Sugik, salah seorang pekerja di depo pengisian oksigen di Jombang sedang melakukan pengisian. (donny)


JOMBANG – Gelombang kedua serangan Covid-19 membuat Jombang keteteran. Selain jumlah rumah sakit yang digunakan sebagai perawatan sudah tak mampu menampung, beberapa waktu sebelumnya juga perihal antrean panjang pemulasaraan jenazah pasien postif Covid-19 di RSUD Jombang.

Sebabnya beragam, selain karena keterbatasan tenaga untuk memandikan dan memakamkan jenazah. Keterlambatan peti jenazah yang digunakan dalam pemakaman sesuai dengan protokol Covid-19 pun menjadi salah satu faktornya.

Dari data yang disampaikan Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang melalui akun sosial medianya memang menunjukkan keseluruhan kecamatan di Kota Santri ini tersinyalir terkena Covid-19. Ada yang masuk dalam zona kuning, oranye, dan merah. Semuanya tergantung pada jumlahnya di tiap kecamatan tersebut.

Varian baru Covid-19 yakni Delta cenderung menyerang sistem pernafasan. Sejalan dengan itu maka permintaan oksigen pun meningkat cukup tajam, dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Selain digunakan untuk pasien yang mendapat perawatan di rumah sakit, oksigen juga dibutuhkan bagi mereka yang memilih melakukan isoman (isolasi mandiri) di rumah.

Penjelasan zona tersebut adalah kuning jika terdapat 1-5 perduduk yang terkonfirmasi positif. Kemudian 6-10 penduduk yang tertular, maka dimasuk dalam kategori zona oranye. Sedangkan untuk zona merah ialah kalau terdapat 10 pendudukan bahkan lebih yang tertular.

Permintaan Oksigen Meningkat

Seperti dijelaskan di atas, pada fase kedua penularan Covid-19 yang begitu masif ini banyak yang mengalami gangguan pernafasan. Hal ini mengakibatkan permintaan oksigen meningkat. Baik bagi pasien yang mendapatkan perawatan khusus di sejumlah rumah sakit maupun yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah serta pelbagai tempat lain.

Baca Juga: Kelompok Wanita Tani Morosunggingan Hidroponik: Tiang Perekonomian dan Pungkasi Stunting

Diauki oleh Apoteker di Apotek Pelengkap Jombang, apt. Dwi Rahmawati, S.Farm. memang pada tahap penularan ini cenderung membuat pasien mengalami kesulitan bernafas. Sehingga permintaan akan oksigen semakin banyak.

“Varian Delta dalam Covid-19 ini memang lebih mematikan dan cepat penularannya. Dalam sehari saja permintaan isi ulang tabung oksigen kecil bisa mencapai 20 buah. Namun harganya masih stabil di angka Rp 40 ribu untuk sekali isi ulang tabung oksigen kecil. Oleh arena itu, di gudang kami menyiapkan cadamg sekitar 50 buah tabung oksigen berukuran besar. Bersyukurnya tak sampai terjadi kelangkaan,” ungkap Dwi Rahmawati.

Apoteker Apotek Pelengkap, apt. Dwi Rahmawati, S.Farm. menunjukkan persediaan tabung oksigen isi ulang berukuran kecil. (donny)

Hal serupa pun terjadi pula di Apotek Merdeka yang berada di Jalan Presiden KH. Abdurrahman Wahid. Marketing Alat Kesehatan, Apotek Merdeka, Kristian tak menampik dalam sehari pihaknya menerima sekitar 20 buah isi ulang tabung oksigen kecil. Kondisi ini berdampak pada pasokan oksigen. Untuk itu antisipasi awal supaya tak sampai kejadian seperti di beberapa kota besar di Indonesia dilakukan.

Dijelaskan oleh Kristian, “Hingga saat ini masih tersedia cadangan 20 buah tabung oksigen besar. Selain itu kami pun terus berupaya mengkontrol permintaan isi ulang oksigen. Apalagi jika tak ada upaya pengendalian melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dapat terjadi lonjakan yang sangar drastis.”

Sementara itu di depo pengisian oksigen yang berada di Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang pun terlihat aktivitas yang lengang. Salah satu pekerja yang kebetulan sedang melakukan pengisian tabung oksigen, Sugik mengatakan, sejauh ini hingga terjadinya fase kedua penularan Covid-19 permintaan oksigen terbilang aman. Tak ada yang sampai memesan lebih dari biasanya.

“Kalau kami lebih melayani sejumlah daerah di Jawa Timur seperti di Lamongan dan Pulau Madura. Di Jombang sendiri lebih melayani permintaan Puskesmas saja dan relatif sama seperti hari-hari biasanya,” pungkas Sugik.

Reporter/Foto: Donny Darmawan
Lebih baru Lebih lama