JOMBANG – Dunia pendidikan yang dinamis, selalu menuntut adanya perubahan yang lebih baik, tak terkecuali bagi para kepala sekolah, pengawas, penilik, dan guru. Dalam peta konsep Sekolah Penggerak (SP) upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah juga akan dikolaborasikan dengan stakeholder di daerah. Termasuk jajaran pemerintah daerah sebagai penyokong pelaksanaan SP di tingkat daerah.

Pada pemaparan teknis umum penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah, melalui SP. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, membagi tahapan pelatihan dan pendampingan yang nantinya akan berbeda di ranah impelementasinya. Saat memasuki tahapan pelatihan, kepala sekolah, pengawas, penilik dan guru akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan. Pertama, pelatihan implementasi pembelajaran dengan paradigma baru dan pelatihan kepemimpinan pembelajaran yang akan dilaksanakan satu kali untuk satu tahun program..

Kedua terkait pendampingan, akan diarahkan kedalam bentuk empat praktik. Diantaranya : in house training, lokakarya tingkat kabupaten/kota, membentuk komunitas belajar (kelompok mata pelajaran), dan program coaching (pendampingan intensif). Nantinya, kepala sekolah maupun kelompok guru akan didampingi oleh 1 pendamping ahli nasional dan dilaksanakan secara berkala 2 sampai 4 minggu sekali selama program.

Pada dasarnya setiap sekolah pasti memiliki sisi keunggulan maupun keunikannya masing-masing. Namun problemnya sampai hari ini ialah pada ranah pengembangannya yang sering kali terhambat. Maka disinilah jalan bagi calon kepala sekolah di SP untuk memecahkan hambatan tersebut untuk ditelurkan menjadi sebuah peluang. Untuk melangkah pada tahap ini, tidak harus dimulai berdasarkan kelengkapan sarana prasanan, melainkan kembali lagi pada inovasi dan kreasi sosok kepala sekolah.

Setelah melalui dua tahapan besar penguatan SDM tersebut, barulah muara implementasi akan ditujukan ke arah pembaruan metode pembelajaran bagi peserta didik melalui prinsip pembelajaran yang menekankan kebutuhan peserta didik dan tahap perkembangannya. Pada tahapini terbagi atas dua program yakni program intrakurikuler dan korikuler.

Baca Juga: Majid Asnun Estetika Besi, Menuai Rezeki

Kedua bentuk program tersebut juga memiliki gerbongnya masing-masing. Program intakurikuler misalnya, capaian pembelajaran peserta didik akan disederhanakan, sehingga memiliki waktu mendalami konsep serta menguatkan kompetensi, dan para guru diberikan keleluasaan guna memilih perangkat ajar sesuai kebutuhan. Demikian halnya dengan program kurikuler, di mana pembelajaran yang diterapkan pada SP nantinya akan lintas pelajaran. Interdisipliner di luar kegiatan kelas, melibatkan masyarakat sekaligus pengembangan muatan lokal yang disesuaikan dengan isu nasional dan global.



Menanggapi pelbagai tahapan pelatihan maupun pendampingan pada SP, Pengawas SMP, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Dra. Susiana, M.Si mengatakan, dirinya beserta jajaran pengawas SMP yang lain tengah bersiap untuk menyongsong program SP yang sedang digodok oleh Disdikbud Kabupaten Jombang. Perempuan berhijab ini berpandangan, SP nantinya akan menambah tantangan dalam meningkatkan integritas kinerja pengawas dalam melakukan pembinaan di tiap satuan pendidikan yang telah terpilih sebagai SP.

“Baik secara pribadi maupun dengan rekan seprofesi semuanya mempersiapkan diri dengan menyerap informasi terkait SP dari laman Kemendikbud RI maupun sharing dengan pelaksana yang sudah menangani SP ini. Juga tak turut ketinggalan untuk mulai menjalin komunikasi dengan widyaiswara dan pengawas di kabupaten maupun kota lain yang sudah didapuk menjadi fasilitator nasional di SP,” jelas Susiana.

Membutuhkan Inovasi dan Peningkatan Kompetensi

Berkenaan dengan kesiapan yang tengah dimatangkan oleh jajaran pengawas SMP, Disdikbud Kabupaten Jombang dalam menyongsong SP kedepannya. Assesor Program Sekolah Penggerak (PSP), Kiki Rataning Arimbi juga turut memberikan pandangannya. Menurutnya, bahan yang harus dipersiapkan oleh kepala sekolah dalam membangun fondasi PSP adalah, sebuah inovasi terbarukan.

