Pimpinan Kuda Lumping Tunas Mulya, Toip. (rabithah)


TEMBELANG –
Hujan gerimis yang mendera sore itu (10/6) membersamai Majalah Suara Pendidikan ketika bertandang ke Dusun Tampingan, Desa Tampingmojo, Kecamatan Tembelang. Tepatnya menuju rumah seniman Jaranan Dor Jombangan, Toip. Ketika sampai, sapaan hangat menyambut kedatangan kami di rumah yang cukup sederhana.

Tampak peti kayu yang difungsikan sebagai meja di ruang tamu sudah mulai rapuh dimakan usia. Namun siapa sangka, ternyata di dalamnya tersimpan seperangkat alat Jaranan Dor Jombangan yang biasanya dimainkan Toip bersama Kelompok Tunas Mulya. Kelompok ini didirikannya sejak 15 Juni 1996.

Toip menceritakan, “Mulanya sudah menggemari kesenian jaranan dari kecil. Ditambah bapak dan teman saya juga gandrung. Jadi semakin mendapat dukungan ketika mendalami kesenian jaranan di Sanggar Kuda Bakti Ketapang.”

Dalam permainan Jaranan Dor Jombangan tak dapat dipisahkan dengan ilmu tenaga dalam atau dianggap sebagaian besar masyarakat adalah magis. Sehingga membuat para pemainnya seolah tahan dan mampu melakukan atraksi apa pun.

Jaranan Dor Jombangan yang dimainkannya hingga kini masih memegang teguh pakem yang ada. Di antaranya dari tarian jaranan, seni pentul (Jawa: Topeng), gendruwoan, kucingan, dan kembang semendung yang lebih dikenal masyarkat dengan istilah jipaplokan sebagai urutan permainannya. Lengkap dengan beragam macam atraksi pendukung yang kerap tak dapat di nalar. Terkadang pula dibubuhi hiburan macam karawitan, campursari, serta pentas musik dangdut sesuai permintaan penanggap.

Baca Juga: KH. M. Hasyim Asy’ari Mendidik dan Terus Belajar

Diakuinya bahwa dalam permainan Jaranan Dor Jombangan tak dapat dipisahkan dengan ilmu tenaga dalam atau dianggap sebagaian besar masyarakat adalah magis. Sehingga membuat para pemainnya seolah tahan dan mampu melakukan atraksi apa pun. Walaupun begitu harus ada seorang pawang yang mampu mengkontrol permainan agar tak sampai berakibat fatal.

Dengan gagahnya Toip saat memakai topeng memeragakan gaya genderuwo, salah satu legenda dalam cerita kuda lumping. (rabithah)

“Seperti halnya saya menjadi pawang dalam permainan Jaran Dor Jombangan. Mesti menguasi ilmu setruman yang digunakan untuk mengendalikan para pemain yang sudah mulai ‘kerasukan’,” ungkap Toip.

Lelaki berkulit sawo matang ini mengakui, keberadaan Kelompok Tunas Mulya yang dibinanya saat ini tak lepas dari dukungan masyarakat dan sesepuh di Dusun Tampingan, Desa Tampingmojo. Dahulu dibentuk tak lain untuk mengikis kenakalan remaja. Harapannya dengan adanya kesibukan yang digeluti secara positif, mampu meminimalisir kegiatan negatif para remaja saat itu.

Topeng yang digunakan dalam permainan Kucingan. (rabithah)

Sayangnya selama pandemi Covid-19, Toip bersama Kelompok Tunas Mulya sepi tanggapan. Mengakibatkan sejumlah peralatan permainan Jaranan Dor Jombangannya mulai rusak. Peralatan itu keropos dimakan rayap, catnya memudar, hingga peralatan rias yang sudah kadaluarsa. Toip hanya berharap supaya wabah dari Wuhan, Tiongkok ini segera berakhir. Selain sebagai penggali pundi rupiah, dia berupaya melestarikan seni tradisi Jombangan.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma

Profil Toip

Lahir : Jombang, 28 Mei 1976

Prestasi : Juara 1 lomba grup kuda lumping se-Kabupaten Jombang tahun 1999

Anggota TunasMulya : 24 orang

Nomor hp : 085731953242

Alamat : Dusun Tampingan, Desa Tapingmojo, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang

Lebih baru Lebih lama