Pimpinan grup kasidah An-Nailufar, Nihayatun Ni'amah, S.Pd.I. (Ist)


PERAK – Sudah bukan rahasia lagi seni Kasidah jadi salah satu sarana siar dalam mengejawantahkan ajaran Islam di Nusantara. Lantunan syair yang bermuatan selawat maupun petuah menjadi harmonisasi yang elok lewat iringan musik rebana yang rampak. Sehinga, alunannya mampu merasuk di relung jiwa para pendengar setianya.

Pimpinan Grup Kasidah An-Nailufar, Nihayatun Ni'amah, S.Pd.I. mengisahkan bahwa keselarasan tujuan siar agama melalui syair tersebut yang kemudian menggugahnya membentuk grup Kasidah. Dalam awal perjalanannya, Nihayatun Ni’amah tak menemui kendala berarti, sebab dikelilingi rekan sejawat yang memiliki tujuan serta potensi bakat minat sama pula.

“Semua berawal dari keinginan saya memberikan semangat dan motivasi anggota Fatayat ranting Cangkringrandu, Kecamatan Perak agar lebih aktif berkegiatan. Tak dinyana, terdapat bakat bermusik terpendam dari anggota yang dapat tersalurkan. Pada tahun 2016 kami sepakat membuat serangkaian jadwal latihan dan pentas di berbagai acara keagamaan, hingga mengikuti perlombaan,” ungkap perempuan berkacamata ini.

Meski secara pribadi tak memainkan alat musik khusus, namun kemampuan memanajemen grup menjadi kunci kekompakkan Kasidah An-Nailufar. Serta senantiasa berupaya menggenggam erat pakem kasidah.

Ketika ditelisik terkait penggunaan nama An-Nailufar, Nihayatun Ni'amah menerangkan bahwa kata Nailufar memiliki arti bunga teratai. Bunga indah nan sedap dipandang tersebut menurutnya unik dan menginspirasi. Habitatnya di danau atau kolam sangat menyejukkan mata, namun butuh perjuangan untuk meraihnya.

Baca Juga: Literasi Digital di Sekolah

“Grup An-Nailufar berjumlah lebih kurang duabelas personil. Untuk saat ini, kami sudah mempunyai seragam yang pengadaannya secara swadaya. Kemudian, di awal pendirian An-Nailufar ini kami masih menggunakan alat rebana milik Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Desa Cangkringrandu. Barulah pada tahun 2019 kami mendapat bantuan alat musik modern seperti gitar, bass, piano dan lainnya. Lalu, sempat juga kami memulai latihan dengan alat modern tersebut namun terpaksa mandek karena dihantam badai pandemi Covid-19 yang tentunya membatasi waktu latihan dan pentas,” papar perempuan yang juga mengajar di MI Al-Anwar Cangkrinrandu ini.

Grup kasidah An-Nailufar, melakukan pentas. (Ist)

Nihayatun Ni'amah mengatakan, saat ini Grup Kasidah An-Nailufar sedang memulai kembali latihan yang semasa pandemi kurang terorganisir dengan baik. Sengaja memanggil guru musik dan vokal yang baru dan lebih profesional, lewat porsi latihan empat kali dalam satu minggu. Latihan tersebut membuka optimism anggota grup ini agar dapat berkembang secara cepat.

Anggota grup kasidah An-Nailufar, saat melakoni latihan. (Ist)

Diakuinya, meski secara pribadi tak memainkan alat musik khusus, namun kemampuan memanajemen grup menjadi kunci kekompakkan Kasidah An-Nailufar. Serta senantiasa berupaya menggenggam erat pakem kasidah, seperti tiga lagu wajib diantaranya adalah Ya Nabi dan Ya Rosul, pemilihan lagu reguler yang memuat siar dan mengandung pesan keimanan, batasan dalam syair atau nada musik yang digunakan hingga penggunaan busana juga patut diperhatikan. Walau begitu tak memungkiri bahwa arus modernisasi memiliki andil pula dalam menunjang penampilan.

Unjuk kebolehan kasidah An-Nailufar di suatu acara. (Ist)

Perempuan berkulit putih itu mengharapkan kecintaannya terhadap seni budaya islam ini dapat memiliki dampak yang positif di berbagai kalangan. Membuat generasi muda lebih menggandrungi kasidah, sehingga laju regenerasi grup An-Nailufar atau grup kasidah yang ada di Kota Santri tidak perlu dikhawatirkan lagi.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma

BIODATA

Nama : Nihayatun Ni'amah, S.Pd.I.

Tanggal lahir : 10 Juni 1979

Telepon : 081234811456

Lebih baru Lebih lama