Pakar Pendidikan dan Budayawan, Sulistyanto Soejoso. (Rabithah)


WONOSALAM – Perubahan mekanisme pembelajaran di sekolah yang semula dilangsungkan secara tatap muka harus beralih ke Dalam Jaringan (Daring) akibat pandemi Covid-19. Memantik sejumlah pemerhati pendidikan di Jawa Timur mendiskusikan sebuah formulasi pembelajaran yang dirasakan tepat. Walaupun saat ini Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah mulai digalakkan, namun belum keseluruhan berjalan normal seperti sedia kala.

Oleh karenanya, Forum Pendidikan Jawa Timur (FPJ) menggelar dialog pendidikan dengan tujuan menjawab tantangan pendidikan di era new normal serta menggali solusi dalam cemarutnya keberlangsungan PTM, pada Minggu (29/8) di De Durian Park Wonosalam.

Diungkapkan mantan Staf Khusus Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) RI, Ir. Sukemi kondisi ini membuat seluruh elemen harus berlomba dalam membuat platform pendidikan yang mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Mengingat pembelajaran Daring haruslah mampu diterapkan oleh peserta didik maupun wali peserta didik dengan pelbagai latar belakang.

Model Daring dapat dikatakan sebagai akselerasi pembelajaran yang lekat dengan teknologi di masa depan. Tetapi harus disikapi dengan bijak bahwa teknologi tanpa adanya kontrol yang tepat akan berakibat pada kemunduran etika peserta didik.

“Meskipun sekarang perlahan telah dimulai PTM tetapi belum dapat mewakili kesemuanya secara serentak. Masih ada rangkaian penyesuaian dan hal itu membuat sebagian berlangsung dengan moda Daring,” tegas Sukemi.

Pakar Pendidikan dan Budayawan Jawa Timur, Sulistyanto Soejoso pun tak mengelak bahwa pastinya terdapat hambatan dalam perjalanan Daring. Selain tak ada yang mengira, juga belum adanya kematangan persiapan sebelumnya pun menjadi sebab. Namun demikian dia menakar masih ada berkah terselubung dari pelaksanaan pembelajaran Daring.

Baca Juga: Jombang Menuju PAUD Berkualitas

Sulistyanto Soejoso menjelaskan, “Pertama, terbangun kesadaran wali peserta didik apabila mendidik itu bukanlah persoalan mudah. Sehingga akan timbul kepekaan serta komunikasi lanjutan dalam pemaksimalan hasil pembelajaran peserta didik. Kedua, selama Daring jelasnya ada kerinduan antara guru dan peserta didik. Diharapkan keadaan ini beralih menjadi modal kuat dalam memulai PTM dengan harmonis. Ketiga, tentunya menjadi kesempatan emas bagi guru dalam memetakan pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik.”

Jajaran pemateri beserta tamu undangan pada acara Dialog Pendidikan. (Rabithah)

Anggota Forum Pendidikan Jawa Timur, Yusron Aminullah, mengatakan bahwa PTM menjadi alternatif pemecahan masalah yang timbul akibat Daring. Masalah tidak selesai sampai di situ saja, seluruh civitas akademika harus siap menghadapi era baru PTM.

“Model Daring dapat dikatakan sebagai akselerasi pembelajaran yang lekat dengan teknologi di masa depan. Tetapi harus disikapi dengan bijak bahwa teknologi tanpa adanya kontrol yang tepat akan berakibat pada kemunduran etika peserta didik,” jelasnya.

Anggota Forum Pendidikan Jawa Timur, sekaligus CEO De Durian Park Wonosalam, Yusron Aminullah. (Rabithah)

Pemerhati Pendidikan, H. Syahirul Alim, SE., MH. menambahkan bahwa dengan adanya dialog pendidikan ini tercetus pemikiran atau ide yang dapat direkomendasikan Dewan Pendidikan Jawa Timur pada lembaga tinggi yang berwenang. Misalnya Gubernur dan Mendikbud-Ristek RI, sekaligus yang hadir mengimbaskan informasi ini kepada satuan pendidikan atau rekan sejawatnya.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma

Lebih baru Lebih lama