Ilustrasi pelaksanaan Coaching di Disdikbud Kabupaten Jombang. (Rabithah)


JOMBANG – Transformasi pelayanan publik sekarang ini terus mengalami perkembangan dan perubahan. Mengingat dari keadaan sekarang yang membutuhkan pelayanan pasti berbeda-beda. Untuk itu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagai penyedia layanan pubik di Kota Seribu Pesantren ini harus berubah. Diawali dengan menginfentarisir permasalahan yang dirasakan menjadi ganjalan dalam upaya memberikan pelayanan publik terbaik. Selain itu juga penting mengidentifikasi semua potensi yag dimiliki.

Strategi Coaching merupakan pijakan yang penting. Sebelumnya akan mengajak mengenali komposisi yang ada di OPD tersebut baik secara kekurangan dan kelebihannya. Selanjutnya menstimulasi gerakan perubahan yang masih sangat mungkin dijangkau yang menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini.

Peran pemimpin yang baik seperti selaiknya memberikan dukungan maupun motivasi kerja solutif, sehingga pegawai memiliki etos kerja dan dapat menghargai keputusan yang diambil.

Tak terkecuali Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, yang menyelenggarakan serangkaian proses menempa potensi ASN hingga menyelesaikan permasalahan guna memaksimalkan kinerja melalui sesi Coaching. Hal ini dilakukan berdasar pada hubungan kerja yang harmonis antara pimpinan yang berperan sebagai coach (baca: pelatih) kepada bawahan.

Baca Juga: Masih 84% PAUD Dikmas Memenuhi Standar SNP

Dijelaskan oleh Dosen Ilmu Administrasi Publik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, Cik Ida Kumalasari Amirudin, S.AP., M.AP. bahwa Coaching sangat diperlukan guna mengetahui dan mengukur apakah individu atau kelompok tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya. Sehingga muaranya adalah terciptanya tata kelola organisasi dan pelayanan publik yang baik dan bersih.

Cik Ida Kumalasari Amirudin, S.AP., M.AP. (ist)

Cik Ida Kumalasari Amirudin memaparkan, “Pada Coaching, akan tampak bahwa yang bersangkutan memiliki faktor pendukung dan penghambat kinerja. Faktor penghambat harus dipastikan dahulu penyebabnya, misal minimnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) lantaran beberapa pegawai kurang memiliki motivasi dalam merampungkan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi). Faktor kerja sama tim, terdapat perbedaan pendapat, sehingga tak dapat saling bertukar pikiran. Sama halnya dengan faktor pribadi seperti disebabkan oleh latar belakang keluarga, pendidikan, kesehatan dan usia.”

Setelah ditemukan faktor penghambatnya maka coach dapat merumuskan sebuah solusi yang dikembangkan berdasar pada faktor pendukung. Faktor pendukung meliputi faktor kepemimpinan dan sistem.

Peran pemimpin yang baik seperti selaiknya memberikan dukungan maupun motivasi kerja solutif, sehingga pegawai memiliki etos kerja dan dapat menghargai keputusan yang diambil. Pedoman dasar hukum dan sistem informasi yang digunakan dalam menunjang pelbagai kegiatan organisasi, harus selaras dengan tujuan pemerintah kabupaten.

Moh. Suyuti, S.Sos., M.M. (Donny)

Dituturkan oleh Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan PNF Disdikbud Kabupaten Jombang, Moh. Suyuti, S.Sos., M.M. bahwa melaksanakan Coaching dan mentoring dengan menggandeng para kepala seksi. Waktu pelaksanaannya pun dilangsungkan setiap kali ada kesempatan, namun lebih dipertajam lagi kala memegang instrumen. Hal ini bertujuan agar etos kerja setiap pegawai terbentuk dengan mandiri, tak hanya bersandar pada peran kepala seksi saja.

“Selain itu kendala teknis laiknya penguasaan teknologi dapat menghambat kinerja pegawai. Solusinya mentor dapat memetakan dan membagi tugas sesuai dengan kepiawaiannya. Mentor harus mampu menghidupkan kinerja tim yang solid, sehingga tak sampai berimbas pada kemunduran program. Selain memenuhi sarana dan prasarana penunjang, dapat mentransfer ilmu dari pengalamannya,” kata Moh. Suyuti.

Drs. Kasmuji Raharja, M.Pd. (Rabithah)

Di Bidang Pembinaan SD wewenang Coaching diserahkan langsung kepada Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian SD, Bidang Pembinaan SD Disdikbud Kabupaten Jombang, Drs. Kasmuji Raharja, M.Pd. Menurutnya saat ini kuantitas SDM menjadi permasalahan yang dihadapi. Untuk itu tepat sekali bahwa mentoring dan belajar mandiri diporsikan sebagai solusi.

Kasmuji Raharja menegaskan, “Mentor yang sudah mengantongi potensi dari setiap pegawainya dapat membagi tugas sesuai dengan perjanjian kerja. Seiring berjalannya waktu, apabila terdapat permasalahan maka diselesaikan dengan sesi mentoring baik antar rekan sejawat maupun atasan dan bawahan. Penambahan jam kerja, serta adanya peserta magang menjadi solusi sementara ini.”

Karyono, S.Pd., M.Pd. (Rabithah)

Permasalahan kuantitas SDM juga dibeberkan oleh Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan, Disdikbud Kabupaten Jombang, Karyono, S.Pd., M.Pd. bahwa kurangnya SDM dalam mengisi formasi struktural membuat para pegawai harus bekerja ekstra. Solusinya dalam waktu dekat akan menambah formasi pegawai dari pendidik dan tenaga pendidikan yang dinilai berkompeten, sehingga nantinya dapat mempersingkat Coaching dan mentoring lantaran individu yang bersangkutan telah siap belajar mandiri.

“Kendati demikian, masalah kuantitas SDM tersebut tak berimbas pada menurunnya capaian program. Para pegawai di lingkup Bidang Pembinaan Ketenagaan, Disdikbud Kabupaten Jombang telah ditempa potensinya dengan porsi pekerjaan yang padat dan merata, tak berpusat pada satu individu saja. Sesi mentoring dilaksanakan melalui kepala seksi atas arahan kepala bidang. Namun guna memperbarui potensi dapat mengikuti acara pelatihan atau bimbingan teknis yang saat ini banyak tersedia,” papar Karyono.

Agus Suryo Handoko, S.Pd., M.MPd. (Rabithah)

Diungkapkan oleh Kepala Bidang Pembinaan SMP, Disdikbud Kabupaten Jombang, Agus Suryo Handoko, S.Pd., M.MPd. bahwa mentoring seyogianya dilaksanakan saban hari kerja. Sehingga para pegawai tak merasa terbebani pada rangkaian hasil Coaching saja, melainkan sudah terbiasa dengan pola penilaian dan arahan yang dilaksanakan oleh coach.

Agus Suryo Handoko mengatakan, “Pimpinan yang berperan sebagai coach atau mentor harus mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan. Selaiknya berangkat kerja adalah berangkat liburan yang memancarkan aura semangat, dengan catatan tetap menjurus pada instrumen Coaching. Dalam implementasi pembawaannya harus sama-sama nyaman tak terkesan menggurui. Hal ini dimaksudkan guna menuju belajar mandiri yang digadang sebagai solusi akhir dari proses Coaching.”

Dian Yunitasari, M.Pd. (Rabithah)

Kepala Bidang Kebudayaan, Disdikbud Kabupaten Jombang, Dian Yunitasari, M.Pd. melakoni mentoring dengan melibatkan kepala seksi secara langsung. Sebab, dinilai efektif dan efisien lantaran para kepala seksi yang mengerti kondisi dan mendampingi kinerja bawahannya setiap harinya. Namun apabila berhubungan dengan ketercapaian program, maka kepala bidang dapat turun tangan menyelesaikan sesuai kewenangannya.

“Setelah melakoni Coaching sesuai instrumen, dapat melakukan mentoring dengan langsung praktik lapangan. Misalnya aktif membantu kegiatan antar seksi, sehingga tercipta keharmonisan kerja yang mendukung satu sama lain. Selebihnya melakukan diskusi terkait pengelolaan cagar budaya, pelestarian tradisi kebudayaan dan pembinaan kesenian. Belajar mandiri juga dapat dilaksanakan dengan cara penguatan literasi,” jelas Dian Yunitasari.

Hal ini juga berlaku bagi Sekretariat yang dapat dikatakan sebagai garda depan pelayanan publik Disdikbud Kabupaten Jombang. Sekretaris Disdikbud Kabupaten Jombang berperan langsung sebagai coach dalam mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, keuangan, aset serta penyusunan program dan evaluasi. Mentoring juga dapat terlaksana secara berjenjang melalui kepala sub bagian apabila ada pengaduan kritik, saran dari masyarakat harus segera direspons. Sembari mencari titik permasalahannya dan siapa yang bertanggung jawab sebelum memberikan solusi pembinaan.

Jumadi, S.Pd., M.Si. (Rabithah)

Sekretaris Disdikbud Kabupaten Jombang, Jumadi, S.Pd., M.Si. menegaskan Coaching di setiap bidang pastinya menghadapi pelbagai permasalahan, sehingga diperlukan solusi yang beragam pula. Meskipun setiap coach sudah memegang instrumen penilaian, namun semestinya memiliki trik khusus menuju terselesainya masalah hingga menggali potensi.

Jumadi menguraikan, “Pendampingan atau mentoring menjadi solusi yang dinilai relevan, baik secara internal antar atasan dan bawahan atau keikutsertaan bimbingan teknis. Dalam hal ini, coach bertugas sebagai mentor, diharapkan bisa menuntun, membimbing, memberikan masukkan dan saran, sehingga bisa mempercepat proses belajar pegawai. Bertujuan pula untuk menghindari terulang kembalinya masalah yang acap terjadi.”

Selanjutnya yaitu proses self development atau belajar mandiri, imbuh Jumadi. Belajar mandiri diperlukan guna meningkatkan kemampuan dalam menuntaskan tanggungjawabnya. Hasil yang diharapkan dari belajar mandiri adalah terwujudnya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam penyelesaian tugas sebagai wujud tanggungjawabnya.

Agus Purnomo, SH., M.Si. (Kanan). (Donny)

Menurut Kepala Disdikbud Kabupaten Jombang, Agus Purnomo, SH., M.Si. bahwa rangkaian Coaching harus ditunjang dengan pemberian reward and punishment yang dilaksanakan dengan baik serta adil. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan apresiasi kepada pegawai yang memiliki potensi, capaian kinerja tinggi serta prestasi lainnya.

Lelaki yang baru-baru ini dingkat sebegai Sekretaris Daerah Kabupaten Jombang ini, menambahkan bahwa hasil Coaching juga mesti dibarengi dedikasi penegakan hukuman. Kendati demikian, segenap pegawai dilingkup Disdikbud Kabupaten Jombang mengupayakan menyelesaikan permasalahan dengan maksimal sebelum yang bersangkutan diganjar hukuman sesuai amanat peraturan pemerintah yang berlaku.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma/Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama