PERAK – SMA Budi Utomo Perak terus mengukir prestasi. Tidak tanggung-tanggung, prestasi yang diukir peserta didik itu hingga ke luar negeri. Ya, salah satu peserta didik mempu meraih juara dalam lomba komik di Jerman.

Kepala SMA Budi Utomo Perak, Drs. H. Bambang Wahyudi, M.Si membenarkan bahwa banyak prestasi yang telah ditorehkan peserta didiknya. “Bukan saja di dalam negeri prestasi itu kita raih, alhamdullilah hingga ke luar negeri pun sudah pernah diukir peserta didik,” tegas Bambang Wahyudi.

Prestasi peserta didik di Jerman adalah dalam lomba komik Bahasa Jerman. Anak-anak hanya saya fokuskan dalam perlombaan itu dan yakin bahwa bisa bersaing dengan berbagai peserta.

Berprestasi memang sebuah visi yang ditanamkan oleh SMA Budi Utomo Perak. Tentunya dalam pemaknaannya tidak sebatas secara leksikal saja. Melainkan lebih jauh yakni menjadikan peserta didik Profesional, Religius, Excellent, Solidarity, Trusworthy, Akhlakul Karimah, Skills, Mandiri. Terlepas dari itu semua, karakter mendasar sebagai manusia tetap ditanamkan. Sehingga biarpun memiliki kemampuan yang lebih dan prestasi besar tak sampai membuat jumawa. Sebaliknya, lebih rendah diri dan mampu menjadi teladan bagi banyak masyarakat ketika kembali pada realitas sosialnya.

Baca Juga: Cara Mencuci Masker Kain yang Terkena Noda Make Up

Guru Pendamping Ekstrakulikuler, SMA Budi Utomo, Andri Kurniawan, S.Pd. menjelaskan pada dasarnya dalam mendulang prestasi tidaklah mesti dilakukan penguatan khusus. Tetapi terlebih dulu membangun pendekatan yang persuasif. Hal ini diperlukan untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan peserta didik. Menurutnya, keunggulan yang dimiliki dapat dipoles menjadi sebuah prestasi. Begitu juga sebaliknya, kekurangnya diperbaiki agar dapat mendorong dalam berkompetisi yang baik.



Andri Kurniawan menambahkan, “Prestasi peserta didik di Jerman adalah dalam lomba komik Bahasa Jerman. Anak-anak hanya saya fokuskan dalam perlombaan itu dan yakin bahwa bisa bersaing dengan berbagai peserta.”



Andri Kurniawan menilai, kalau ada ketakutan peserta didik di awal itu wajar. Selain belum mengenal, kebiasaan menerka-nerka karakter guru yang mendampinginya akan semakin mengungkung. Namun ketika hubungan itu sudah tercipta dengan baik, dia yakin segala proses yang dilalui dalam latihan maupun persiapan dapat dipetik dengan cakap.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.
Lebih baru Lebih lama