GUDO – Membincang Wayang Potehi di Kota Santri pasti tak akan lepas dari keberadaan Klenteng Hong San Kiong di Kecamatan Gudo. Klenteng tertua di Jombang ini mampu mempertahankan eksistensi kesnian tradisi dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

Di bawah tangan dingin Toni Harsono, generasi ketiga pelestari Wayang Potehi membuat pertunjukan wayang mini dengan ketangkasan olah gerak jemari ini masih bisa dirasakan hingga kini. Bahkan kian luwes dalam wujud pertunjukannya, karena tidak lagi monoton selalu membakan cerita dari Tionghua secara utuh. Melainkan bisa dilesapi dengan cerita masyarakat setempat agar mampu membangun kedekatan dengan penontonnya.

Jadi, sekitar tahun 2008 Didi Nini Towok pernah berkunjung ke Klenteng Hong San Kiong untuk melihat koleksi Wayang Potehi dan sejumlah dokumentasi lainnya. Kemudian dia menilai sangat eman (Jawa: Disayangkan) bila dibiarkan begitu saja. Akhirnya semakin terpantik membuat Museum Wayang Potehi dan menjadi pusat studi literasi oleh sejumlah mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang melakukan penelitian. Sekaligus pusat pendokumentasian sejarah Wayang Potehi Fu He An.

“Awalnya kakek saya yang membawa Wayang Potehi ke Jombang sekitar tahun 1930. Lantas diteruskan oleh ayah saya yang juga merupakan seorang dalang Wayang Potehi. Namun saya memilih jalan yang berbeda dalam melanjutkan kesenian tradisi nenek moyang ini karena tidak menjadi dalang. Tetapi sebagai perajin atau pembuat Wayang Potehi,” ungkap Toni Harsono.

Baca Juga: Zonasi: Upaya Pemerataan Kualitas Pendidikan

Lelaki berbadan tambun ini mengakui bila tak sekedar membuat. Namun mempelajarai seluk beluk tentang Wayang Potehi dengan utuh. Dengan begitu, Toni Harsono memiliki bekal yang cukup dalam mengeksplorasi bermacam tokoh dalam Wayang Potehi.



Akhirnya sangking banyaknya koleksi manuskrip serta Wayang Potehi, Toni Harsono yang memiliki nama Tionghua Tok Hok Lay ini berinisiatif membuat sebuah Museum Wayang Potehi di tanah kelahirannya.

Toni Harsono menceritakan, “Tepat pada tahun 2012 saya bisa mendirikan Museum Wayang Potehi dengan dana pribadi. Keberadaan Museum Wayang Potehi ini tak lepas dari semangat yang diberikan oleh Maestro Tari Indonesia, Didi Nini Towok saat datang ke sini.”



Jadi, sekitar 2008 Didi Nini Towok pernah datang berkunjung ke Klenteng Hong San Kiong untuk melihat koleksi Wayang Potehi dan sejumlah dokumentasi lainnya. Kemudian dia menilai sangat eman (Jawa: Disayangkan) bila dibiarkan begitu saja.

Akhirnya semakin terpantik membuat Museum Wayang Potehi dan menjadi pusat studi literasi oleh sejumlah mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang melakukan penelitian. Sekaligus pusat pendokumentasian sejarah Wayang Potehi Fu He An.

Melebur Untuk Regenerasi

Meskipun sudah banyak dikenal dan pentas di pelbagai belahan dunia, lelaki kelahiran 6 Juli 1969 ini masih memendam keresahan yakni ikhwal regenerasi pelestari Wayah Potehi. Beruntungnya di Gudo keberadaan Wayang Potehi bukanlah sesuatu yang asing. Sehingga banyak yang sudah menerima bahkan tergabung dalam menjaga nyala esksistensi Wayang Potehi ini.



Gayung pun bersambung. Dalang maupun pembuat Wayang Potehi tak lagi dari kelompok Tionghoa. Tetapi masyarakat sekitar Klenteng Hong San Kiong Gudo pun dengan suka cita bergabung.

“Walaupun masih menyimpan keresahan tersebut, saya tetap optimis seiring dengan eksistensi Klenteng Hong San Kiong Gudo. Bagaimana pun keduanya sudah seperti satu bagian yang sukar terpisahkan,” tutur Toni Harsono.



Salah seorang pembuat Wayang Potehi, Muhammad Budiono pun mengaku senang. Sebab, seolah tak ada sekat pembatas latarbelakang suku maupun ras. Baginya di sini sudah mendapatkan sambutan dengan tangan terbuka. Jadi, tidak hanya berkesenian tetapi juga bekerja sebab akan mendapatkan honorarium

Muhammad Budiono mengatakan, “Memang mulanya Pak Toni Harsono yang mengajak saya. Kemudian belajar menganali secara keseluruhan karakter yang terdapat di Wayang Potehi. Barulah setelah merasa cakap memahami tiap lekuk bentuknya, baru mencoba membuatnya.”



Muhammad Budiono kerap membuat Wayang Potehi di rumahnya di kawasan Kauman, Mojoagung. Selanjutnya, pada tiap minggu secara rutin datang ke Klenteng Hong San Kiong Gudo untuk tahap penyelesaian akhir yakni pengecatan dan pembuatan baju Wayang Potehi.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama