Infografis Usulan Pencatatan Warisan Budaya Tak Benda. (Dok.MSP)


Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang melakukan pencatatan Warisan Budaya Tak Benda guna diajukan dan ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI di tahun 2023 mendatang.

Terdapat tiga bentuk Warisan Budaya Tak Benda asli Kabupaten Jombang yang saat ini tengah diproses. Pemilihannya pun juga di dasari kandungan nilai serta terjaga eksistensinya, dan terbagi dalam kategori kesenian juga upacara adat.

REMO BOLETAN
Dicetuskan oleh Sastro Bolet Amenan dan berkembang pada tahun 1970-an. Remo Boletan juga memiliki nama lain yakni, Remo Jombangan. Dalam karakteristik gerakannya, santai, tegas, serta kokoh. Pengembangan gerakan Remo Boletan juga mengadposi dari gerakan Pencak, Kuda Lumping, serta Warok Reog Ponorogo.

Ciri khas dari Remo Boletan ini juga muncul dalam parikan yang dibuah-ubah sesuai adat dan tradisi setempat saat pementasan. Sekaligus teknik gerak lucu, yang dibalur dengan busana selendang merah, hijau, dan udeng motif bali.

KENTRUNG JATIMENOK
Sampai saat ini Kentrung Jatimenok masih tetap dijaga kelestariannya oleh keluarga Badri, di Dusun Jatimenok, Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang. Peralatan pementasan cukup menggunakan kendang, cimplung, dan terbang. Ketiga peralatan ini ditabuh untuk mengiringi Sang Dalang yang juga didapuk sebagai penggendang, ketika membawakan setiap lakon. Mulai dari Cerita Panji, Aji Saka, Dewi Sri, sampai kisah Syiar Islam.

Dalam historisnya, Kesenian Kentrung termasuk seni sastra rakyat yang lahir dari wilayah Pantai Utara Jawa dan pertama kali dipopulerkan pada tahun 1930 oleh Kiai Basiman. Kentrung Jatimenok cukup pesat pementasannya saat medio 1970-1980an, dan sempat tampil membawa nama Kabupaten Jombang ketika Pagelaran Pekan Budaya Jawa Timur di Kabupaten Banyuwangi.

UPACARA ADAT KUMKUM SINDEN SENDANG MADE
Merupakan salah satu Upacara Adat yang khusus dilakukan oleh para Sinden dengan cara berendam ataupun membasuh muka di Sendang Derajat, yang merupakan sumber mata air utama dan khusus digunakan saat Kumkum Sinden di kawasan Sendang Made, Kecamatan Kudu. Tradisi ini telah mengakar bagi kalangan pesinden dan dipercaya dapat membuncahkan aura bagi yang sudah melakukan Kumkum Sinden.

Tradisi Kumkum Sinden dilakukan pada hari tertentu sesuai dengan penanggalan kalender Jawa. Dalam setiap pelaksanannya, juga dibarengi oleh sedekah desa guna simbolisasi kerukunan dan memohon keselamatan desa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Kumkum Sinden sendiri dikembangkan sejak tahun 2002. Pada era tersebut, Kumkum Sinden diangkat sebagai warisan budaya luhur guna memantik daya wisata sejarah dan budaya yang ada di Kabupaten Jombang.

Sumber: Pelbagai Sumber

Olah Data: Balitbang Majalah Suara Pendidikan

Lebih baru Lebih lama