Ilustrasi Belajar Diniyah Bersama Youtube. (ist)


Evita Agustina*

Pandemi tak kunjung pergi, satu tahun lebih telah terlewati. Demi keamanan, mematuhi protocol kesehatan adalah hal yang tak bisa ditoleran. Belajar merupakan suatu kewajiban walau bagaimanapun keadaan, pembelajaran disekolah harus tetap berjalan, meskipun dengan daring sekalipun.

Menjadi pembimbing muatan lokal diniyah di sekolah menengah pertama menjadi suatu tantangan tersendiri bagi saya, kebanyakan para peserta didik masih kesulitan membaca Alquran/Huruf Arab dan belum mengenal materi keagamaan seperti tajwid karena di Sekolah Dasar hanya materi agama saja, tidak rinci seperti di sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Maka dari itu, pembelajaran kreativ sangat dibutuhkan disituasi pandemi ini. Sebagai pembimbing mulok diniyah di SMPN 1 Gudo saya sempat mengalami kegalauan dalam proses pembelajaran, khawatir jika para peserta didik tidak memahami dengan baik materi daring yang diberikan.

Didalam mata pelajaran diniyah terdapat materi ala pesantren, dengan menggunakan kitab yang menjadi referensi, yakni; Tajwid (kitab Syifa’ul Jinan), Fiqih (kitab Matan Ghayah Wa Taqrib) untuk VII terdapat tambahan materi akhlak (kitab Alala) adapun VIII terdapat tambahan tauhid (kitab aqidatul awwam). Semua materi membutuhkan kemampuan membaca yang baik dan kebanyakan menggunakan metode ceramah, pernah mencoba beberapa metode pembelajaran daring seperti grup WhastApp dengan mengirim materi dalam bentuk dokumen, blogger, dan meninjau google classroom, mereka hanya membaca dan menulis, hanya beberapa dari mereka yang memahami dan mereka tidak tau praktiknya.

Sebagai wujud respon terhadap perubahan zaman sebuah prinsip.

المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح

al-muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashla, yakni 'Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik'.

Baca Juga: Bersama YouTube Belajar Diniyah Tak Lagi Kantuk

Diniyah berisi karangan para ulama alim terdahulu yang berusia sangat tua dan sudah tidak diragukan lagi keilmuan maupun sanadnya, bahkan sudah dipakai di pondok pesantren agar materi lebih ringan butuh metode dan media yang mudah diterima kaum muda jaman sekarang. Salah satunya adalah YouTube. Media belajar yang cukup bagus, para peserta didik lebih menyukai video daripada tulisan biasa diantara keuntungannya adalah,

1. Menarik
Peserta didik sangat tertarik dengan video konten diniyah di kanal YouTube. Didalam konten terdapat video interaktif dekaligus keterangan tulisan didalam video. Peserta didik melakukan kegiatan belajar di rumah laiknya belajar tatap muka didalam kelas. YouTube dapat menghilangkan rasa bosan ketika belajar, mereka lebih bersemangat mencatat materi memahami dan merangkumnya di buku catatannya.

2. Efektif dan Efisien
Peserta didik dapat mengakses video pembelajaran dimanapun dan kapanpun yang mereka mau, saya hanya perlu membagikan tautan YouTube di grup WhatsApp yang telah dibuat. Selain itu peserta didik dapat memutar ulang video jika belum paham atau bertanya di kolom komentar videonya.

3. Sarana Dakwah bil Medsos
Selain peserta didik, orang lain bias mengakses video tersebut karena masih relevan dengan kebutuhan umat muslim secara umum. Seperti Tajwid mengenai cara membaca Alquran dengan baik dan benar, Fiqih mengenai BAB salat kemudian akhlaq yang membahas tetang cara kiat kiat mencari ilmu. Media Sosial (Medsos) tidak hanya berisi tontonan namun sangat memerlukan konten yang berupa tuntunan.

Masih banyak yang lainnya manfaat yang akan diperoleh, namun dalam hal ini butuh usaha ekstra dalam pembuatan konten seperti kemampuan public speaking agar dapat menyampaikan materi dengan baik dan kemampuan edit video agar lebih menarik. seorang guru perlu untuk terus belajar atau juga disebut long life learner.

*) Pendamping Diniyah di SMP Negeri 1 Gudo.

Lebih baru Lebih lama