Rahmat Sularso Nh.*

Dinamika pendidikan negeri ini seolah selalu menunjukkan nafasnya. Biarpun terjadi pandemi Covid-19 yang memakan banyak korban jiwa pasca ledakan gelombang kedua beberapa bulan lalu, pembelajaran tetap berlangsung meskipun berjalan jarak jauh. Sekarang ketika telah diperkenankan melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) lantaran menurunnya angka penularan virus yang berawal dari Negeri Tirai Bambu ini. Langsung menancap gas untuk menilai kualitas pendidikan yang telah berjalan dengan dua skema selama satu tahun pelajaran ini.

Tujuan daripada supervisi tiada lain ingin meninjau secara langsung dan sebenarnya kondisi pendidikan di negeri ini. Sejurus kemudian menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh satuan pendidikan selaku pelaku langsung proses pembelajaran tersebut. Langkah ini sudah sesuai secara makna etimologi supervisi itu sendiri yang merupakan gabungan dari kata ‘super’ dan ‘visi’. Sehingga jika ditarik benang merahnya maka, supervisi dapat dikatakan melihat atau meninjau dari atas atau menilik serta menilai oleh pihak atasan terhadap aktivitas, daya cipta, maupun hasil kinerja yang di bawah.

Menariknya di tahun pelajaran 2020/2021 ini ada perbedaan atas supervisi yang bakal dilakukan tak lama lagi ini, jika dibandingkan dengan sebelumnya. Pada supervisi kali ini akan menitik beratkan empat aspek diantaranya vaksinasi warga satuan pendidikan, mitigasi risiko PTM terbatas sekaligus edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kemitraan penguatan sarana telekomunikasi dan konektivitas untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), dan yang terakhir ialah literasi numerasi.

Dalam ranah pendidikan atau supervisi ini, literasi yang dimaksudkan lebih dinamis dalam memahaminya yakni ke struktur berbicara atau komunikasi yang meliputi membaca, menyimak, berbicara, dan menulis.

Untuk aspek yang pertama hingga ketiga mungkin tak ada masalah berarti. Sebab memang seyognya dilakukan sebelum menggelar PTM terbatas. Bahkan menjadi persyaratan utama untuk vaksinasi seluruh civitas satuan pendidikan. Kemudian meminimalisir penularan Covid-19 pun telah diberitahukan jauh hari dari pola yang bakal dilakukan jika sudah dilaksanakan PTM. Jadi wajar saja bila PHBS pun telah diterapkan ketika sejak dari rumah. Demikian juga mengenai kemaksimalan telekomunikasi hingga konektivitasnya menjadi yang terdepan. Terlebih PJJ seakan dua hal ini menjadi kebutuhan pokok agar sukses dijalankan. Lantas bagaimana dengan literasi dan numerasi?

Rasanya masih sangat kering sekali. Terlebih tak ada kesadaran melangsungkannya sendiri dalam menggelorakan literasi dan numerasi tersebut. Memang sejumlah satuan pendidikan sebelum pandemi hadir hinggap di negeri ini pernah melakukannya pada soal-soal berkarakter Programme for International Student Assesment (PISA) pada medio tahun 2018. Namun ketika tak berkelanjutan dan secara umum masih melakukan cara pembelajaran yang sama, lebih lagi saat PJJ yang terkesan sederhana dengan menyampaikan materi kemudian memberikan tugas. Masih jauh panggang dari api.

Baca Juga: SMP Islam Al Madinah Tambakberas Juara I Sepak Takraw Porcab Jombang

Semua pastinya telah memahami mengenai literasi. Aktivitas yang erat kaitannya dengan membaca dan menulis. Namun kerangkanya berbeda jika dalam ranah pendidikan atau supervisi ini. Literasi yang dimaksudkan lebih dinamis dalam memahaminya yakni ke struktur berbicara atau komunikasi yang meliputi membaca, menyimak, berbicara, dan menulis.

