Ilustrasi pelaksanaan MPLS daring oleh peserta didik baru. (Rabithah)


JOMBANG – Memasuki tahun pelajaran 2021/2022, pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dilakukan kembali secara dalam jaringan (daring). Keberadaan ini tidak dapat dilepaskan kondisi pandemi Covid-19 semakin mengganas dan membuat seluruh kecamatan di Kota Santri ini terbekap menjadi zona merah.

Walau bukan yang pertama bagi Jombang, MPLS daring masih membutuhkan banyak penyesuaian. Terlebih ibarat menjalin kenalan/bersilatuhrami, rasanya kurang lega jika tanpa adanya tatap muka langsung. Maka hal itulah yang menjadi pekerjaan rumah bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, maupun pula satuan pendidikan.

Dikatakan oleh Kepala Bidang Pembinaan SMP, Disdikbud Kabupaten Jombang, Agus Suryo Handoko, S.Pd., M.MPd. memang dalam pelaksanaan MPLS pada tahun pelajaran 2020/2021 meninggalkan banyak catatan evaluasi yang sangat berguna untuk sekarang ini. Salah satu diantaranya adalah melahirkan pengoptimalan matrikulasi atau Bridging Course (BC). Sebagai langakah pengenalan peserta didik lebih lanjut dan pematangan memasuki lingkungan pembelajaran baru.

Masa pandemi Covid-19 menjadikan seluruh aktivitas termasuk pendidikan harus mengalami perubah. Tidak diperkenankan melalui perjumpaan sehingga semua dialihkan ke dalam bentuk virtual, termasuk dalam pelaksanaan MPLS yang sebenarnya adalah langkah pertama peserta didik menjatuhkan hati pada lingkungan sekolahnya. Satuan pendidikan mesti pandai dalam mengenali peserta didiknya, sehingga mampu menampilkan garapan MPLS yang memukau.

“BC merupakan program untuk meningkatkan kemampuan awal peserta didik baru jenjang SMP dengan fokus pengenalan beberapa mata pelajaran yang akan diampunya. Hal ini dibutuhkan untuk semakin memantapkan kembali pelajaran jenjang SD secara singkat yang kemudian disambungkan dengan pembelajaran awal di jenjang SMP. Pola pembelajarannya dikemas secara menyenangkan, sehingga peserta didik merasa nyaman terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. Sehingga mendasari kesiapan memadai dalam aspek substantif dan psikologis dalam mengikuti proses pembelajaran,” terang Agus Suryo Handoko.

Baca Juga: Bersama YouTube Belajar Diniyah Tak Lagi Kantuk


Sedangkan Ketua Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) SD, Abu Kohir, S.Pd., M.MPd. mengungkapkan bahwa, sebagian besar pendidik dan tenaga kependidikan sudah tak asing pada teknologi informasi. Seperti cara merekam layar menggunakan bandicam dan atau wonderfilmora, AZ screen recorder, mengirim informasi melalui Google Form, Google Spreatsheet, atau pun pembelajaran melalui Zoom Meeting. Haya saja dalam variasi materi yang disajikan saja kurang beragam. Jadi, meski sudah sangat terbiasa menggunakan plarform digital, namun jika materi yang digunakan dalam MPLS masih ala kadarnya sama saja kurang menggugah keikutsertaan peserta didik utamanya SD secara penuh.

Ilustrasi pelaksanaan MPLS daring oleh peserta didik baru. (Rabithah)

Hal senada pun disampaian oleh Konten Kreator PGRI Smart Learning and Character Center (SLCC) Jombang dan Guru SDN Sumbergondang Kabuh, Edi Susanto Ariwibowo, S.Pd., “Selain mengirim video melalui akun YouTube satuan pendidikan, juga memanfaatkan Google Meat. Berharap dapat berkomunikasi dua arah secara audio visual. Selanjutnya guna koordinasi komunikasi, tetap menggunakan grup percakapan media sosial online. Pada MPLS kali ini lebih siap dan telah terbiasa menggunakan pelbagai layanan aplikasi komunikasi yang tersedia. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang baru pertama kali, baik dari guru maupun peserta didik masih agak kebingungan.”

Praktisi IT Jombang, Fajar Indra Kurniawan, S.Kom., M.Kom. melihat mayoritas peserta didik cepat memahami dan mampu beradaptasi dengan luwes pada perkembangan teknologi dewasa ini. Berikutnya penguatan aspek materi yang disampaikan agar menjadi lebih menarik dan berbeda daripada yang sudha pernah didapatkan oleh peserta didik.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y./Rabithah Maha Sukma

Lebih baru Lebih lama