PLANDAAN – Walau usia tak muda lagi, namun jangan diragukan lagi kualitas suaranya ketika melanggamkan beramacam tembang Jawa. Itulah Yayuk Suryanti pesinden dari Desa/Kecamatan Plandaan, yang telah lama berkecimpung di dunia tarik suara khususnya kesenian tradisonal.
Bak sesuatu yang mewaris, bakat seninya turun dari sang ayah. Bahkan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, Yuyuk Sinden begitu masyarakat lebih mengenalnya sudah menjajaki panggung pentas. Baik barmain di pementasan wayang maupun remo. Jadi berkesenian bagi perempuan yang terlihat luwes ketika mempersiapkan diri sebelum tampil ini seolah sudah mendarah daging.
“Bapak dulu adalah seoang panjak atau pemain gamelan dalam pementasan wayang. Jadi sering diajak kala pentas. Lama kelamaan tertarik juga untuk menjadi sinden yang bisa mengeluarkan suara emas,” terang Yayuk Suryanti.
Dulu tidaklah semudah sekarang yang semua serba ada. Jadi kalau ingin menjadi sinden harus tekun belajar dari banyak berguru ke sinden yang berpengalaman.
Usia Yayuk Suryanti hampir menginjak setengah abad. Namun soal konsistenannya di bidang olah suara tak pernah surut. Terlebih ketika pementasannya mendapat apresiasi dari penonton, kian membulatkan tekadnya hingga kini terjun mendalam di dunia kesenian.
Yayuk Suryanti mengisahkan, “Dulu tidaklah semudah sekarang yang semua serba ada. Jadi kalau ingin menjadi sinden harus tekun belajar dari banyak berguru ke sinden yang berpengalaman. Bahkan hingga berangkat pentas pun harus naik sepada angin bersama ayah, yang jauhnya cukup membuat keringat bercucuran.”
Ibu dua anak ini masih mengingat betul tembang Jawa yang pertama kali dibawakan berjudul Dawet Ayu. Tak bisa dilupakan karena melalui tembang itulah dirinya menjadi dikenal masyarakat sebagai seorang sinden. “Ayah saya adalah sosok yang paling berjasa, karena membantu ketika berlatih menyayikannya dengan memberikan iringan gamelan,” sambungnya.
Baca Juga: Ajarkan Anak Agar Mau Berbagi
Di usia senjanya, Yayuk Suryanti mengaku sudah banyak mengenyam asam garam dunia kesenian Jawa Timur. Pelbagai pentas di serangkaian kota pun pernah dilakoni hingga bertemu sang suami yang juga seorang penari Remo dari Lamongan. Kini dia fokus meneruskan kiprah kelompok Ludruk dan campursari, Garuda Sakti bersama suaminya.
“Meskipun sekarang tak seramai dulu undangan pentas, tetapi saya sering klangenan (Jawa: Rindu) suasana riuh saat itu. Paling membagikan foto/video pementasan di laman sosial media,” kenang Yayuk Suryanti.
Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa