Para pedagang yang berakivitas di dalam Pasar Peterongan pada Rabu (17/11). (Donny)


JOMBANG –
Sebagai tempat berinteraksi dan muara pertumbuhan ekonomi, pasar tradisional hari ini masih terjaga eksistensinya. Tetapi di saat gempuran pasar modern yang marak memenuhi tiap sudut jalan, pasar tradisional seharusnya melakukan perubahan agar semakin menarik daya beli masyarakat karena bersih serta nyaman untuk berbelanja.

Dikonfirmasi perihal penataan dan manajemen pengelolaan pasar tradisional di Kota Santri, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Jombang, Ir. Hari Oetomo, M.Si. saat ditemui di ruang kerjanya pada Rabu (17/11) mengungkapkan, menciptakan pasar yang representatif menjadi rencana strategis Pemerintah Kabupaten Jombang. Hal itu semestinya mengacu pada dua aspek. Aspek pertama ialah pada penataan fisik, dimana kebersihan dan kenyamanan menjadi prioritasnya. Kemudian, aspek keduanya ialah perihal pengelolaannya.

Selain aspek kebersihan dan kenyamanan yang menjadi suatu keharusan, aspek lain yang tak kalah penting ialah menciptakan pasar sebagai Tourism Destination.

“Kedepan di tahun 2022 dari 18 pasar yang ada di Kabupaten Jombang, empat diantaranya dijadikan percontohan sebelum diikutkan bagian dari Perusahaan Umum Daerah Aneka Usaha Seger. Empat pasar tersebut ialah, Pasar Mojoagung, Pasar Ploso, Pasar Citra Niaga atau Legi Jombang, dan Pasar Peterongan. Pemilihan empat pasar ini berdasarkan luasan serta jumlah pedagang yang paling banyak memberikan retribusi daerah,” ungkap Hari Oetomo.

Baca Juga: Sosialisasi Program Kerja Tahun Anggaran 2022 Rampingkan Program, Atasi Permasalahan

Hari Oetomo juga menambahkan bahwa proyek besar yang tengah digodok oleh Pemerintah Kabupaten Jombang bersama pemerintah pusat, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemukiman Rakyat dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, ialah pembangunan Pasar Citra Niaga Jombang. Kedepan akan dibangun kembali di Desa Denanyar tepatnya di Jalan Cendrawasih dengan luas lahan 5 hektar dan memerlukan anggaran sebesar 125 Milyar yang bersumber dari pemerintah pusat. Adapun perkembangannya seluas 3,6 hektar sudah teranggarkan di tahun 2021, sedang sisanya 1,4 hektar akan dianggarkan di tahun 2022. Pemindahan ini cukup mendesak karena kondisi pasar yang belum tertata secara laik dan masih menjadi satu dengan kawasan pertokoan.

Tampak bangunan depan Pasar Peterongan yang sudah ditata ulang sejak tahun 2018. (Donny)

Hari Oetomo mengatakan, “Untuk desain penataan dan pembangun pasar tradisional ini semua proses pengerjaan mulai dikerjakan oleh stakeholders pemerintah pusat. Kewenangan pemerintah daerah hanya menyediakan lahan untuk pembangunannya.

Dekan FSTP Universitas Kristen Perta Surabaya, Rully Damayanti, S.T. M.Art., Ph.D. (ist)

Dihubungi terpisah, melalui sambungan WhatsApp pada Rabu (1/12), Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Surabaya, Rully Damayanti, S.T., M.Art, Ph.D. menerangkan beberapa hal yang mesti diperhatikan secara serius dalam upaya penataan dan pembangunan pasar tradisional di daearah. Pengelolaan pasar yang relevan hari ini, harus didasari oleh pergeseran paradigma yang menempatkan pasar tidak sebatas ruang berinteraksi antara penjual dan pembeli, melainkan bisa memberi tempat sebagai identitas lokal. Hal ini bisa terwujud apabila penataan dan pembangunan pasar menyiapkan segmen konsumen dari semua kalangan.

“Terutama menarik minat kawula muda, dengan menyediakan ruang-ruang produktif dan menjadi semacam melting pot, agar mereka bisa berkreasi melalui gelaran gelaran seni dan budaya,” terang Rully Damayanti.

Contoh peta keterlibatan beberapa stakeholders dalam penataan Pasar Surya Surabaya. Peta ini diambil berdasarkan penelitian Arsitektur Pasar Surya Surabaya, Teguh Wijayanto, S.T. M.M. (ist)

Lebih lanjut perempuan berkacamata ini juga mengulas, selain aspek kebersihan dan kenyamanan yang menjadi suatu keharusan, aspek lain yang tak kalah penting ialah menciptakan pasar sebagai Tourism Destination. Jika pasar sebagai representasi sebuah daerah, maka harus menjadi kebanggaan masyarakat melalui budaya lokal yang spesifik. Sehingga tidak selesai pada aspek fisiknya saja, melainkan aspek sosial-kultural juga harus menjadi dasar pengambilan kebijakan tata kelola pasar yang laik. Diharapkan sebuah pasar yang ideal juga menjadi destinasi wisata lokal maupun ruang publik ideal.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama