Imam Wahyudi saat menjelaskan peran Nyai Sedokun dalam pembukaan wilayah Desa Johowinong. (Donny)


MOJOAGUNG - Jombang sebagai perlintasan Budaya Arek dan Mataraman melahirkan khazanah cerita tutur yang masih hidup dan tumbuh di benak masyarakat. Seperti halnya asal usul sebuah desa. Dalam sebuah asal-usul tersebut, terdapat sebuah tradisi tutur yang tak lepas dari riwayat masa lalu yang menyertainya. Selaiknya di bagian Utara Kecamatan Mojoagung, tepatnya di Desa Johowinong yang mana asal-usulnya masih lekat dengan jejak seorang ratu dari Mataram.

Dikisahkan oleh Kepala Dusun Johowinong, Imam Wahyudi, bahwa pembukaan wilayah desa berpenduduk sekitar 4.605 jiwa ini memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Nyai Sedokun (baca: sedukun) yang merupakan trah dari Ratu Mataram. Lahirnya nama Johowinong sendiri berakar dari serapan nama Pohon Joho dan Wi yang besarnya membujur ke Utara dan Selatan dan jumlahnya yang cukup banyak kala itu. Singkat cerita, akhirnya Nyai Sedokun menamai wilayah tersebut dengan nama Johowinong.

Di masa itu, Desa Johowinong dibagi menjadi lima bagian, yakni Dusun Johowinong, Plosorejo, Winongkidul, Karangtengah, dan Winonglor. Selain itu pula, kami mendapati cerita bahwa di Johowinong pada tahun 1950-an dibangun sekolah rakyat yang merupakan hasil swadaya masyarakat saat itu.

“Selain yang membabat alas Desa Johowinong, sosok Nyai Sedokun cukup kondang di mata masyarakat karena ahli dalam dunia pengobatan serta penyembuhan pelbagai macam jenis penyakit. Tak ayal istilah ‘dukun’ masih ada kaitannya dengan nama Nyai Sedokun,” ungkap Imam Wahyudi.

Baca Juga: 

Sementara itu Sekretaris Desa Johowinong, Karmanto turut membenarkan. Bahwa, secara garis besar, nama desa tanah kelahirannya tersebut tak dapat dipisahkan dari keberadaan Nyai Sedokun dan Pohon Joho dan Wi. Hanya saja pada tahun 2013, penelusuran dan penyusunan babad ditambahkan rentetan cerita kepemimpinan tujuh kepala desa, yang bersumber dari penuturan para sesepuh.

Kepala Dusun Johowinong, Imam Wahyudi saat menunjukkan lokasi Makam Nyai Sedokun yang terletak di area pemakaman umum Dusun Johowinong. (Donny)

Karmanto menuturkan, “Dalam penelusuran dan penyusunan tersebut, akhirnya juga terkuak beberapa kisah terbentuknya pemerintahan Desa Johowinong kala Indonesia masih dalam bekapan Hindia-Belanda. Di masa itu, Desa Johowinong dibagi menjadi lima bagian, yakni Dusun Johowinong, Plosorejo, Winongkidul, Karangtengah, dan Winonglor. Selain itu pula, kami mendapati cerita bahwa di Johowinong pada tahun 1950-an dibangun sekolah rakyat yang merupakan hasil swadaya masyarakat saat itu.”

Kantor Desa Johowinong (ist)

Baik Imam Wahyudi dan Karmanto berharap, dengan adanya penulisan informasi seputar asal-usul nama desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang ini, dapat sejalan dengan upaya menambah pengetahuan bagi anak cucu di masa mendatang.

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa

Lebih baru Lebih lama