JOMBANG -
Ketika Pembelajaran Tatap Muka (PTM) diperbolehkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI pada Januari 2021 semua pasti gembira. Namun berbeda dengan Jombang yang dalam penularan Covid-19 masih masif. Bahkan saat ini Jombang masuk dalam zona merah, sehingga sangat kecil kemungkinannya bakal melaksanakan PTM.

Tetapi di luar keberlangsungan jadi tidaknya PTM, tak ada salahnya mengulik lebih mendalam seputar pandangan pengambil kebijakan dan pelaku pembelajaran di sekolah semenjak PTM tergantikan virtual/dalam jaringan (daring).

Ibarat kata, ini adalah fase perubahan yang terjadi tanpa ada perencanaan terlebih dulu. Namun harus tetap bisa dijalankan agar tak sampai terjadi peserta didik tertinggal masa pendidikannya. Oleh sebab itu, semua lini mesti berbenah dan memposisikan diri agar mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Jumadi, S.Pd., M.Si. melihat bahwa dalam transformasi pembelajaran ini memang butuh penyelarasan. Tidak hanya bagi guru maupun peserta didik, tetapi kesemuanya harus segera beranjak pada perubahan tersebut. Andaikan tak mampu mengikuti dengan baik, praktis pembelajaran akan berjalan seperti siput. Bahkan bisa jadi lumpuh.

“Alhasil guru harus mau dan wajib melakukan perubahan. Dari yang semula mudah karena ada PTM dan bisa memantau langsung perkembangan peserta didik. Sekarang tak dapat begitu lagi, selain merancang pembelajaran yang menarik tentu aspek-aspek lain pun perlu disentuh,” tutur Jumadi.

Jumadi yang baru menjabat sebagai Ketua PGRI Kabupaten Jombang menambahkan, aspek-aspek tersebut meliputi membangun suasana, meningkatkan semangat belajar, hingga kesadaran peserta didik dalam mengerjakan pelbagai tugas keberhasilan pembelajaran. Disanalah guru mesti berubah dan harus lebih getol melakukan inovasi sesuai dengan kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihadapi. Itulah salah satu dampak positif pembelajaran daring.

Peserta didik pun akhirnya diberikan keleluasaan dalam pengembangan dirinya. Baik dalam memahami materi pembelajaran, hingga mengolaborasikan ide dan solusi pemecahan masalah-masalah yang dihadapi.

Oleh karenanya, di saat perkembangan teknologi dan informasi sangat cepat, guru harus menyambut baik hal ini. Tujuannya, melihat serangkaian celah yang dapat dimasuki untuk meningkatkan kompetensinya. Dengan begitu, maka guru ada kebaruan yang dihadirkan tiap kali pembelajaran secara daring.

Kalau sekadar menerangkan saja tanpa adanya tahapan untuk meningkatkan semangat belajar peserta didik, lama kelamaan akan terjadi kebosanan. Bahkan bukan tidak mungkin jadwal pembelajaran yang telah disusun sebelumnya diabaikan begitu saja, atau memang tak ingin mengikutinya karena telanjur terbekap kondisi kebosanan tersebut.

Hal serupa disampaikan Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Jombang, Samsul Huda, S.Pd., M.Pd. bahwa dalam pembelajaran daring ada satu muatan yang positif untuk pelaku pembelajaran. Misalnya menciptakan pembelajaran yang berlangsung efektif dan efisien. Di sini tugas guru merangkum dan menyusun pembelajaran yang tak perlu mesti peserta didik berlama-lama menyaksikan gurunya menerangkan dengan cara daring. Melainkan sejenak saja asalkan efektif dan efisien, sehingga muatan yang akan diajarkan tersampaikan dengan baik.

Samsul Huda mengatakan, “Peserta didik pun akhirnya diberikan keleluasaan dalam pengembangan dirinya. Baik dalam memahami materi pembelajaran, hingga mengolaborasikan ide dan solusi pemecahan masalah-masalah yang dihadapi.”

Selain itu bisa ditukar, pemaknaan pembelajaran tak selamanya diawali dari guru. Tetapi peserta didik bisa disilakan menerangkan pemahaman terkait materi yang sedang dipelajarinya secara bergantian. Harapannya, wujud pembelajaran dua arah bisa terjadi dengan sendirinya. Barulah di akhir, guru bisa menengahi dengan memberikan penjelasan lebih merenik sekaligus meluruskan pelbagai penyampaian yang dirasa tepat.

Baca Juga: Cangkruk’an Punokawan Virtual Campursari dan Diskusi Wacanakan Pelestarian Seni dan Budaya


Sebab, pembelajaran itu tidak berlangsung sekali saja kemudian selesai. Jauh daripada itu bisa saja terbenam kedalam ingatan terdalam peserta didik. Jika sampai ada kesalahan dalam pemahamannya tanpa ada pembetulan, selamanya sangat dimungkinkan akan salah dalam memahami materi tersebut.

