SUMOBITO – Sesuatu yang besar dan ternama, pasti menyimpan hal kecil dan sederhana yang tidak banyak terpikirkan oleh banyak orang. Seperti yang sudah dilakoni oleh Majid Asnun. Lelaki asli Desa Mentoro, Kecamatan Sumobito ini, sejak tahun 2018 membuat mahakarya bernilai seni tinggi dari bahan dasar plat besi.

Saat Majalah Suara Pendidikan berkesempatan menilik proses pembuatan landmark di kediaman sekaligus bengkel pribadinya. Cak Asnun, sapaan akrabnya mengisahkan, kepiawaiannya melekuk dan menyambung lembaran plat besi bukan suatu hal yang kebetulan.

“Sebelum mulai menekuni pembuatan landmark, saya sudah menempa diri di bidang las besi sejak lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 10 Nopember Jombang tahun 1997. Selang dua tahun kemudian, ketika menjelang puncak reformasi, saya merantau mengikuti jejak paman di Surabaya. Tepatnya wilayah Perak Barat pada tahun 1999,” tutur Majid Asnun mengawali cerita perjalanan profesinya.

“Ketelatenan dan kesabaran adalah kunci utama, dalam menjalankan roda bisnis ini.”

Setelah merasa cukup dengan modal, tempaan teori ilmu las besi beserta praktiknya. Akhirnya kembali ke tanah kelahirannya pada tahun 2011. Membuka sendiri bengkel las halaman rumahnya yang tidak terlalu luas. Namun pada periode tersebut, Majid Asnun tidak seketika membuat landmark. Bapak dua orang putri ini masih mengerjakan pagar, teralis, dan kanopi laiknya bengkel las pada umumnya.

Baca Juga: Tentang majalahsuarapendidikan.com

“Sampai suatu ketika pada tahun 2018, saya mendapat tantangan untuk membuat landmark De Durian Park Wonosalam dari si pemiliknya langsung. Pun tanpa berpikir panjang, mengiyakan permintaan tersebut,” ungkap Majid Asnun.

Awal membuat landmark De Durian Park Wonosalam, tidak mengalami kesulitan yang berarti. Hanya saja sempat terkendala ketika membuat bentuk buah durian. Tepatnya ketika mengatur presisi plat besi dan bentuknya. Jika sedikit saja tidak presisi dengan huruf utamanya, Majid Asnun tak segan membongkar kembali. Sebab, ini bukan semata pekerjaan melainkan karya.



Majid Asnun mengatakan, “Proses pembuatan landmark De Durian Park sepanjang 12 meter dengan tinggi 3 meter, kurang lebih memakan waktu tiga minggu. Syukur ketika sudah siap pasang, waktu itu bertepatan dengan musim durian. Meski harus lembur ekstra saya pribadi puas.”

Keberhasilan mengerjakan satu projek landmark tersebut lantas menjadikannya mendapat apresiasi. Pesanan pun cukup deras datang kepadanya untuk membuatkan bentuk yang serupa. Selain dinilai estetis, juga rasanya tak ada yang tak mungkin membentu sebuah desain yang sukar meskipun dari bahan utamanya besi.

Bahan baku elementer pun tak sulit didapatkan, cukup di sekitaran Kecamatan Sumobito sudah ada. Memang untuk harga menyesuaikan dengan tingkat kesulitannya, namun Majid Asnun mengatakan setidaknya dipatok minimal kisaran harga Rp 5 juta.

Reporter/Foto: Donny Darmawan
Lebih baru Lebih lama