Ilustrasi mendongeng bersama peserta didik. (ist)


NASIONAL - Ketika mendengar kata literasi keuangan, kebanyakan dari kita akan berpikiran tentang uang dan bagaimana menghasilkan banyak uang. Literasi keuangan bukanlah untuk menghasilkan uang. Menurut Shaireen (2015), literasi keuangan adalah bagaimana mengelola, membuat keputusan yang tepat hal keuangan. Untuk membuat keputusan yang tepat perlu dilandasi pengetahuan, keterampilan serta sikap yang baik. Lebih dari itu adalah tentang nilai (value).

Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019. Indeks pemahaman literasi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 38,03 persen. Dari data tersebut bisa diinterpretasikan bahwa dari 100 orang Indonesia, hanya sekitar 38 orang yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku keuangan yang baik.

Menurut hasil penelitian menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar mulai berkembang sikap dan tingkah laku keuangan sehingga mereka perlu melek literasi keuangan sejak sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan tujuan sekolah dasar, yaitu meletakkan dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, serta membekali kecakapan hidup.

Hal ini diperkuat dengan Program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Gerakan Literasi Nasional (GLN) serta dipertajam dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Literasi keuangan merupakan salah satu kecakapan hidup yang penting pada abad ke-21. Literasi keuangan adalah salah satu keterampilan masa depan yang perlu dipupuk sejak dini agar anak-anak dapat menjadi generasi cerdas finansial yang mampu membuat keputusan keuangan dengan tepat.

Guru juga bisa mengembangkan berbagai permainan yang berhubungan dengan Literasi Keuangan. Misalkan menggunakan kartu, uang, dan sebagainya.

Literasi keuangan merupakan pondasi bagi seseorang dalam pengambilan keputusan keuangan guna kehidupan yang lebih baik. Literasi keuangan merupakan pembelajaran seumur hidup yang dikenalkan sejak dini.

Tidak Cukup Kenalkan Uang

Pendidikan literasi keuangan peserta didik sekolah dasar tidak cukup hanya mengenai pengenalan uang. Peserta didik sekolah dasar perlu dikenalkan konsep tentang pengelolaan uang secara bijak.

Kemampuan mengontrol pengeluaran dengan membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan keinginan. Dalam pembelajaran di sekolah dasar, matematika merupakan mata pelajaran yang paling dekat dengan literasi keuangan. Karena, di dalam kurikulum terdapat materi tentang uang. Lebih spesifik terdapat dalam silabus pembelajaran.

Dalam silabus kurikulum 2013 menjadi pedoman dalam pembelajaran terdapat muatan Literasi Keuangan yang dibelajarkan. Langkah guru adalah menganalisis kurikulum terkait Literasi Keuangan. Setelah itu membuat perencanaan pembelajaran, media serta refleksi. Ada beberapa konsep-konsep yang terkait literasi keuangan yang perlu dipahami peserta didik.

Baca Juga: Pelaporan DAK 2021 Masih 70%

Pertama, mengetahui dari mana uang didapat, ini menjadi penting bagi peserta didik sekolah dasar yang kebanyakan berpikir ketika minta uang pokoknya harus ada. ketika mereka memahami bahwa untuk mendapatkan uang orang tua harus bekerja, bahkan ada yang harus bekerja keras dari pagi hingga malam hari, tentu ini akan membuat mereka memahami kondisi keuangan orang tua.

Kedua, kebutuhan dan keinginan, peserta didik usia sekolah dasar dilatih, dibiasakan, terampil dan dapat mengambil sikap untuk dapat membuat keputusan keuangan yang tepat dengan keuangan terbatas. Apakah akan memillih untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan. Peserta didik diharapkan mampu mengelola keuangan secara cermat dan mengontrol pengeluaran keuangan dengan membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan keinginan.

Ketiga, pilihan keputusan keuangan akan berdampak. Penggunaan uang untuk dibelanjakan jasa atau barang dihadapkan pada banyaknya pilihan barang. Oleh karena itu, harus cermat dalam memilih sesuatu.

Konsep Simpan, Kelola dan Gunakan

Keempat, konsep SMS (save-manage-share) simpan, kelola dan gunakan/bagikan. Save (simpan) berarti sedapat mungkin peserta didik dapat menyimpan/hemat uang dengan cara menabung baik secara mandiri maupun di sekolah atau lembaga keuangan, seperti bank.

Adapun manage (kelola) bertujuan agar peserta didik dibiasakan dan dilatih untuk bisa mengelola keuangan misalnya uang jajan yang diberikan orang tua agar bisa digunakan secermat mungkin. Share atau gunakan/bagikan berarti peserta didik dibiasakan, dilatih untuk bisa berbagi/derma dengan teman yang kurang beruntung melalui dana sosial ataupun infak.

Salah satu metode ampuh dan efektif untuk pembelajaran anak usia sekolah dasar adalah dongeng dan permainan. Nah, ini bisa dijadikan metode untuk pembelajaran tentang literasi keuangan. Bagaimana caranya? Pertama kita tentukan dulu apa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, menentukan media pembelajaran serta materi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk dongeng/cerita.

Alternatif tema dongeng yang paling dekat dengan anak adalah dongeng tentang dunia binatang. Salah satu media kreatif untuk mendongeng adalah dengan boneka binatang. Dengan boneka tersebut sang guru membawakan dongeng dikaitkan literasi keuangan. Bagaimana memilih keputusan keuangan secara tepat dalam hal keuangan. Contohnya dongeng binatang yang akan menggelar syukuran, dengan berbagai sajian menu.

Bagaimana agar uang binatang tersebut tetap efisien dalam menghidangkan sajian. Dongeng disajikan dengan memasukkan nilai-nilai kehidupan seperti cermat, hemat, bersahabat. Peserta didik sekolah dasar juga sangat menyukai permainan, misalkan dalam pembelajaran matematika menggunakan permainan jual-beli di pasar dengan menggunakan uang.

Guru juga bisa mengembangkan berbagai permainan yang berhubungan dengan Literasi Keuangan. Misalkan menggunakan kartu, uang, dan sebagainya. Peserta didik diberi kesempatan untuk berpikir reflektif dihadapkan situasi untuk mengambil keputusan keuangan. Peserta didik dilatih berpikir kritis dan berpikir efisien.

Sumber/Rewrite: kompas.com/Tiyas Aprilia

Lebih baru Lebih lama