MOJOWARNO - Kutipan tersebut sangat pas jika disandingkan dengan situs Pande Gong yang berada di Dusun Kuwasen, Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno. Banyak sekali kisah lampau yang terukir di sana.

Salah satunya seperti yang diungkapkan mantan Kepala Dusun Kuwasen dan sesepuh desa setempat Markat. Dia mengatakan bahwa dulunya di situs itu merupakan tempat peristirahatan punggawa pemerintahan di era Majapahit bernama Patih Nambi atau lebih dikenal masyarakat Mbah Nambi.

Cerita itu dibenarkan pula oleh penganggujawab situs Pande Gong, Heri Jayadi. Menurutnya, Mbah Nambi merupakan leluhur Dusun Kesuwen. Hal itu tak lepas dari peran Mbah Nambi sebagai tokoh yang mbabat alas (membuka lahan) di wilayah tersebut.

Peradaban masa lalu memberikan banyak pelajaran bagi masa kini. Banyak nilai yang bisa diambil dari riwayat kesejarahan.

“Dapat dibilang jasa Mbah Nambi di Dusun Kuwasen sangatlah besar. Namun begitu, bukan saja Mbah Nambi, ada juga Mbah Ijo yang turut serta memekarka wilayah tersebut. Hanya saja makamnya hilang pasca tragedi (pemberontakan) 1965,” ungkap Heri Jayadi.

Heri Jayadi mengungkapkan bahwa yang berkembang cerita di masyarakat sekarang ini ada dua versi. Versi pertama, lanjutnya, dikabarkan dulunya sering terdengar suara gamelan di situs Pande Gong. Sementara versi kedua, dulu ketika ada warga Dusun Kuwasen menggelar hajatan dan menggunakan gamelan sebagai pengiringnya, maka tak lama akan muncul di situs Pande Gong gamelan yang siap digunakan. Oleh karena itu, secara kolektif warga menyebut sebagai situs Pande Gong lantaran berkaitan erat dengan alat musik tradisional Jawa tersebut.

Baca Juga: Ekspresi Emosi Secara Sehat, Penting Diajarkan untuk Anak


Heri Jayadi menambahkan, “Bahkan di tahun 1963 pernah ditemukan dua buah kempul gong. Alat musik tradisional itu dalam kondisi utuh namun terpendam.”

Oleh sebab itu, hingga sekarang tradisi barikan, sedekah desa, dan syukuran hajat masih dilaksanakan masyarakat setempat di situs Pande Gong. Walaupun tidaklah keseluruhan warga, namun hal ini sebagai upaya menghormati leluhur.

“Harapan kami tentunya generasi sekarang tak sampai melupakan peninggalan dari Mbah Nambi dan Mbah Ijo. Selain itu menjaga nyala tradisi yang telah lama mengakar dan menjadi bagian dari leluhur,” tutur Markat.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama