Narasumber menyampaikan materi. (Ist)

JOMBANG – Ada yang berbeda dari pondok Ramadan di SMA Negeri 1 Jombang, Senin-Kamis (11-14/4). Kegiatan yang diikuti kelas X dan XI ini juga membekali siswa dengan literasi digital. Pematerinya aktivis di Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Nuril Hidayah. Dosen STAI Miftahul Ula Nganjuk ini menjelaskan bahwa di era digital, generasi milenial harus dibekali literasi digital. 

“Agar pada intinya mampu membedakan mana yang berita dan mana hoaks,” ujar Nuril Hidayah.

Hoaks ini hanya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Termasuk mengakibatkan pengambilan keputusan hidup yang salah. Baik di bidang politik, ekonomi, kesehatan dan yang lain. Motif penyebar hoaks diakuinya beragam. Mulai dari mendapatkan imbalan uang, menjatuhkan lawan politik, menyebar kebencian dan fitnah. Termasuk upaya-upaya untuk mengganti ideologi negara.

Solusi yang ditempuh, lanjutnya, perlu adanya nalar kritis. Terlebih sumber informasi yang tidak jelas dan hanya membangkitkan emosi. Di samping adanya permintaan untuk diviralkan. Meskipun kelihatan ilmiah, tapi salah.

Nuril Hidayah menjelaskan, "Sehingga perlu diperiksa kebenarannya. Ini bisa dilakukan melalui aplikasi Chatbot ataupun Hoax Buster Tools (HBT). Bisa juga mengecek melalui media yang kredibel kepada situs pencari fakta."

Alumni Pascasarjana UGM Yogyakarta ini menegaskan, di era kebebasan informasi seperti sekarang, diperlukan netiquette. Ini semacam tata krama dalam menggunakan media sosial.

Peserta didik mengikuti dengan antusias. (Ist)


Etika ini, lanjutnya, mendorong para pengguna medsos menjadi berintegritas, tanggung jawab, memiliki kebajikan dan kesadaran. Ini penting ditekankan kepada para generasi milenial. Mengingat tahun lalu Indonesia disimpulkan sebagai negara yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara dalam bermedsos.

Selain Nuril Hidayah, kegiatan pondok Ramadan ini juga diisi oleh Dosen Ma’had Aly Tebuireng, Hamsa Fauriz, Sekretaris LPBH PCNU Jombang KH. Abdul Basit, dan Mahasiswa Pascasarjana IAI KH. Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Ustadzah Hanifah Atmi Nurmala.

Dikonfirmasi di lokasi acara, Ketua Panitia, Ardiansyah Setya menegaskan pondok Ramadan tahun ini digelar tatap muka. Tentu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.  Setelah dua tahun kemarin digelar secara daring.

"Berharap peserta memiliki spirit positif dalam memanfaatkan media sosial. Di samping materi tentang fikih puasa, zakat, shalat dan Alquran. “Ini sesuai dengan tema acara, mendidik generasi muslim, khususnya siswa di era digital,” pungkas Ardiansyah Setya. 

Reporter/Foto: Mukani untuk Majalah Suara Pendidikan
Lebih baru Lebih lama