Tugu Kampung Seniman. (Ist)


BARENG – Desa Jenis Gelaran, Kecamatan Bareng memang sebelumnya sudah membrending sebagai Kampung Seniman. Bukannya tanpa alasan, disana cukup banyak pelaku dan pengrajin pelbagai alat kesenian. Tetapi tahukah anda, bahwa desa di bawah kaki Gunung Anjasmara ini tak bisa dipisahkan dari peran Mbah Garinten. Sosok sakti mandraguna dari wilayah Kerajaan Mataram.

Kepala Dusun Jenisgelaran, Desa Jenisgelaran, Sugiyo mengisahkan kedatangan Mbah Garinten sebagai penanda babak awal dibukanya wilayah desa yang subur akan pertaniannya ini. Ia membuka hutan sendiri, ketika lelah menghampirinya. Ia memilih beristirahat dibawah pepohonan rindang dengan menggelar tikar.

Proses penulisannya pun berdasarkan cerita tutur dari para sesepuh. Kemudian kami rangkai dalam bingkai cerita yang menarik semenjak tahun 2018.

“Dikarenakan hampir setiap hari membuka hutan dan selalu berpindah ketika beristirahat dengan menggelar tikar. Maka jejaknya itulah menjadikan nama desa ini Jenisgelaran. Selain itu dahulunya perpindahan Mbah Garinten ini pun sebagai upaya persembunyiannya dari kejaran tentara Hindia-Belanda yang memburunya,” tutur Sugiyanto.

Baca Juga: Trayek Angkutan Jalan Perintis Percepat Laju Roda Perekonomian Utara Brantas

Secara pemaknaan memang kata Jenis berasal dari banyaknya tanaman di hutan kala itu. Sementara Gelaran disebabkan tradisi Mbah Garinten menggelar tikar. Oleh karena itulah, dijadikan sebagai nama desa, kata Sugiyanto menambahkan. Setelah itu seiring berjalannya waktu keberadaan Desa Jenisgelaran semakin bertambah luas dengan adanya dua dusun lagi yakni Balekambang dan Ngadirejo.

Sugiyanto saat menunjukkan pusara Mbah Garinten, pada Rabu (9/2). (Donny)

Upaya pencatatan sejarah terus dilakukan oleh Sugiyanto. Salah satunya dengan cara penulisan dalam Sistim Informasi Desa atau SiDeKa. Harapannya supaya setiap generasi memahami serta mengetahui bagaimana cerita tutur yang berkembang atas Desa Jenisgelaran.

Lelaki murah senyum ini menegaskan, “Proses penulisannya pun berdasarkan cerita tutur dari para sesepuh. Kemudian kami rangkai dalam bingkai cerita yang menarik semenjak tahun 2018. Dengan demikian tak sampai penerus kami Kepaten Obor (baca: Mati Obor/Penerangan) tentang cerita asal usul Desa Jenisgelaran ini.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa
Lebih baru Lebih lama