SUMOBITO – Usia emas yang diraih anak didik mesti dimanfaatkan dengan baik agar mampu mengeksplorasi pelbagai kemampuan yang belum tersingkap. Seperti itulah yang fokus dilakukan TK Al Muhammady Sumobito. Lembaga pendidikan ini mengencangkan pondasi keagamaan anak didik supaya ketika dewasa benar-benar memiliki bekal yang matang.

Kepala TK Al Muhammady Sumobito, Yuliasmi, S.Pd. mengakatan untuk itu pihaknya tak ingin menyiakan kesempatan ini. Karena pendidikan keagamaan tidak hanya sebatas teori. Melainkan praktiknya pun diterapkan, seperti pembelajaran mengaji.

Penggunaan metode turutan kerapkali memunculkan pertanyaan dan protes dari anak didik. Namun dengan penjelasan dan pengertian yang diberikan anak didik mampu menerima. Karena metode pembelajaran dengan memahami ilmu dari dasar lebih membantu anak didik untuk memahami pembelajaran.

“Metode yang digunakan adalah turutan atau metode mengaji tradisional. Alasannya dengan metode turutan tersebut, anak didik bisa mengenal dan memahami lebih mendasar lagi huruf hijaiyah jika dibandingkan dengan menggunakan metode lain,” jelas Yuliasmi.

Baca Juga: SDN Bulurejo II Diwek Tak Ada Kata Menyerah


Yuliasmi menjelaskan penggunaan metode turutan kerapkali memunculkan pertanyaan dan protes dari anak didik. Namun dengan penjelasan dan pengertian yang diberikan anak didik mampu menerima. Karena metode pembelajaran dengan memahami ilmu dari dasar lebih membantu anak didik untuk memahami pembelajaran.

Selain mengaji, disela kegiatan pembelajaran anak didik juga dibiasakan untuk beribadah, membaca salawat dan surat-surat pendek Alquran. Pembiasaan tersebut dilakukan berulang-ulang setiap hari.



Menariknya meski TK Al Muhammady Sumobito sangat mengedepankan perpaduan akademik dan ilmu keagamaan, namun untuk pengembangan potensi anak didik, sekolah memfasilitasi tari jaranan sebagai salah satu jenis tari yang diajarkan dan dipelajari. Selain tari, juga ada ekstrakurikuler drumben dan banjara.

“Awalnya mempraktikkan hasil pelatihan tari di tingkat kabupaten pada anak didik. Tapi ternyata anak didik sangat senang dan tertarik. Sehingga kami pun terus memfasilitasi dan memenuhi sarana kebutuhannya dari seragam hingga properti,” ujar Yuliasmi.



Guru Kelas B1, Sumiarti, S.Pd menambahkan, “Masyarakat luar juga sempat terheran-heran dengan potensi dan kemampuan anak didik yang luwes dan ekspresif saat menampilkan jaranan, sementara lembaga kami sangat bernuansa agamis. Namun karena kami tujuannya untuk memfasilitasi anak didik dalam segi kesenian, tidak membuat kami menghentikan kegiatan yang sudah berjalan. Bahkan anak didik bisa menyeimbangkan kegiatan keduanya. Mereka lihai dalam jaranan, tapi saat mengaji, bersalawat, atau ikut bergabung di ekstrakurikuler banjari mereka juga lihai. Semuanya mereka ikuti dengan antusias.”

Dibina sendiri oleh guru-guru pengajar, ekstrakurikuler tari di TK Al Muhammady Sumobito tidak hanya mengajarkan jaranan melainkan juga tari-tari lain baik tradisional, modern, ataupun perpaduan. Seluruhnya coba difasilitasi untuk membantu pengembangan fisik, motorik, dan kemandirian anak didik.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini/Istimewa

Lebih baru Lebih lama