“Selain penguasaan manajerial yang tertuang pada sepuluh kompetensi kepala sekolah, aspek lain yang mesti dikuasai oleh kepala sekolah dalam PSP nantinya ialah daya inovasi serta kompetensi dalam menyusun program yang dijalankannya. Kedua hal tersebut memang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dalam arti lain, keduanya menjadi dasar untuk melihat sosok ideal nahkoda dalam SP,” terang Kiki Rataning Arimbi.

Menyoal format ideal dalam mencari sosok kepala sekolah SP, juga berkaitan dengan metode sang kepala sekolah tersebut dalam menciptakan sebuah peluang. Peluang yang menjadi bagian dari implementasi inovasi ini nantinya akan bermanfaat jangka panjang sebagai penunjang kebutuhan sekolah, baik secara akademik dan non-akademik yang kesemuanya berpangkal pada peningkatan mutu pendidikan melalui SP yang akan diimbaskan ke sekolah lainnya.

Diuraikan lebih lanjut oleh Kiki Rataning Arimbi, bahwa yang digarisbawahi, untuk menciptakan suatu peluang di sekolah, harus ada target dan perencanaan yang matang. Adapun praktik idealnya, kepala sekolah harus mampu membaca potensi disekitar baik dalam lingkup sekolah maupun di luar lingkup sekolah. Ketika ini sudah berhasil dipraktikkan, maka aspek pembelajaran kokuriler dalam paradigma baru yang melibatkan masyarakat bersama muatan lokal pembelajaran SP sudah tercapai.

Perempuan yang aktif di dunia literasi Kota Santri ini memaparkan, “Pada dasarnya setiap sekolah pasti memiliki sisi keunggulan maupun keunikannya masing-masing. Namun problemnya sampai hari ini ialah pada ranah pengembangannya yang sering kali terhambat. Maka disinilah jalan bagi calon kepala sekolah di SP untuk memecahkan hambatan tersebut untuk ditelurkan menjadi sebuah peluang. Untuk melangkah pada tahap ini, tidak harus dimulai berdasarkan kelengkapan sarana prasanan, melainkan kembali lagi pada inovasi dan kreasi sosok kepala sekolah. Semisal, dalam suatu daerah sekolah tersebut, berpotensi besar sebagai penghasil Tanaman Obat Keluarga (Toga), seyogianya jika kepala sekolah memiliki daya juang dan inovasi yang tinggi, Toga tersebut bisa diolah menjadi bahan pembelajaran maupun produk lokakarya dan akan ikut diimbaskan ke sekolah lain. Inilah konsep sederhana yang perlu dipahami oleh calon kepala sekolah SP nantinya. Istilahnya menciptakan suatu sekolah from zero to hero.”

Senada dengan Kiki Ratnaning Arimbi, Dosen Program Studi Manajemen Pendidikan PPs UPGRI Palembang, Dr. Edi Harapan menyampaikan bahwa, untuk menemukan suatu solusi dan inovasi, kepala sekolah mesti berpedoman pada konsep visi kepala sekolah sebagai penggerak mutu pendidikan. Diharapkan sebagai jembatan untuk menuju jalan peningkatan taraf pendidikan lewat pengoptimalan seluruh komponen sumber daya yang ada di sekolah.

“Juga penting dipahami oleh kepala sekolah, adalah menjaga profesionalisme kepala sekolah secara berkesinambungan. Hal ini cukup beralasan sebab, kepala sekolah merupakan sosok pemimpin pendidikan yang juga bertanggung jawab untuk menstimulus peningkatan profesionalisme guru maupun tenaga kependidikan. Dengan begitu suatu mutu pendidikan di tangan sosok kepala sekolah yang professional dan penuh inovasi akan berkembang maju sesuai kebutuhan pembangunan dan kemajuan teknologi informasi,” papar Edi Harapan dalam jurnalnya Visi Kepala Sekolah Sebagai Penggerak Mutu Pendidikan.

Setelah kepala sekolah yang ideal dalam memimpin SP telah dirasa cukup kompeten secara visi dan inovasi, barulah tugas kepala sekolah akan melakukan pengimbasan kepada guru dan tenaga kependidikan. Menyoal hal ini, Instruktur Pengajar Praktik Program Pendidikan Guru Penggerak, Alfi Lailatin S.Pd. mengatakan, yang harus dipersiapkan olehh guru ialah membuat suatu komitmen dalam diri pribadi. Tanpa adanya suatu komitmen sebagai guru penggerak, maka akan sulit tercapai ihwal tujuan pembelajaran dalam SP yang ditujukan pada peserta didik.



