JOMBANG – Ada sebuah adagium mengenai semangat kerja keras hanya dimiliki oleh kawula muda. Namun tidak sepenuhnya berlaku bagi Surono dan neneknya. Meski usianya tak lagi muda, akan tetapi tangan dan tenaganya masih mampu untuk bekerja, mengolah kapuk untuk dijadikan sebagai kasur tempat tidur.

Dalam melakoni aktivitas tersebut, Surono menceritakan bahwa sudah 10 tahun terakhir menjadi pembuat kasur kapuk. Terletak di Selatan embong miring Denanyar, tokonya selalu terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan jasa pembuatan kasur kapuk maupun menambah isi kapuk.

Usaha ini merupakan turun temurun dari kakek dan bapak saya. Dulu sebelum menekuni dunia kasur kapuk, saya berjualan kapuk. Akhirnya keterampilan menjahit serta membentuk kasur kapuk ini, saya dapatkan dari kakek saya.

“Usaha ini merupakan turun temurun dari kakek dan bapak saya. Dulu sebelum menekuni dunia kasur kapuk, saya berjualan kapuk. Akhirnya keterampilan menjahit serta membentuk kasur kapuk ini, saya dapatkan dari kakek saya,” ungkap Surono.

Baca Juga: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jombang Membuka Jendela Dunia di Lapas Jombang

Untuk mendapatkan bahan baku pembuatan Kasur ini, Surono membelinya dari wilayah Kecamatan Bareng dan Wonosalam. Untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan bakunya, Surono kerap mengambil kapuk randu sebanyak 2 ton. Langkah tersebut dia ambil untuk menyesuaikan jumlah pesanan kasur per bulan.

“Dalam menjalankan ritme usaha, biasanya saya membuat 4 sampai 5 buah kasur untuk tiap bulannya. Itupun belum tentu laku keseluruhan. Laku 2 sampai 3 kasur sudah cukup bagi saya. Maklum di tengah perkembangan zaman, peminat kasur kapuk sudah berkurang. Meskipun masih ada namun jumlahnya tidak sebanyak dulu,” terang pria bertubuh kurus ini.



Lebih lanjut Surono menjelaskan bahwa untuk harga tiap Kasur menyesuaikan permintaan konsumen. Untuk ukuran kasur kapuk dengan diameter 1 ½ x 2 meter, dibandrol dengan harga Rp 450 ribu sampai Rp 500 ribu. Harga tersebut berbeda dengan ongkos pembenahan kasur. Untuk jasa pembenahan dan pengisian ulang kapuk, Surono mematok harga Rp 250 ribu.

“Kalau ada konsumen yang hanya ingin menambah empuk serta nyaman bantal ataupun gulingnya dengan kualitas kapuk terbaik, saya tidak mematok harga sepenuhnya. Hanya berdasarkan kerelaan konsumen saja. Sebab menjalankan usaha ini juga tidak mudah, harus benar-benar tekun menjalaninya. Harga guling maupun bantal di sini juga relatif cukup terjangkau, saya patok harga hanya Rp 20 ribu,” ujar Surono.



Di balik kerja kerasanya itu, Pria asli kelahiran Denanyar 1957 ini bersyukur karena kasur buatannnya masih eksis di pasar lokal, baik di Jombang, Kertosono dan Nganjuk. Meski kasur kapuknya tidak diproduksi massal dan tidak menggunakan kecepatan mesin berteknologi tinggi, Surono tak lantas berkecil hati. Baginya kasur kapuk memiliki keunggulan dari segi kualitas yang mampu bertahan lama.

“Kasur kapuk memang bisa lebih awet kualitasnya, asal rajin merawatnya dengan cara dijemur satu bulan sekali dengan waktu 3 sampai 4 jam. Meskipun tidak sempat menjemur karena cuaca buruk, kasur kapuk masih bisa dibongkar kembali untuk diperbaiki agar kenyamanannya senantiasa terjaga. Cuaca juga tidak hanya mempengaruhi kualitas kasur kapuk, tapi juga proses produksinya, jika musim hujan produksi bisa berkurang, sebaliknya jika musim panas produksi kasur kapuk ini bisa maksimal,” tutup Surono sambil tersenyum.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama