam dan hanyut dalam halusinasi yang mengaduk amarah. Ini adalah cerita dari freelinecer Fotografer Majalah Suara Pendidikan, L. Wahyu Wijaya saat dinyatakan positif Covid-19 di awal bulan September 2020 ini.

Setelah sembuh dan bercerita lewat sambungan telepon genggam, L. Wahyu Wijaya banyak mengungkapkan perjalanannya selama terkena virus mematikan dari Wuhan, Tiongkok itu. Semua berawal ketika berbelanja kopi untuk kedainya sekaligus ingin belajar dengan membandingkan cita rasa minum yang sangat khas aromanya tersebut di Kota Pahlawan.

Pada malam pada hari-hari pertama adalah hal terberat. Bayangkan rasanya ingin segera pagi. Setibanya tidur ternyata baru beberapa menit saja. Rasa sesak di dada membangunkan saya.

Tak dinyana semua berakhir buruk dan menasbihkannya sebagai pasien positif lanjutan Covid-19. L. Wahyu Wijaya, usai merasakan meriang hampir sepekan, untungnya jiwa besarnya yang tiada ragu membawanya memberanikan diri memeriksakan diri ke UGD RSUD Jombang setelah seminggu dari Surabaya kondisinya meriangnya tak bernagsur membaik.

Baca Juga: Sulistyaningati Campursari Adalah Dunianya

"Hasilnya semua baik. Bahkan ketika di tes keseluruhan dari urine, jantung, darah, dan di rapit tes hasilnya negatif. Namun semua seolah berubah menjadi petaka tatkala dokter mewawancarainya untuk menanyakan sejumlah hal. Termasuk riwayat perjalanan dan gangguan seperti dialami oleh pasien tanpa gejala yakni kehilangan indera perasa dan penciuman," tutur L. Wahyu Wijaya yang telah bergabung dengan Majalah Suara Pendidikan sejak tahun 2013.

Meskipun dia harus menjalani karantina di RSUD Jombang hampir 14 hari di tambah 7 hari lagi di rumah, keluarga besarnya dinyatakan negatif terpapar. Hal itu karena antisipasi dini yang dilakukan lelaki bertubuh tambun ini untuk menjalankan isolasi mandiri satu minggu di rumah setelah dari misinya berbelanja kopi. Jadi, selain menyendiri di kamar, tiap kali mau keluar baik ke toilet dan mengambil makanan yang telah disiapkan di depan kamar tak lupa untuk membersihkan diri dengan Hand Sanitaizer.



Dibayangi Pria Berseragam dan Perawat Ramah

Hari-hari berat penuh kecemasan mulai menghampiri bapak tiga putra ini ketika mengawali isolasi di RSUD Jombang. Bukannya takut anggapan miring keluarga, masyarakat, tetangga, maupun teman. Lagi-lagi keberuntungan masih berpihak, semua merespon positif dan memberikan perhatiannya. Namun mendadak rasanya sesak dan tak dapat tidur nyenyak datang setiap harinya.



L. Wahyu Wijaya mengatakan, "Pada malam pada hari-hari pertama adalah hal terberat. Bayangkan rasanya ingin segera pagi. Setibanya tidur ternyata baru beberapa menit saja. Rasa sesak di dada membangunkan saya."

Meskipun ditempatkan sendiri ketika di rawat, hiburannya hanyalah sebatas telepon genggam dan selebihnya tak ada. Bahkan, tambah L. Wahyu Wijaya jam dinding mesti diturunkannya di dini hari buta karena dianggap memberikannya teror tersendiri yang memupuk ketakutannya.



L. Wahyu Wijaya bercerita, "Saya sampai marah. Memukul-mukul tempat tidur, hingga bertanya-tanya mengapa terjadi kepada saya. Rasanya diri saya diajak berjalan, berputar-putar tak jelas arahnya oleh seorang pria bersergam menyerupai tentara. Entah tak tau pasti di daerah mana. Pokoknya berjalan saja dan aneh sekali."

Namun di lain hari dia melihat sendiri dari balik jendela dan mendegar cerita-cerita dari orang yang menyaksikan sekaligus menjadi saksi perawatan pasien lain yang sama-sama dinyatakan positif Covid-19, halusinasi tersebut sering terjadi pada pasien. Bahkan ada yang lebih parah hingga menggigit tangannya sendiri.



Terhitung sejak dia masuk, seminggu kondisi itu berlarut. Namun kembali untung tak dapat dielakan oleh penggemar kemera merek Nikon ini, perawat yang ramah sedikit mengobati rasa suntuk yang berkelindan tak ada hentinya itu.

Selain ramah memberikan sapaan, para perawat di RSUD Jombang yang menjaganya di Pavilun Dahlia itu sungguh perhatian. Baik bertanya kabar dan perkembangan perawatannya, bahkan membagikan pasword wifi di sana ketika berjalan-jalan diseputaran halaman kamarnya yang luasnya tak lebih dari dua kereta pengantar makanan, kekeh L. Wahyu Wijaya tersenyum lega mengingat peristiwa itu.

Tetapi hal yang menjadikannya kian berpikir positif dan yakin dapat melalui semuanya dengan cemerlang adalah dukungan besar dari sosok ayah. Menurutnya, ayahnya memberikan sumbangsih luar biasa terhadap dirinya. Mulai mengantarkannya ke UGD untuk periksa serta mau menjalankan isolasi mandiri di lantai 2 rumahnya, hampir seminggu sejak dirinya dinyatakan positif itu.



"Selain itu bapak tiap pagi mengajaknya Video Call, baik sekadar bertanya kabar atau memulai obrolan yang jenaka. Jadi, senyum-senyum kecil kembali teruntai dari raut muka saya," kenang putra pertama dari tiga bersaudara ini.

Terpenting baginya saat itu segera menyudahinya dan menjalani hidup dengan pola baru. Dari membiasakan cuci tangan hingga memakai Hand Sanitaizer merupakan hal yang penting. Lebih lagi berolahraga rutin saban pagi, itu adalah kunci utamanya. L. Wahyu Wijaya pun mengajak semua masyarakat Jombang pada khususnya mulai memerhatikan bahaya korona. Jangan sekalipun menganggap enteng maupun menyepelehkannya, sebab nanti yang tertahan bukan saja raga untuk diisolasi. Melainkan lebih dari itu, jiwa dan orang-orang terkasih pun tak akan henti menghantui pikiran kita.

Reporter/Foto: Rahmat Sularso Nh./Luhur W. Wijaya
Lebih baru Lebih lama