JOMBANG – Jajanan berbahan dasar gula yang satu ini tidak asing lagi. Namanya cukup melegenda dan para penjajanya pun masih eksis sampai hari ini. Ya, arum manis atau yang lebih familiar dengan sebutan arbanat sejak era 80-an hingga kini, jajanan ini masih menggoda.

Baik dari anak-anak, remaja hingga dewasa seolah tak mau kalah untuk mencicipi kelembutan arbanat di setiap cuilnya. Cuil demi cuil arbanat seolah mengajak kembali ke masa lalu, dimana kita pernah merengek pada ayah atau ibu, untuk sekedar merasakan harum dan manis jajanan ini.

Di Jombang sendiri, tidak cukup sulit untuk menemukan jajanan dengan bentuk mirip guling ini. Di sekitaran sentra kuliner Jl dr. Soetomo, tepatnya di area dekat gerbang SMA 3 Jombang, pembaca bisa langsung menuju lapak milik Dul Kamid. Sekilas tidak ada yang spesial dari lapak yang dihiasi gantungan arbanat ini. Namun setelah berbincang dengan penjualnya, akhirnya terkuak bahwa yang spesial dari arbanat olahan Dul Kamid, terletak dari kegigihan untuk mempertahankan cita rasa sebagai kualitas utama.

Baginya kualitas arbanat, yang meliputi tekstur, warna dan cita rasa tidak serta merta bisa dinilai dari segi tampilan saja. Akan tetapi juga menyangkut kenyamanan rasa dan tekstur yang langsung dirasakan oleh pelanggannya.

Dalam upayanya tersebut, pria kelahiran Desa Mayangan, Kecamatan Jogoroto ini senantiasa konsisten bergelut dengan gula dan perwarna kue selama 16 tahun. Bagi Dul Kamid, apa yang telah ditekuninya sebagai jalan penyambung rezeki ini, sekaligus membuktikkan bahwa kualitas memang tidak pernah bohong. Ini terbukti dari banyaknya bungkus arbanat yang ludes terjual. Dalam sehari, Dul Kamid bisa menjajakan 20 bungkus arbanat. Itu mulai mulai pukul 16.00 WIB sampai 22.00 WIB.

Baca Juga: Tips Melakukan Olahraga Saat Berpuasa

Ketika pesanan arbanat sudah jadi dan siap untuk dicuil, tanpa basa-basi saya segera mencuilnya perlahan. Rasanya luar biasa. Kelembutan tekstur arbanat Dul Kamid begitu pas di lidah, bahkan nyaris tidak terasa dan membuat saya cukup lahap mencuil seluruh jajanan hingga tak tersisa. Pun dengan rasa manisnya, Dul Kamid seolah benar-benar paham, bahwa rasa manis yang ideal terletak pada kualitas gula terbaik. Dari kualitas gula terbaik tersebut, menghasilkan manis yang tidak terlalu pekat.

Meski tidak menutup kemungkinan pada olahan jajanan berbahan dasar gula pasir, akan menghasilkan rasa manis yang berlebih, namun ini tidak berlaku bagi penjaja arbanat yang usianya lebih dari separuh abad ini. Begitu juga dengan pewarna kue yang digunakan, jika biasanya jajanan bercita rasa manis, ditampilkan dengan warna yang mencolok, namun Dul Kamid memilih cara lain.



Baginya kualitas arbanat, yang meliputi tekstur, warna dan cita rasa tidak serta merta bisa dinilai dari segi tampilan saja. Akan tetapi juga menyangkut kenyamanan rasa dan tekstur yang langsung dirasakan oleh pelanggannya.

Oleh karenanya, Dul Kamid tidak serampangan dalam memilih bahan baku bagi arbanat yang ia produksi. Gula dengan kualitas terbaik, dan pewarna makanan yang aman bagi kesehatan, selalu dipilihnya sebagai upaya menjaga harum dan legit arbanat. Penasaran? Tunggu apalagi, cukup Rp 5 ribu anda sudah bisa bernostalgia bersama legitnya arbanat milik Dul Kamid.

Reporter/Foto: Donny Darmawan
Lebih baru Lebih lama