Bagi Alfi Lailatin, antara kepala sekolah dengan guru penggerak mesti berjalan seirama dan beriringan, mengingat program dalam SP sendiri yang mesti dijalankan secara konkret seraya konsisten. Ditambah lagi, dalam pelaksanaan SP nantinya, menjadikan guru adalah sosok pemimpin pembelajaran yang kemudian implementasinya menggerakan peserta didik agar senantiasa mampu memahami secara utuh pembelajaran yang ada dan sesuai kebutuhannya.

Lebih jauh Alfi Lailatin mengatakan, “Bekal yang harus dipersiapkan oleh para guru saat ini ialah dengan menerapkan praktik baik. Dimana pada praktik baik ini sendiri, guru mesti menganalisis kebutuhan peserta didik pada aspek pembelajaran yang telah ditetapkan di SP nantinya. Ini merupakan dasar yang harus diterapkan oleh guru penggerak sebelum melakukan sharing lokakarya pada guru lain. Pun dalam implementasinya, pembelajaran yang akan diterapkan tidak selalu identik dengan media berbasis IT. Akan tetapi lebih memposisikan peserta didik sebagai objek pembelajaran. Untuk dasarnya, guru penggerak akan diwajibkan mempelajari dan memahami materi dan capaian pembelajaran, yang berlandasakan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.”

Alfi Lailatin juga berpandangan pembelajaran yang sesuai kebutuhan peserta didik, ini bisa di mulai dari langkah pembelajaran yang sederhana. Misalnya mengajak peserta didik untuk mengenali segala potensi di lingkungannya maupun yang ada dalam pribadi masing-masing peserta didik. Hal ini menjadi pedoman yang wajib diterapkan oleh guru penggerak nantinya, dalam mengejawentahkan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.



Sementara itu Nugroho Hadi Ichda Saputra S.Pd yang juga aktif dalam komunitas guru literasi dan guru belajar ini, menuturkan bahwa selain pedoman secara filosofis mengenai pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Sosok guru penggerak selaiknya adalah guru yang bisa merangsang peserta didiknya untuk menuangkan gagasan maupun idenya secara konstruktif.

Diungkapkan guru yang mengajar di SMA Negeri Bareng,“Dari SP nantinya selain menaikkan mutu pendidikan, aspek lainnya ialah menciptakan pembelajaran yang humanis. Sekaligus membuat peserta didik agar tidak gagap di lingkungannya sendiri. Maka ada beberapa aspek lain yang juga harus dipahami oleh guru. Diantaranya bimbingan, karir, kompetensi, dan kolaborasi. Setelah empat aspek tersebut sudah tumbuh dalam sosok guru, maka untuk tahapan menjadi penggerak juga akan lebih paripurna hasilnya. Penting sebagai refleksi bagi guru hari ini untuk senantiasa aktif dalam berbagai kegiatan baik di komunitas maupun di lingkup internal sekolah. Karena dengan kegiatan tersebut, secara tidak langsung kompetensi pribadi guru akan meningkat, sejalan dengan kegiatan yang diikutinya.”



Ketika SP sudah bergulir di Kabupaten Jombang kedepannya, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Jombang, Samsul Hudah, M.Pd, berpandangan bahwa mulai dari hulu sampai ke hilir, implementasi yang ada nantinya tidak sekadar formalitas semata. Melainkan, harus menyentuh secara konkret pada ranah desain praktik yang akan diterapkan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan kala menyusun program SP yang masih dicanangkan hari ini.

Samsul Hudah menegaskan, “Terpenting lagi ialah, evaluasi secara berkala sebagai bentuk tindak lanjut membangun fondasi SP yang kokoh tidak boleh luput selama pelaksanaan. Karena ini menyangkut kualitas pendidikan di Kabupaten Jombang kedepannya.”



Terakhir diutarakan oleh Kepala Disdikbud Kabupaten Jombang, Agus Purnomo, SH., M.Si. bahwa SP yang tengah digodok saat ini tidak lain bertujuan untuk mendongkrak mutu dan kualitas pendidikan di Kota Seribu Pesantren ini. Tak kalah pentingnya peran kepala sekolah, guru, pengawas yang kompeten dalam melaksanakan SP kedepannya, ketika Kabupaten Jombang sudah ditetapkan oleh Kemendikbud RI sebagai kabupaten penggerak.

“Segala kesiapan mengenai SP sudah kita siapkan tahun ini, besar harapannya jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Jombang juga turut mendukung langkah kami ini. Karena dalam SP sendiri, sekolah dan pemerintah daerah juga mesti berkoordinasi secara berkala agar SP nantinya berjalan lancar dan maksimal. Tentunya juga akan sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Jombang, yang berkarakter dan berdaya saing. Maka dunia pendidikan tidak boleh dikesampingkan,” tutup pria kelahiran Kota Bahari Lamongan ini.

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa

Lebih baru Lebih lama