Ketua Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (FMGMP) Matematika SMP Negeri Kabupaten Jombang, Khoirul Anam, S.Pd menyampaikan hal senada. Menurutnya, peserta didik harusnya diberi ruang dan kebebasan dalam meriset hasil pembelajaran. Kemudian menuangkannya dalam ragam kreativitas yang dimiliki. Artinya, jika diberikan kesempatan mengakses informasi materi yang bakal dipelajari dan mengambil simpulan atas pemahamannya, maka sangat memungkinkan terjadi proses pengetahuan hasil temuan peserta didik.

“Tugas guru selanjutnya makin meruncingkan dan mengevaluasi apabila ada kekurangtepatan dalam kesimpulan. Pembelajaran akan berjalan bermakna. Tidak hanya guru, namun peserta didik mampu menciptakan makna dalam pembelajarannya sendiri,” urai Khoirul Anam.

Memang tak dapat dipungkiri ada sisi lemah dalam pembelajaran daring yang sepatutnya ada dalam mekanisme pendidikan hakiki. Dituturkan oleh Ketua Musyarawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kabupaten Jombang, Alim, M.Pd bahwa yang kurang dalam daring yakni pertemuan.

Dalam melaksanakan pendidikan, pertemuan menjadi kunci atas hakikat pembelajaran sesungguhnya. Ibarat ibu dan anaknya, meskipun dapat melangsungkan tugasnya sebagai ibu dengan daring untuk mendidik buah hatinya. Pertemuan itu sendiri akan menciptakan kedekatan, juga menajamkan kepedulian satu dengan lainnya.

Alim yang juga menjabat sebagai Kepala SMP Negeri 1 Jombang menjelaskan, “Ada suatu energi yang tak bisa dijabarkan soal pertemuan itu. Namun yang pasti guru dapat melihat langsung upaya pembelajaran yang berlangsung. Selain itu bila dijumpai kendala yang dirasakan peserta didik, guru dapat mengetahuinya dan menindaklanjuti dengan serangkain solusi bersifat humanis.”

Jikalau itu tak dapat diciptakan oleh guru dalam pembelajaran daring, maka yang terkesan adalah berjalan searah. Guru menerangkan hingga tuntas, melayani pertanyaan yang kurang dipahami, selanjutnya peserta didik diminta mengerjakan tugasnya guna mengukur keberhasilan.

Senada dengan itu, Ketua FMGP IPA SMP Negeri Kabupaten Jombang, Agus Rahmanto, S.Pd. menilai selama menjalankan sendiri pembelajaran daring, ada kekurangan yang dia rasakan. Diantaranya proses pemahaman yang instan. Karena selain sekadar peserta didik mendengarkan arahan guru atau mengunduh materi kemudian mengerjakan tugas, selebihnya tidak ada yang spesial dalam pembelajaran tersebut.

Agus Rahmanto mengakui, “Padahal kalau PTM ada semacam pemahaman konsep dan proses. Jadi peserta didik tak hanya dituntut menemukan jawaban akhirnya, melainkan mengetahui langkah demi langkah hingga ditemukan jawaban. Andaikan peserta didik menjumpai soal-soal yang serupa hanya berbeda pembawaannya, maka tak akan mengalami kesulitan.”

Samsul Huda pun menilai jika kedekatan guru dan peserta didik terjalin, maka sangat memungkinkan pembelajaran berjalan lebih mengasyikan. Sebab, kedekatan emosional telah tercipta. Dengan demikian, kalau peserta didik mengalami kesulitan tak akan ragu bertanya hingga paripurna pemahamannya.

Sementara dengan model daring, mungkin pada awalnya akan senang karena melangsungkan cara belajar yang berbeda. Hanya saja setelah berjalan sekitar10 bulan, dikhawatirkan terjadi kejenuhan.

“Bisa dilihat sendiri sekarang, banyak peserta didik tak tuntas mengikuti pembelajarn daring. Bahkan dalam pemenuhan tugas pun banyak diantaranya melihatnya sambil lalu saja sehingga tidak dikerjakan,” tegas pria yang juga menjabat Pengawas SMP Disdikbud Kabupaten Jombang ini.

Bahkan hasil tinjuan IGI Kabupaten Jombang beserta dengan MKKS SMP Kabupaten Jombang ada grafik penurunan partisipasi peserta didik. Tolak ukurnya adalah kekurangaktifan peserta didik terlibat langsung pembelajaran.

Setelah ditelusuri, itu disebabkan kecenderungan terbebani dengan tugas-tugas yang beruntun dari pembelajaran daring. Oleh karena itu memasuki tahun 2021 harus dicari jalan tengah agar pembelajaran tetap berlangsung menyenangkan meski pandemi belum usai.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y., Donny Darmawan/Istimewa

Lebih baru Lebih lama