MEGALUH – Cerita tutur yang hadir dibalik nama suatu wilayah memang sangat lekat di telinga masyarakat. Tak terkecuali Desa Dukuharum, Kecamatan Megaluh yang konon dari cerita turun-menurun merupakan gabungan antara Dusun Dukuhmireng dan Gelagaharum.

Kepala Urusan Umum, Desa Dukuharumm Tri Juono mengisahkan bahwa benar jikalau desa berpenduduk sekitar 1.500 jiwa ini adalah hasil gabungan dari dua dusun tersebut. Sehingga diambil kata Dukuh dan Arum menjadi satu frasa yakni Dukuharum.

“Kalau mengenai cerita di balik latar nama Dukuhmireng memang tak jelas. Dari dulu memang sudah bernama itu,” tutur Tri Juono.

Desa Dukuharum, Kecamatan Megaluh ternyata setelah ditelusuri secara cerita tutur merupakan gabungan dari dua dusun yakni Dusun Dukuhmireng dan Gelagaharum. Memang tidak memahami sepenuhnya warga setempat, karena mereka pun dapat riwayat cerita tersebut sekadar dari mulut ke mulut.

Sedangkan Gelagaharum, dulunya daerah itu banyak ditumbuhi tanaman glagah di atas gundukan tanah yang disebut Balongwangi. Walaupun tidak sampai memancarkan aroma wewangian, masyarakat sekitar lebih akrab dengan sebutan arum. Tak ayal lebih dikenal dengan sebutan Glagaharum.

Peran Mbah Pawan

Sebelumnya keberadaan Dusun Dukuhmireng dan Gelahagarum juga tidak dapat dipisahkan dari peran Mbah Pawan. Dia dipercaya masyarakat setempat sebagai seseorang yang mbabat alas (Baca: Membuka Lahan).



Hingga sekarang petilasannya disimbolkan sebuah pohon yang bernama Putat. Diberikannya nama Putat karena sejak dulu tumbuhnya tidak mengalami perubahan sama sekali. Bahkan daun gugur pun tak tampak di bawah pohon tersebut.

Baca Juga: SDN Bandung I Diwek Kedepankan Akidah Akhlak Peserta Didik

Warga setempat, Sutaji mengatakan, “Memang orang awam sering menganggap Mbah Pawan adalah sosok lelaki seperti kebanyakan kisah asal usul desa. Namun sebenarnya beliau berjenis kelamin perempuan.”



Untuk mengenang riwayat keberadaan desa, maka saban lima bulan sekali dilaksanakan barikan (Jawa: Tasyakuran) sebagai bentuk rasa syukur terhadap leluhur. Meski tak semua masyarakat Desa Dukuharum turut serta, namun pemerintah desa tetap mempertahankan hingga sekarang.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama