Prosesi pembersihan/pengurasan Sendang Condong yang dilakukan oleh warga secara bergotong-royong. Pada Sabtu (13/11). (Donny)

KUDU - Awan mendung yang ranum membersamai perjalanan Majalah Suara Pendidikan ke situs cagar budaya Sendang Made di Desa Made, Kecamatan Kudu guna menyaksikan prosesi Sesuci Nagari Nguras Sendang Made pada Sabtu (13/11). Ketika tiba dilokasi tampak warga sudah sibuk dengan timba di tangan menguras air dari Sendang Condong. Salah satu dari delapan sendang yang ada di kawasan petirtan peninggalaan Kerajaan Airlangga ini.

Kepala Desa Made, Winarsih menjelaskan kegiatan ini merupakan perwujudan rasa syukur atas kemakmuran yang diberikan kepada seluruh warga desa yang dipimpinnya tersebut. Dibarengkan dengan kegiatan Sedekah Bumi Desa Made, karena selema kurun waktu dua tahun terakhir vakum akibat penyebaran Covid-19.

Pengambilan air secara simbolis di Sendang Drajat, sebelum di serahkan pada pejabat yang hadir. (Donny)
 
“Menariknya yang melangsungkan Sesuci Nagari Nguras Sendang Made bukan saja dari warga sini saja. Lantaran debit airnya cukup melimpah sehingga dibutuhkan beberapa relawan dari desa tetangga seperti Desa Sumbernongko dan Sumber Teguh,” cerita Winarsih.

Juru Kunci Sendang Made, Supono mengakui tradisi pengurasan delapan sendang memang dilaksanakan setiap tahunnya pada bulan kesebelas. Selain menandai peralihan musim dari kemarau ke penghujan, juga dimaksudkan menjaga kebersihan sehingga lebih laik menampung air hujan yang banyak dan jernih. Adapun untuk hari dan tanggal pelaksanannya disesuaikan dengan hitungan kalender Jawa.

Para penari yang membawa air dari Sendang Drajat, untuk kemudian dilaksanakan prosesi pecah pamor. (Donny)

Pamong Budaya Madya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, Drs. Widodo, M.Si. menuturkan Sesuci Nagari Nguras Sendang Made termasuk dalam pemanfaatan cagar budaya. Sehingga setali dengan itu dapat mengenalkan aneka ragam seni budaya yang berkaitan kepada masyarakat luas.

Widodo menjelaskan, “Terdapat tiga aspek yang wajib berkesinambungan dalam pelestarian cagar budaya. Antara lain perlindungan, pengembangan, serta pemanfaatan. Adapun kegitan yang dilakukan sewajarnya mengandung ketiga aspek tersebut yang berorientasi kepada masyarakat.”

Prosesi pecah pamor yang diikuti oleh Bidang Kebudayaan Disdikbud, Disporapar Kabupaten Jombang serta tamu undangan. (Donny)
 
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Dian Yunitasari, M.Pd. mengapresiasi langkah Pemerintah Desa Made dalam menjaga cagar budaya melalui seni tradisi. Memang dalam pelestarian cagar budaya tak bisa berdiri sendiri. Kesemuanya harus dibarengi kegiatan tradisi yang mengakar di masyarakat. Terlebih dukungan dari Lembaga Swadaya Masyarakat, satuan pendidikan setempat, seperti SDN Made Kecamatan Kudu yang mengirimkan delegasinya guna berpartisipasi unjuk seni. Sehingga roda regenerasi pelestarian cagar budaya senantiasa bergerak.”

Reporter/Foto:  Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama