Rahmat Sularso Nh.*

Awan hitam Covid-19 hingga kini belum juga terurai cerah. Makin banyak lagi korban yang tertular. Bahkan Jombang sendiri naik kelas menjadi zona merah. Jadi kiranya kecil sekali merealisasikan harapan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI untuk memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada Januari 2021.

Untuk itu penting kiranya mencoba pelbagai cara agar pembelajaran tetap dapat berlangsung dengan baik. Secara pelaksanaan hingga kepada pemahaman peserta didik.

Tidak dipungkiri dalam PTM akan tumbuh jalinan pemahaman yang lebih karena adanya perhatian yang diberikan berlangsung secara maksimal. Jadi, guru bakal mengetahui keterserapan materi pembelajaran yang disampaikan ke peserta didik. Demikian pun kesulitan yang dihadapi peserta didik, besar kemungkinan guru akan cepat mengetahui dan mengatasinya secara maksimal.

Guru dapat menjadikan contoh di sekitar lingkungan sebagai medium dalam mengantarkan pemahaman tentang materi pembelajaran. Disitulah akan terjadi sebuah tahapan berbeda dalam pembelajaran dan tak ada kesulitan berarti.

Ditambah guru mampu melaksanakan kurikulum dengan saksama. Artinya, baik itu kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah disusun dapat berjalan utuh. Bandingkan saja ketika dilakukan pembelajaran model virtual/dalam jaringan (daring), tentu ada pembeda yang begitu kental terasa. Dari pelaksanaan yang hanya berlangsung di depan layar gedget, hingga makna kehadiran guru yang terasa jauh. Pertautan emosian antara guru dan peserta didik sangat terhampar luas.

Tetapi itu bukan menjadi alasan pamungkas mengakhiri dalam memberikan pendidikan berkualitas kepada peserta didik. Banyak alternatif agar pembelajaran tetap berjalan menarik. Penuh dinamika dan pastinya ada juga tantangan. Dengan kata lain, guru dalam proses pembelajaran tersebut adalah pamungkasnya guna memberikan banyak penetrasi yang beragam.

Disinilah kesempatan guru dalam menimba dan memperbanyak kompetensi mengajarnya. Mencari serangkaian referensi pembelajaran yang mengasyikan guna menghidupkannya. Apalagi di era sekarang tampaknya tiada yang tak mungkin. Asalkan mau pasti bisa menyusun pembelajaran yang diharapkan tersebut.

Baca Juga: Membaca Peluang dengan Melawan Arus


Dari merancang rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi sekarang ini, hingga mendudukkan peserta didik bagaimana selaiknya yang dilakukannya dalam pembelajaran daring.

Pasti bagi peserta didik hal ini tidaklah sulit, hanya perlu menyesuaikan saja karena seolah menjadi bagian dari hidupnya. Gedget menjadi teman paling setia dari bangun tidur sampai kembali terlelap. Namun, sekarang adalah kegunaannya. Tak setakat mengunduh kepuasan hati untuk kegembiraan. Lebih daripada itu, sekarang dimanfaatkan untuk pembelajaran yang seoptimal mungkin.

Dalam fase ini tak ubahnya menyatukan persepsi dan konsentrasi antara guru dan peserta didik. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh guru-guru yang memiliki visi pembelajaran jelas dan menjalin ikatan batin yang cantik dengan peserta didiknya. Sehingga guru akan menjalankan perannya sebagai seorang motivator, mediator, hingga komunikator dalam sebuah pembelajaran.

Senyampang itu membuka pandangan dan keyakinan peserta didik dalam menghadapi situasi yang baru. Memang dalam perjalanannya peserta didik terbiasa ketika menerima PTM, namun dengan mewabahnya Covid-19 guna keamanan bersama daring adalah jalan keluar paling efektif. Oleh karenanya, peserta didik diminta membiasakan dan lekas beradaptasi dengan kebiasaan baru yang membatasi terjadinya pertemuan tersebut.

Tak lupa guru pun bisa memanfaatkan lingkungan sekitar peserta didik untuk jembatan meraih pemahaman materi pembelajaran. Walaupun terpisah jarak tak lantas mengurai pemahaman peserta didik. Sekaligus besar kemungkinan tindakan semacam ini akan menghapus terjadinya kejenuhan peserta didik dalam belajar dan menganggap sambil lalu saja tugas yang diberikan.

Jadi, guru dapat menjadikan contoh di sekitar lingkungan sebagai medium dalam mengantarkan pemahaman tentang materi pembelajaran. Disitulah akan terjadi sebuah tahapan berbeda dalam pembelajaran dan tak ada kesulitan berarti. Karena peserta didik dapat menemukannya dari lingkungan di sekitarnya dan lebih mudah dalam pemahamannya karena keseharian ataupun pengalamannya sudah terhimpun sebelumnya.

Kini tinggal pengawasannya berjalannya pembelajaran daring tersebut. Memang untuk saat ini kehadiran orangtua atau sosok yang dianggap mampu menjalankan aspek pengawasan itu sangatlah penting. Selain mengontrol pembelajaran yang berlangsung secara virtual juga mendorong peserta didik menjalankan dengan bermutu juga.

Hanya juga penting sekali sekiranya guru memupuk tanggungjawab peserta didik. Hal ini kedepannya akan sangat bermanfaat dan memberikan dampak yang berarti bagi peserta didik. Kalau peserta didik telah memiliki tanggung jawab pembelajaran ini adalah untuknya sendiri, maka dengan sendirinya bakal menjalankan tanpa harus membebani orang lain.

Sesungguhnya dalam melahirkan rasa tanggung jawab peserta didik ini tidak mudah. Namun optimisme itu tetap dibangun, sama halnya ketika mengibarkan bendera keyakinan bahwa dapat melakoni pembelajaran model daring.

Bersama dengan pembiasaan-pembiasaan yang rutin dijalaninya, bukan tidak mungkin pelangi yang indah itu bakal tercipta. Pembelajaran daring penuh kedinamisan tetap berlangsung berbarengan dengan rasa tanggung jawab yang sudah melekat pada peserta didik.

*) Pemimpin Redaksi Majalah Suara Pendidikan

Lebih baru Lebih lama