Buku pelajaran yang sempat dilahap banjir. (dok. MSP)


JOMBANG – Meskipun wilayah di Kota Seribu Pesantren terbilang masih jauh dari adanya resiko bencana, bukan berarti hal tersebut membuat perhatian terhadap segala kemungkinkan yang terjadi menurun bahkan lengah. Sebaliknya, seperti ujaran pepatah lama bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati adalah suatu kebenaran yang sewajarnya dilakukan sebelum semuanya menjadi kenyataan.

Oleh karenanya, Pemerintah Daerah (Pemda) Jombang membentuk Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) yang resmi dikukuhkan pada (31/7) di Gedung Siaga Center FPRB oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Jombang. Adapun anggotanya, terdiri dari pelbagai lini personil dan memiliki pelbagai latarbelakang yang sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.

Edukasi saat terjadi bencana agar seluruh warga sekolah tidak gagap dalam menghadapinya. Terakhir adalah pasca terjadinya bencana dimana kita memberikan stimulus perbaikan fisik dan psikososial pada warga terdampak.

Dijelaskan Sekretaris FPRB Kabupaten Jombang, Amik Purdinata, S.T bahwa nantinya perannya sangatlah strategis dalam menjalin kolaborasi antara pihak pemerintah, swasta, komunitas masyarakat, akademisi, hingga media. Posisinya pun pada akhirnya bermitra dengan sejumlah lembaga terkait dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan SAR Nasional (Basarnas), dan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19.

Baca Juga: Antisipasi PAK Kadaluwarsa

“Kedudukan kami terbilang independen sebagaimana yang telah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Selain itu juga ditegaskan dalam

Peraturan Kepala BNPB 04 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman Bencana,” ungkap Amik Purdinata.

FPRB Kabupaten Jombang melakukan sosialisasi Sekolah Aman Bencana di Aula I Disdikbud Kabupaten Jombang. (Ist)

Koordinator Bidang Komunikasi dan Informatika (Kominfo) FPRB Kabupaten Jombang, Yusuf Wibisono, S.T. menambahkan bahwa pihaknya sudah mengetahui peta wilayah mana saja yang berpotensi atau memiliki riwayat bencana alam dan non-alam. Saat ini tengah menggodok rancangan kerja dan pengembangan peta sekolah rawan bencana. Untuk itu akan menggandeng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama Kabupaten Jombang untuk mengadakan sosialisasi sekolah aman bencana.

Kegiatan Jambore FPRB seluruh Provinsi Jawa Timur. (Ist)

“Sosialisasi kita prioritaskan pada sekolah yang rawan terjadi bencana, seperti longsor di Kecamatan Wonosalam, banjir di Bandar Kedungmulyo dan Mojoagung. Langkah konkretnya, akan kita datangi sekolah di wilayah tersebut untuk memberikan edukasi cara mengurangi risiko bencana yang termuat dalam pra bencana. Edukasi saat terjadi bencana agar seluruh warga sekolah tidak gagap dalam menghadapinya. Terakhir adalah pasca terjadinya bencana dimana kita memberikan stimulus perbaikan fisik dan psikososial pada warga terdampak,” papar pria bertubuh tinggi itu.

Sekretaris FPRB Kabupaten Jombang, Amik Purdinata, S.T (Kiri) dan Koordinator Bidang Kominfo, Yusuf Wibisono, S.T. (Tengah). (Rabithah)

Amik Purdinata menambahkan, bagi sekolah yang tidak berpotensi bencana alam, edukasi kami tekankan pada pencegahan banjir dan kebakaran. Diantaranya membuat resapan air, penyimpanan dokumen berharga misal dengan cara membungkus plastik dan ditempatkan di rak paling atas, semua hal tersebut ada tekniknya yang termuat dalam Standar Operasional Prosedur sekolah aman bencana.

FPRB Kabupaten Jombang melakukan koordinasi tanggap bencana di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang. (Ist)

Meskipun terbilang masih seumur jagung, namun FPRB Kabupaten Jombang telah menorehkan prestasi yang gemilang, yaitu sebagai FPRB terbaik Se Jawa Timur, melalui unggahan akun Facebook dan Instagram pada (19/9). Prestasi tersebut, juga kian menebalkan dedikasi FPRB dalam semarak sosialisasi sekolah tanggap bencana dan geliatnya dalam mendukung program pemerintah menanggulangi pandemi Covid-19.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma/Istimewa

Lebih baru Lebih lama