Sugianto saat memperagakan gerakan Barongsai. (Donny)


JOMBANG – Sejak Indonesia memasuki era reformasi banyak sekali pembaruan di bidang seni budaya. Khususnya budaya masyarakat Tionghoa macam Barongsai diperkenankan pentas di tempat umum. Bak gayung bersambut, masyarakat dari pelbagai latar belakang pun menerima dengan baik.

Barongsai merupakan tarian tradisional dari Tiongkok. Para penarinya pun mengenakan pakaian yang menyerupai singa. Di Jombang sendiri salah satu pelaku kesenian Barongsai adalah Sugianto. Lelaki asal Desa Denanyar, Kecamatan Jombang ini mengisahkan semua berawal dari kegemarannya melihat aksi seni bela diri Kungfu dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

“Perkenalan saya dengan Kungfu ketika melihat film bela diri China di Bioskop Cineplex 21 Jombang. Akhirnya ketika duduk di bangku SMP tahun 1989 bergabung dengan salah satu perguruan Kungfu di telatah Kebo Kicak ini. Mulailah mempelajari gerakannya serta hanyut di dalamnya,” ujar Sugianto.

Setiap pertunjukan Barongsai memiliki cerita yang berbeda. Demikian pun perbedaan busana yang cerah dan gelap, membuat pembawaannya berbeda ketika atraksi.

Lantaran dirasakan ritme gerakan Kungfu sama dengan Barongsai, maka Sugianto mencoba mengembangkan keahlian Kungfunya dengan bermain Barongsai. Secara mendasar gerakannya sama-sama membutuhkan kekuatan fisik yang memadai. Jadi tinggal mengeksplorasi gerakan tambahan saat memainkan Barongsai supaya benar-benar menyerupainya singa.

Baca Juga: Pemerintah Disiplinkan ASN

Hati Sugianto makin tergugah pada momentum perayaan ulang tahun buah hatinya mengundang kelompok Barongsai dari Sidoarjo. Sayangnya setelah pertunjukan usai malah sang anak menangis jejeritan. Merasa belum puas menyaksikan pertunjukan Barongsai. Akhirnya mendorongnya mendirikan Barongsai of Kungfu Putra Jombang pada tahun 2005.

Sugianto menjelaskan, “Menyematkan kata ‘Jombang’ bukanlah tanpa alasan. Selain ingin berkontribusi untuk tanah kelahiran, saya juga berkehendak mengenalkan ke masyarakat luas saat beraksi. Mulai undangan pementasan di pelbagai kota di Pulau Jawa dan Sumatera.”

Kolaborasi Barongsai of Kung-Fu Putra Jombang bersama salah satu grup Reyog saat pentas di Kabupaten Lamongan. (ist)

Dua tahun berjalan bersama Barongsai of Kungfu Putra Jombang untuk keperluan kostum dan serangkaian perangkat lain masih menyewa. Barulah pada tahun 2007 seorang tabib dari Desa Mojongapit, Kecamatan Jombang, Ko Ieong mendermakan segala kebutuhan dalam pertunjukan Barongsai Sugianto. Ko Ieong merasa senang serta bangga karena ada yang melestarikan tarian tradisional leluhurnya.

Sugianto saat menunjukan Barongsai dengan karakter warna hijau di kediamannya, yang terletak di Desa Denanyar, Gang IV No.6 Jombang. (Donny)

Sugianto memungkasi setiap pertunjukan Barongsai memiliki cerita yang berbeda. Demikian pun perbedaan busana yang cerah dan gelap, membuat pembawaannya berbeda ketika atraksi. Setidaknya dalam satu kali atraksi butuh sekitar 90 menit.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama