JOMBANG –
Layang-layang sebuah permainan tradisional sejak zaman kerajaan, kini mulai diperhitungkan keberadaannya. Selain memang dikompetisikan di daerah, nasional, bahkan internasional, biaya yang dikeluarkan untuk membuat layang-layang dengan bentuk menyerupai benda-benda di sekitar tidaklah murah.

Seperti yang terlihat pada Minggu (21/2) di Desa Banjardowo, Kecamatan/Kabupaten Jombang saat dihelat Angon Layangan Bareng. Sejumlah layang-layang dengan bentuk dan warna persis hewan maupun benda-benda lainnya diterbangkan mampu membuat decak kagum.

Awalnya, para pecinta layang-layang membuat forum komunikasi di grup Facebook. Ternyata responnya banyak dan positif, akhirnya tercetuslah kegiatan Angon Layangan Bareng yang sedianya dilakukan dua minggu sekali.

Tampak dari bawah sejauh mata memandang, meski keringat para pemain bercucuran, namun ekspresi kebahagiaan tetap terpancar di wajah mereka. Lebih lagi ketika layang-layang hasil kreasinya mampu terbang dan melayang dengan baik.

Baca Juga: Jombang Laksanakan PIPG Tahun Ini

Koordinator Angon Layangan Bareng, Anang Setro mengungkapkan, kegiatan ini merupakan acara rutin yang digelar oleh para pecinta layang-layang di Jombang. Tidak hanya di satu tempat guna memainkannya, melainkan sangat memungkinkan berpindah sesuai dengan hasil musyawarah antar anggota.



“Awalnya, para pecinta layang-layang membuat forum komunikasi di grup Facebook. Ternyata responnya banyak dan positif, akhirnya tercetuslah kegiatan Angon Layangan Bareng yang sedianya dilakukan dua minggu sekali. Karena melihat para pecintanya mempunyai pekerjaan yang berbeda-beda. Agar bisa kumpul semua maka waktunya tidak terlalu berdekatan sekaligus bisa memamerkan hasil kreativitas terbarunya,” tutur Anang Setro sambil mengawasi layang-layang yang sedang diterbangkannya itu.

Layang-layang Gapangan, Kreatifitas Tanpa Batas

Jenis layang-layang yang dimainkan saat angon layangan bareng adalah gapangan atau masyarakat lebih mengenal dengan istilah sowangan. Selain berkuruan lebih besar, kerap dapat dibuat dengan bentuk bermacam-macam, serta menimbulkan suara ketika diterbangkan.



Bagi Anang Setro, ketika menerbangkan layang-layang jenis ini memang dibutuhkan kepiawaian para pemain. Tak hanya soal menerbangkan layang-layang, namun kepiawaian menentukan arah angin pun bakal menjadi modal berharga.



Anang Setro mengatakan, “Dalam menerbangkan layang-layang gapangan memang tidak setiap bulan. Hanya pada bulan-bulan tertentu saja yang memiliki curah angin lebih tinggi. Hal itu karena ukuran layang-layang yang tak biasa.”



Salah satu pecinta layang-layang yang mendapatkan berkah dari hobi ini adalah Lutfi. Lelaki asal Desa Krembangan, Kecamatan Gudo ini terlahap banjir pesanan. Kepiawaiannya dalam membuat layang-layang gapangan memikat sejumlah pecinta hobi cabang olahraga kedirgantaraan ini.

Lutfi menerangkan, “Misalnya layang-layang gapangan bentuk ular naga sepanjang 110 meter saja setidaknya membutuhkan 151 fiber digunakan untuk kepala dan badan. Bisa memakan waktu hingga satu bulan lamanya. Itupun belum bahan lainnya macam kain dan cat agar serupa dengan warna ular naga pada umumnya.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama