JOMBANG - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Jombang merupakan salah satu bidang yang terpukul akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pemerintah tidak menutup mata. Bantuan dikucurkan untuk UMKM agar mampu bertahan dan berkembang.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Jombang, Drs. Muntholip, M.Si. mengatakan, "Kami memfasilitasi para pelaku UMKM untuk kembali bangkit dengan usaha yang ditekuninya. Hal ini sebagai pemantik membangun kesejahteraan ekonomi masyarakat Kabupaten Jombang."

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Jombang, sebanyak 63.300 pelaku UMKM telah diusulkan mendapatkan bantuan dari pemerintah senilai Rp 1 juta. Namun terdapat regulasi yang disesuaikan dengan kuota yang diberikan pemerintah untuk setiap kabupaten/kota. Setiap kabupaten/kota hanya mendapatkan kuota 20 ribu pelaku UMKM.

Bantuan ini merupakan stimulus untuk pelaku usaha menambah modal. Lantaran sudah melewati rangkaian proses administrasi yang beragam dari bank.

Disisi lain ada penyaringan administrasi bagi penerima bantuan. Sehingga dari satu per tiga, pelaku UMKM memang tak sesuai syarat. “Bantuan ini merupakan stimulus untuk pelaku usaha menambah modal. Lantaran sudah melewati rangkaian proses administrasi yang beragam dari bank," jelas Muntholip.

Baca Juga: Soal Pembelajaran Tatap Muka Disdikbud Jombang Tindaklanjuti Instruksi Mendikbud

Muntholip menambahkan, usai menerima bantuan, pelaku UMKM tak diwajibkan memberikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Hanya melaporkan bahwa bantuan itu sudah masuk ke rekening pelaku usaha.

Bantuan Pemerintah, UMKM Bergerak

Kepala Bidang Usaha Mikro, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Jombang, Aries Yuswantono, SS.,M.Si. menerangkan, dari 18 asosiasi UMKM, didominasi oleh usaha makanan dan minuman (Mamin). Walhasil, seluruhnya pelaku usaha tersebut sedikit demi sedikit mampu memperbaiki pola penjualan.



Seperti yang dirasakan oleh salah satu pelaku UMKM Kripik Pisang Kinza, Azizah Sukmawati. Dia mampu bangkit dan cemilan yang diproduksinya menembus pasar modern yang tersebar di 65 outlet di Kabupaten Jombang.

"Dari bantuan modal pemerintah, saya bisa membeli bahan kemasan yang lebih menarik. Selain itu juga menambah pengadaan bahan baku. Pada masa pemulihan ini, setiap minggu mendata pesanan dari pasar modern," tutur Azizah Sukmawati.

Pernyataan senada juga diungkapkan perajin aksesoris dan tas, Ike Norawati. Penjualan produksi kerajinan wanita ini sempat terjun bebas. Betapa tidak, sebelum pandemi dia mendapat laba minimal Rp 5 juta per bulan. Namun saat pandemi mendapatkan Rp 500 ribu harus memeras keringat.

"Saat pandemic permintaan memang menurun drastis. Tetapi saat ini perlahan mulai bangkit. Utamanya setelah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Pemesanan dari konsumen mulai mengalir," tutup Ike Norawati.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.

Lebih baru Lebih lama