Sementara numerasi lebih tajam lagi lantaran lebih pada kemampun logika sewaktu digunakan menganalisis angka-angka. Jadi lebih menitikberatkan pada pengetahuan serta kecakapan guna menggunakan pelbagai macam angka maupun simbol yang terkait dengan Matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam banyak macam konteks kehidupan sehari-hari. Selain itu juga kemampuan membaca maupun menganalisis informasi yang ditampilan dalam bentuk grafik, tabel, ataupun bagan lalu menggunakan hasil analisis tersebut guna memprediksi serta mengambil keputusan.

Tak mengherankan sekarang ini menjadi penilaian juga dalam supervisi satuan pendidikan karena sudah di mulai di Asesmen Nasional (AN) yang Oktober 2021 telah berjalan dari seluruh jenjang pendidikan. Sebab di AN ada kemampuan literasi dan numerasinya yang mesti dipahami oleh seluruh bagian di satuan pendidikan.

Memang dalam penguasaannya literasi numerasi tidaklah semudah menyapa kawan yang kebetulan berpapasan dengan kita. Literasi numerasi haruslah dipersiapkan jauh hari dan telah menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Sehingga rasanya ada yang janggal kalau sampai tak melakukan dua kegiatan tersebut dalam kesehariannya.

Misalkan saja di satuan pendidikan menyediakan sudut baca. Langkah sederhana namun harus pula ditunjang dengan kebijakan yang mendukung. Andaikan sudah ada sudut baca, maka dari kepala sekolah, guru, peserta didik, dan karyawan lain juga wajib meluangkan waktu dalam seharinya mengunjunginya dan membaca buku pilihannya. Tentunya dengan target dalam sepekan sudah habis terbaca keseluruhannya. Untuk membuktikan dilanjutkan dengan menulis resume ataupun catatan pengalaman yang ditangkap ketika membaca buku tersebut.

Barulah pada kesempatan yang lain secara bersama dan bergantian saling bertukar, selanjutkan membacakan hasilnya. Sementara yang belum kebagian dipersilakan mendengarkan dengan baik (baca: proses menyimak) pun akhirnya juga terlaksana.

Sedangkan untuk numerasi prosesnya hampir sama. Hanya saja ada penekanan yang harus dilakukan sebagai upaya belajar menganalisa angka maupun simbol yang disajikan. Mode ini harus disertai buku khusus yang memang mengajarkan seseorang dalam berpikir logis dengan memadukan keadaan lingkungan sekitarnya. Selaiknya dahulu sebelum masa kemerdekaan, ada buku rujukan yang wajib di baca oleh pembelajar. Sehingga diperlukan juga waktu berdiskusi supaya dapat merasionalisasikan bacaan atau contoh-contoh yang dihadirkan dengan kritis dan analogis.

Artinya, dipenjelasan mekanisme di atas. Adanya infrastruktur saja belum cukup. Demikian pun program yang telah disusun dengan matang masih dirasakan kurung. Butuh kesinambungan dengan teladan langung yang dapat disaksikan sendiri oleh orang-orang disekitarnya. Baik dari kepala sekolah, guru, peserta didik, maupun karyawan. Sebab, ke semua elemen tersebut bukan tidak mungkin mampu menginspirasi dan memotivasi satu sama lainnya.

Tak dipungkiri memang melakukan sesuatu yang baru akan sulit. Terlebih lagi sebelumnya sudah timbul ketidaksukaan. Malah makin malas dan enggan melakukannya membiasakan berliterasi numerasi. Namun diyakini apabila berjalan bersama dan saling menguatkan semua yang dipandang sebagai ketidakmungkinan, akan terwujud dan mampu menujukan hasil optimal.

Sesekali jua tak masalah menyelenggarakan ragam kompetisi yang masih bertalian dengan literasi numerasi. Dari situ nantinya akan menyemburatkan semangat baru dalam menunjukkan hasil belajarnya selama ini. Kemudian diakhiri dengan apresiasi berupa reward yang mencerminkan kerja kerasnya.

*) Pemimpin Redaksi Majalah Suara Pendidikan

Lebih baru Lebih lama