JOMBANG – Pandemi covid-19 belum juga berakhir. Hal itu membuat para guru harus berpikir keras dan kreatif guna memberikan pembelajaran yang menyenangkan kepada anak didik. Hal inilah yang dilaksanakan oleh TK Muslimat I Roushon Fikr Jombang.

Meski dalam kondisi pandemi dan terbatas melakukan pembelajaran tatap muka. Segala upaya tetap dijalankan agar pembelajaran dapat memberi arti tersendiri kepada anak didik.

Walaupun sekarang ini pembelajaran agak terhambat, namun tidak demikian dengan inovasi yang dilahirkan para guru. Karena dengan banyaknya inovasi, maka pembelajaran dari rumah dapat berlangsung lebih baik dan menjadi hidup.

Kepala TK Muslimat I Roushon Fikr Jombang, Nur Latifah, S.Pd.I mengakui, dalam perubahan pola pembelajaran akibat Covid-19, para guru harus mampu memberikan daya nalar dalam pembelajaran meski dilakukan di rumah. Oleh karena itu, mereka mengadakan pertemuan sepekan sekali. Tujuannya, untuk berbagi pengalaman serta evaluasi kesulitan yang dihadapi oleh para guru. Dalam pertemuan itu diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

Baca Juga: Taman Edukasi Menyulap Lahan Bekas TPS

“Para guru di sini rutin melakukan pertemuan. Selain merefleksikan pembelajaran, juga mengidentifikasi permasalahan hingga menemukan solusinya. Juga membuat inovasi pembelajaran yang mampu menciptakan kedekatan dengan anak didik, meskipun terpaut jarak,” ungkap Nur Latifah.



Seperti halnya pembelajaran baca, menulis, dan berhitung (Calistung) serta mengaji, kalau sebelumnya saat pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan dengan waktu cepat, namun kini agak diperpanjang. Sehingga anak didik ada keluwesan. “Juga agar tidak menjadi beban tersendiri bagi orangtua yang mendampingi pembelajaran,” tambah guru kelas A3 TK Muslimat I Roushon Fikr Jombabang, Erfa Mudlifatin, S.Pd.



Erfa Mudlifatin mengatakan, walaupun sekarang ini pembelajaran agak terhambat, namun tidak demikian dengan inovasi yang dilahirkan para guru. Karena dengan banyaknya inovasi, maka pembelajaran dari rumah dapat berlangsung lebih baik dan menjadi hidup.



Adanya 88 anak didik yang terbagi dalam 7 rombongan belajar, para guru harus memutar otak untuk menemukan strategi pembelajaran yang tepat. Jika tidak pasti akan terjadi stagnasi pembelajaran yang mengakibatkan kebosanan.

“Untuk itulah, ketika ada pertemuan seluruh guru, dimanfaatkan menggali sedalam mungkin peluang di tengah keterbatasan ini,” pungkasnya.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y./Istimewa

Lebih baru Lebih lama