NASIONAL - Pembelajaran jarak jauh (PJJ) berkepanjangan menimbulkan banyak kebiasaan baru bagi peserta didik, orangtua, dan guru. Kebiasaan tersebut ada menguntungkan, ada pula mengancam kebiasaan baik yang sebelumnya sudah terbentuk. Misalnya kebiasaan belajar tiap pagi menjadi kebiasaan yang sulit ditemukan pada masa PJJ, terlebih bagi daerah terkendala pembelajaran daring.

Akibatnya learning loss jadi sering ditemukan di kalangan peserta didik dan dikeluhkan guru juga orangtua. Memasuki tahun ajaran baru, tidak sedikit guru yang terjebak pada hasil laporan belajar pada kelas sebelumnya yang secara penuh menggunakan PJJ sebagai sarana belajar. Guru masih melihat kemampuan peserta didik dari rapor yang dibagikan pada akhir tahun ajaran tersebut.

Data tambahan lainnya paling hanya didapatkan melalui wawancara dengan wali kelas sebelumnya. Namun, data tersebut sebenarnya tidak cukup untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan menerapkan metode pembelajaran yang tepat di kelas baru peserta didik. Peran asesmen diagnostik Asesmen diagnostik merupakan cara efektif mengetahui kesiapan belajar peserta didik, baik di kelas baru maupun sekolah yang baru.

Meskipun telah digulirkan pada awal tahun ajaran Juli 2020, dengan diterbitkannya buku panduan asesmen diagnostik oleh Pusat Asesmen dan Pembelajaran, rupanya penerapan asesmen diagnostik berkala ini belum populer. Padahal, asesmen diagnostik ini sangat diperlukan guru untuk menentukan langkah belajar tepat bagi masing-masing peserta didik.

Hal penting yang perlu diingat adalah, kesiapan belajar bukan hanya dilihat dari nilai rapor sebelumnya, namun juga harus memperhatikan kondisi pendukung peserta didik selama belajar dari rumah.

Penggunaan asesmen diagnostik yang terdiri atas asesmen diagnostik kognitif dan nonkognitif dapat membantu guru menyusun perencanaan pembelajaran yang tepat. Asesmen diagnostik kognitif merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan guru untuk mengetahui kesiapan belajar peserta didik dari segi materi.

Sedangkan asesmen diagnostik nonkognitif digunakan untuk mengetahui kesiapan belajar peserta didik dari segi non materi. Dalam asesmen diagnostik kognitif, peserta didik harus menjawab pertanyaan-pertanyaan kompetensi dasar tiap mata pelajaran dari jenjang sebelumnya.

Baca Juga: Akibat Korona Unduh-unduh Jadi Sederhana

Misalnya asesmen diagnostik mapel Matematika, saya memberikan 10 soal matematika kelas 4 untuk calon siswa kelas 5. Mulai dari soal bilangan, pecahan, hingga mencari rumus suatu bangun. Sedangkan asesmen diagnostik non kognitif terdiri dari tiga kelompok pertanyaan, yaitu tentang motivasi diri, dukungan keluarga, hingga sarana dan prasarana di rumah. Pertanyaan dapat berupa pilihan kompleks, pemilihan emoticon untuk menggambarkan perasaan siswa, hingga pertanyaan terbuka.

Perkembangan Peserta Didik Lebih Optimal

Hasil dari asesmen tersebut bukan bertujuan untuk membedakan peserta didik, namun lebih digunakan untuk menentukan treatment yang tepat untuk mencapai perkembangan peserta didik dengan optimal. Melalui hasil asesmen, guru dapat merancang beberapa metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing peserta didik.

Seperti halnya pendapat Richard I. Arends (2008:217) yang menjelaskan bahwa asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang peserta didik dan kelas untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional. Peserta didik dengan kesiapan belajar yang berbeda tentu saja harus mendapatkan perlakuan yang tidak sama.

Perlakuan ini diwujudkan dalam penentuan langkah pembelajaran serta capaian yang diharapkan dari masing-masing peserta didik. Perlakuan ini juga tentu saja harus berpihak pada peserta didik. Peserta didik dengan kesiapan belajar tinggi diberikan penanganan yang lebih kompleks dari peserta didik dengan kesiapan belajar yang masih kurang.

Hal penting yang perlu diingat adalah, kesiapan belajar bukan hanya dilihat dari nilai rapor sebelumnya, namun juga harus memperhatikan kondisi pendukung peserta didik selama belajar dari rumah. Dengan melakukan asesmen diagnostik terutama untuk pembelajaran di masa pandemi, guru dapat menentukan dari mana mereka akan memulai pembelajaran.

Guru dapat mengulang beberapa materi mata pelajaran di jenjang sebelumnya atau langsung ke materi kelas baru jika dirasa hasil asesmen diagnostik sudah sesuai dengan kesiapan peserta didik. Keabsahan data dalam pengambilan keputusan juga menjadi hal penting yang tidak boleh dilupakan.

Jangan sampai guru hanya mengambil data dari hasil asesmen yang dilakukan secara jarak jauh. Guru harus memastikan bahwa asesmen diagnostik benar-benar dikerjakan sendiri oleh peserta didik karena hal ini akan berdampak pada perlakuan pembelajaran bagi peserta didik tersebut.

Sumber/Rewrite: kompas.com/Tiyas Aprilia

Lebih baru Lebih lama