Orangtua mendampingi anaknya. (ist)


NASIONAL - Biasanya, anak usia 7 tahun sudah siap masuk Sekolah Dasar (SD). Sebab, di usia ini biasanya anak telah memiliki kesiapan untuk masuk SD atau memiliki kematangan sekolah. Namun pada kenyataannya, tidak semua anak usia 7 tahun sudah siap masuk SD.

Jadi, kesiapan anak untuk bersekolah ternyata tidak hanya dilihat dari sisi anaknya saja, tapi juga dari sisi keluarga, terutama kesiapan orangtuanya. Melansir laman repositori.kemdikbud.go.id, ada beberapa ciri-ciri anak siap masuk SD, yakni dilihat dari perkembangan fisik, tidak lagi ketergantungan pada orangtua, dan lain-lain.

Menyiapkan Anak Masuk SD

Dengan melihat ciri-ciri kesiapan anak masuk SD itu, orangtua juga harus punya pesiapan. Ini panduan menyiapkan anak masuk SD:

Ajak anak liat lingkungan luar
Sering mengajak anak berkunjung ke lingkungan di luar rumah, tentu agar anak terbiasa dengan berbagai lingkungan yang ada. Misalnya diajak ke pasar, ke warung, atau ke rumah bu RT. Dorong anak untuk berkenalan dan minta ia memerhatikan kegiatan yang sedang dilakukan di pasar atau warung, dan sebagainya.

Tanya anak apa yang dilakukan
Tanyakan pada anak, apa yang telah dilakukannya di hari itu. Hargailah setiap jawaban anak. Hindari pertanyaan yang diajukan bertubi-tubi karena akan membuat anak kesal dan akhirnya tidak mau bercerita.

Ajak berkunjung ke SD
Berkunjung ke SD yang ada di dekat rumah atau SD yang akan dituju kelak dan berkenalanlah dengan guru-guru di sana. Hal ini berguna bagi anak agar tidak malu dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Kalau sering berkunjung dan berkenalan dengan guru-guru di sana, anak pun akan terbiasa dengan lingkungan sekolahnya kelak. Jika anak memiliki kakak di SD, tentu akan lebih mudah bagi ibu-ayah untuk memperkenalkan lingkungan SD.

Anak berkegiatan fisik
Ajak anak untuk menyalurkan kegiatan fisiknya secara lebih terarah, misalnya berlari, memanjat pohon, meniti trotoar (pinggir jalan raya).

Kegiatan yang menunjang perkembangan motorik
Perbanyak kegiatan yang menunjang perkembangan motorik halus seperti bermain tanah liat, membuat tulisan di atas pasir atau tepung dengan menggunakan jari tangan, membantu ibu menggiling adonan, membantu ibu memeras santan, dan lainnya.

Belajar sambil bermain
Ciptakan kondisi belajar sambil bermain sehingga anak terbiasa bahwa belajar itu menyenangkan. Contoh, sambil mengajak anak ke pasar diperkenalkan nama sayuran dan warnanya, apa bedanya dengan sayuran lain, dan seterusnya.

Hasil karya anak dihargai
Hargai setiap hasil karya anak. Ketika anak menunjukkan hasil tempelan aneka daun-daunan di sebuah kertas, katakan kepada anak, “Wah... bagus sekali hasil buatanmu, Nak. Ibu boleh tahu tidak ini apa?”. Hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.

Jawab pertanyaan anak
Jawablah setiap pertanyaan anak, namun jika ibu atau ayah tidak tahu, katakanlah secara terus terang kalau belum tahu dan nanti akan diberi tahu.

Kenalkan menulis, membaca dan berhitung
Boleh juga jika ibu dan ayah mau memperkenalkan anak dengan kegiatan menulis, membaca, dan berhitung untuk membantu perkembangan kemampuan dasar anak.

Sumber/Rewrite: kompas.com/Tiyas Aprilia

Lebih baru Lebih lama