KUDU – Hadirnya sebuah monumen/tugu tak lepas dari kisah masa lalu yang menyelimuti daerah tersebut. Begitu pun dengan Tugu Nasional Kudubanjar yang berada di Desa Kudubanjar, Kecamatan Kudu. Terdapat cerita perjuangan mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia hingga ke wilayah Desa Gempol Kerep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto.

Dikisahkan oleh Kepala Desa Kudubanjar, Kuswanto bahwa Tugu Nasional Kudubanjar yang juga dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai Tugu Peluru karena bentuknya menyerupai peluru dengan cat merah dan putih. Tugu ini sebagai saksi bisu perjuangan para laskar rakyat bersama Tentara Republik Indonesia mempertahankan kedaulatan bangsa dari penjajah Belanda.

Baca Juga: Besutan Inovasi Pengurai Masalah Kependudukan

“Tugu itu didirikan sekitar tahun 1963. Dulunya di sana terjadi pertempuran dikarenakan memperebutkan pasokan gula dari Pabrik Gula Gempolkrep yang dikuasai oleh Belanda,” terang Kuswanto yang mendapatkan cerita dari kakeknya.

Sengitnya pertempuran itu, tambah Kuswanto, hingga membuat perkantoran Onderan Kecamatan Kudu yang semula di Desa Kudubanjar, mesti berpindah ke Desa Randuwatang. Sekarang akhirnya beralih fungsi dijadikan sebagai kantor Kecamatan Kudu.



Tidak tinggal diam, sebagain masyarakat di Desa Kudubanjar pun rela menjadi bagian peperangan tersebut untuk membuka dapur umum, ungkap Sekertaris Desa Kudubanjar, Samari. Hal itu disebabkan pertempuran itu berlangsung bukan sehari atau dua hari. Melainkan cukup panjang mengakibatkan dibutuhkan pasokan makanan yang memadai.

Samari menjelaskan, “Meskipun tak dituliskan dalam riwat sejarah Bangsa Indonesia. Para relawan dapur umum yang sudah memasuki usia senja saat ini masih terkenang. Apalagi selain sebagai peringatan pertempuran dahsyat tersebut, Tugu Nasional Kudubanjar juga mengingatkan pada gugurnya Komandan Kompo, Darmosugondo.”



Hingga kini, para veteran yang turut berjuang masih napak tilas penuh haru tatkala upacara peringatan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Meski usia tak muda lagi, mereka bersikeras turut merayakan walaupun kondisi lapangan di seputar Tugu Nasional Kudubanjar tak rata dan kerap tergenang air.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama